dua

5 2 0
                                    

Matahari sudah memunculkan sinarnya sejak tadi, memancarkan kehangatan bagi setiap tempat yang terkena sinarnya. Begitupun di lorong sekolah ini, kini ada sepasang kekasih yang sedang berjalan menyusuri lorong ini. Semua orang tidak heran saat melihat mereka yang selalu bersama kemanapun itu, mereka memang pasangan terkenal di sekolah ini. Siapa lagi jika bukan Bella dan Reno yang semalam membuat pesta.

"kantin yuk" ajak Reno pada Bella namun Bella tidak merespon bahkan cuek kepada pacar kesayangannya itu.

"kita kan belum sarapan" bujuknya lagi namun hasilnya tetap nihil. Kemudia muncul sebuah ide di kepalanya, dia pura-pura sakit perut dan berteriak kesakitan namun sama saja, Bella bahkan tidak peduli dengan acting Reno. Dia masih berjalan dengan tatapan lurus kedepan, Reno mendengus kesal dengan sikap pacarnya yang menggemaskan itu. Sepertinya dia masih marah akibat kelakuannya kemarin saat memperkenalkan Aqila sebagai selingkuhannya.

"Aqila, kantin yuk !" mendengar suara Reno yang meneriakkan nama Aqila, tiba-tiba Bella langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap sang pacar yang langsung mengedipkan sebelah mata kearah Bella, disinilah tingkat kemarahan Bella semakin naik.
Di tengah pertengkaran keduannya, tiba-tiba ponsel Reno berdering. Dengan cepat dia segera mengambil ponselnya dan mengangkatnya, sedangkan Bella juga pendapat sebuah pesan dari Aqila. Lalu Reno dan Bella saling menatap tajam selama beberapa saat.

Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di kantin dan duduk di meja panjang yang kosong, tapi Bella memesan makanan terlebih dahulu. Sesaat kemudian datang Arven yang membuat Bella kebingungan, untuk apa dia datang ke sekolah yang bukan menjadi sekolahnya ?

"pagi semuanya" sapa Arven yang ikut duduk di samping Reno.

"ngapain elo kesini ?" tanya Reno dan Bella bersamaan membuat keduannya saling menatap lagi.

"ada janji sama cewek cantik" ujar Arven dengan tampang playboy-nya.

"btw, selingkuhan elo mana ?" bisik Arven pada Reno namun masih terdengar di telinga Bella yang sebenarnya memang menguping.

"cari mati elo kesini ?" ancam Reno yang sudah gelisah melihat Bella yang sedang cemburu namun malah mendapat senyuman dari temannya yang playboy itu.

"pagi semua" sapa Aqila yang datang dengan ceria namun ekpsresinya langsung berubah saat melihat wajah Arven disana. Dia duduk di samping Bella dan langsung memakai headset yang tersambung dengan ponselnya. Lalu semangkuk bakso datang pada Reno, kemudian Reno memesan tiga mangkuk bakso lagi untuk pacar dan kedua temannya.

"makan sampai habis" ujar Bella kepada Reno yang langsung diiyakan oleh Reno dengan bahagia.

Baru satu kali suap, rasanya lidah Reno seperti terbakar. Wajahnya berubah menjadi merah dan matanya melotot menahan pedas dan panas dalam mulutnya, dengan susah payah dia menelan bakso itu hingga keringat mengalir dari wajahnya. Sementara itu, Aqila, Bella dan Arven menahan tawa yang akhirnya pecah juga.

"gimana enakkan baksonya ? Aku sendiri lho yang pesan spesial" kata Bella dengan nada penuh penekanan di setiap katanya.

"enak banget, jadi kamu harus coba" balas Reno seraya menyendok satu bakso pedas dari mangkoknya dan memaksa agar Bella ikut merasakannya namun Bella tidak mau dan itu menjadi hiburan tersendiri untuk Aqila.

Kemudian pesanan berikutnya sudah datang dan menghampiri setiap pemiliknya, kebetulan Aqila sudah sangat lapar jadi dia langsung melahap makanannya dengan nikmat. Sedangkan Arven ? Dia justru asik memandangi ekspresi Aqila yang dianggap seksi saat makan apalagi yang pedas-pedas. Dia bahkan bisa senyum-senyum  sendiri padahal tidak ada yang lucu di sekitarnya.

"kayaknya asik juga ya kalau gue sekolah disini" ujar Arven tiba-tiba membuat semua orang kaget dan menatap kearahnya.

"maksudnya ?" tanya Bella.

"mulai besok sekolah gue pindah disini, bareng sama kalian" ujar Arven dengan tegas.

Tiba-tiba Reno langsung menggebrak meja dan mengatakan tidak setuju jika Arven pindah sekolah, tentu saja karena ini bisa menganggu hubungannya dengan Bella dan Aqila. Namun tiba-tiba Bella ikut menggebrak meja dan menyatakan jika Arven harus pindah ke sekolah ini karena bagaimana pun juga Arven bisa dekat-dekat dengan Aqila dan itu menguntungkan bagi hubungannya dengan Reno.

Sekarang keadaan Arven sedang tidak baik karena Reno dan Bella sedang menatapnya dengan tajam seperti kode agar memilih salah satu. Tapi bukannya memutuskan dia justru bangkit dari duduknya dan melihat kearah Aqila.

"jangan traktir gue hari ini" ujarnya lalu melangkah pergi.

Tapi Aqila tidak peduli jadi dia lebih memilih untuk melanjutkan makannya yang tertunda.
Malam harinya setelah pulang sekolah, Aqila sudah mengurung diri di kamarnya. Gaun dan sepatu berserakan di tempat tidur, lalu Aqila sedang terduduk di meja rias dengan kepala yang disandarkan di meja seperti orang tidur. Sepertinya dia sedang frustasi saat ini.

Kemudian seorang wanita paruh baya masuk dan membawakan sebuah gaun biru selutut di tangan kanannya dan sebuah heels hitam di tangan kirinya. Dia menyuruh Aqila agar segera memakainya karena hanya baju ini yang cocok dengan make-up di wajahnya yang cantik. Akhirnya dengan terpaksa Aqila mengambil baju dan heels lalu memasuki kamar mandi untuk memakainya. Beberapa menit kemudian dia keluar dengan penampilan yang memukau layaknya seorang model.

"perfect" ujar ibu Aqila yang bernama  Risti.

"ma, Qila nggak suka pakai gaun" leluh Aqila yang sengaja tidak di dengar oleh Risti. "ini itu berlebihan".

"Qila, kalau kamu memang nggak suka sama Revan setidaknya hargai dia" ujar Risti seraya membenarkan bagian rambut yang kurang rapi.

"dia itu orang baik, jadi jaga sikap kamu. Buruan dia udah nunggu di depan" tambah Risti lalu keluar dari kamar putri sematawayangnya.

"baik dari mananya ?" gerutu Aqila dengan kesal.

Setelah keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga, Aqila langsung menuju halaman depan dan melihat seorang laki-laki sudah berdiri dengan tampang yang paling Aqila benci. Siapa lagi jika bukan Revan, cowok kasar yang punya topeng di wajahnya. Lalu Revan mempersilahkan Aqila masuk mobil setelah itu, dia ikut masuk dan menjalankan mobilnya.

Aqila berandai-andai, kalau saja Revan bukan anak dari teman Risti yang banyak memberikan sumbangan di bisnis mamanya pasti Aqila tidak akan pernah mau kenal dengan Revan. Lihat saja, dia mengajak Aqila pergi dinner tapi sekarang malah mendiamkan Aqila dan sibuk telfonan dengan seorang cewek dengan romantis. Andai saja Risti tau kelakuan Revan yang sebenarnya, pasti dia tidak akan merelakan putrinya bersama laki-laki ini.

Beberapa saat kemudian Revan menutup telfonnya dan meletakkannya di sembarang tempat, dia melihat sekilas kearah Aqila yang duduk diam dan hanya menatap kosong ke depan. Disanalah menunggingkan senyum yang sangat dibenci Aqila.






Ikuti terus kisahnya ya, jangan sampai ketinggalan !
Jangan lupa vote dan komen ya..
Terimakasih

PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang