#1. kamu cahaya, kamu malam

7.2K 576 157
                                    

Mencintai orang yang sudah milik orang lain itu dosa bukan? Karena bisa merusak hubungan orang lain. Maka itu, sampai sekarang aku terus mencoba untuk berhenti mencintainya.

Tapi... semakin aku mencoba, semakin dalam rasa cintaku untuknya.







(Me, You and Love Never Arrived)

Aku, kamu dan cinta yang tak pernah sampai.

Bagian 1















"Hinata? Kok sekarang jadi lebih banyak melamun sih?" Sugawara merangkul pundak Hinata yang sedang duduk di sudut gedung latihan itu.

Hinata terkejut, tentu saja. Karena memang pikirannya sedang melayang jauh.

"A--ah! Ti--tidak apa-apa Sugawara-san! Aku tidak apa-apa." Dan Hinata terpaksa mengembangkan senyuman yang justru malah membuatnya semakin terlihat tidak baik-baik saja.

"Apa karena Kageyama jadian sama Yachi, dan Kageyama jadi jarang latihan denganmu?" Ha, tepat sasaran.

"Bu--bukan, lagipula, latihan toss kan bukan hanya dengan Kageyama, aku juga bisa berlatih dengan Sugawara-san." Senyuman itu masih terus mengembang. Mungkin jika yang Hinata tunjukan senyumannya bukan Sugawara maka dia akan tertipu. Tapi Sugawara, dia sudah seperti psikolog yang bisa tau tentang keadaan seseorang.

Dari cara bicaranya, tatapan matanya, hingga senyumannya. Sugawara tau apabila orang itu sedang menyembunyikan sesuatu.

"Kau yakin tidak apa-apa?" Dan memaksa bukanlah tipe Suga, yaa walaupun dia ingin tau tapi tetap saja itu semua tergantung Hinata. Dan bila Hinata tidak ingin memberitahu tentu saja Suga tidak akan memaksa.

"Yaa, aku tidak apa-apa."

Sugawara menghembuskan napasnya.

"Ya sudah."

Dan praktek terjadi seperti biasa. Bedanya, sekarang Hinata dan Kageyama sudah jarang untuk bersama. Terkadang Hinata menyesal, karena dia tidak pernah menyampaikan isi hatinya. Sampai akhirnya, sekarang Kageyama sudah memiliki kekasih yang tentu saja bukan dia.

Andai saja, yaa andai saja. Andai waktu itu Hinata punya keberanian, andai saja Hinata menyampaikan semuanya.

Walaupun dia belum tentu di terima, tapi setidaknya dia sudah mengutarakan isi hatinya.

Padahal waktu itu adalah waktu yang tepat. Saat mereka berdua sedang pulang bersama.

"Ka--kageyama!"

"Apa?"

"A--ai--a..."

"Apaan sih?"

"Ah gapapa, aku duluan yaa. Jadi kita berpisah dari sini saja."

Seandainya Hinata bisa, ah dia sangat menyesal. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlambat. Tidak ada gunanya dia menyesali semuanya sekarang.

Tapi memang, bagi Hinata, Kageyama adalah hembusan napas untuknya.

Kageyama adalah rasa sakit namun juga obat baginya.

MY aLNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang