Tuhan, bangun kan aku dari mimpi buruk, dan tidurkan aku pada mimpi indah.
-Athea Diandra Prakusya
-o-
SMA Pelita Bangsa. Masuk pada pukul 7 tepat, meski para guru akan masuk beberapa menit - yang - sangat banyak setelah bel berbunyi.
Hari ini, Senin, 30 April 2018, pukul 7 lebih 45 menit, guru bahasa Indonesia yang sangat cantik dengan wajah mulus semulus pantat bayi dengan usia yang baru menginjak tahun ke-23 dalam hidupnya, datang memasuki kelas dengan wajah yang sudah bisa diprediksi, jutek, ditekuk, tanpa senyum, tapi cantik.
"Orang cantik mah bebas sih" celetuk manusia yang duduk di bangku belakang. Seakan dapat membaca pikiran gua.
"Kalo gua kaya begitu, bakal tetap cantik gak, Do?" sahut gua dengan suara pelan. Bukan jawaban yang gua dapat, sebuah pukulan dari gulungan kertas, tepat di puncak kepala. "Lo gak bisa jawab pakai mulut hah?!" gua menatap Aldo galak sambil mengelus kepala gua yang lumayan sakit. Aldo cuma nyengir ganteng, kaya kuda lumping.
Ibu Thifa, mengabsen dimulai dari huruf pertama, "Artha Baghsyafra"
Hening. Gak ada suara berat yang menyaut, adanya suara serak serak banjir minyak gorengan yang nyaut beberapa saat kemudian. "Artha sakit bu, tadi saya ke rumahnya, lagi dikompres" semua orang melirik ke sumber suara Kayaknya dia kepanasan makanya dikompres
Gua, sebagai manusia yang duduk di meja terdekat dari sumber suara, merasa telinga gua dinodai oleh ke-jayus-an alien di belakang gua.
"Gak lucu jir" bisik gua ke belakang.
"Doamat"
Ibu Thifa yang cantik tidak merespon, lanjut memanggil nama selanjutnya. "Athea Diandra"
"Hadir bu" jawab gua cepat.
Sampai detik ini gua bingung kenapa guru cantik itu gak pernah memanggil anak muridnya yang memiliki 3 suku kata dengan lengkap. Contohnya, nama Prakusya gua gak pernah dia sebut.
Padahal kan, itu nama kebanggaan gua.
Dan nama-nama berikutnya dipanggil dengan cepat, tidak memberikan celah untuk memberi pembelaan pada yang tidak ada keterangan.
5 menit berlalu, ibu Thifa telah menulis sesuatu di papan tulis.
'TUGAS BESAR'
Oh, tugas besar. Pasti berkelompok nih.
Gua menyenggol siku Cessa, "Cessa, gua sama lo ya, apapun yang terjadi, kecuali kalo si cantik mengeluarkan ultimatum" Cessa mengangguk, mengiyakan pemaksaan yang gua beri, sambil menatap judes karena coretan besar yang tercipta akibat senggolan gua di sikunya.
Gua hanya nyengir cantik dengan senyum khas iklan odol.
"... tugas ini berkelompok, berisikan 2 orang, sesuai absen, tidak boleh bertukar, apapun alasannya, kecuali pasangan kalian meninggal" dan si cantik pun mengeluarkan ultimatumnya.
'Kecuali pasangan kalian meninggal'
Sadis. Kejam. Status awas.
Otomatis, Mr. Untouchable menjadi partner in crime dalam tugas besar ini.
"Pengganti nilai UAS, waktu pengerjaan sampai tanggal 10 Juni 2018"
Ultimatumnya semakin gawat ya. Kalo gua gak ngerjain auto-failed dong.
Gua menatap papan tulis dan ibu Thifa nanar. Memikirkan apa yang akan terjadi dalam hidup gua sebulan kedepan.
Apakah si ibu gak pernah mau tau penderitaan murid yang sekelompok sama Artha?
KAMU SEDANG MEMBACA
RE-UPLOAD [UNTOUCHABLE]
Teen FictionHe's not the only guy in the universe. But he's the only one that matters.