one

123 27 36
                                    

Pancaran sinar matahari masuk melalui jendela yang sedikit terbuka itu membuat seorang gadis terbangun dari mimpi indahnya. Mata gadis yang bernama Hana beralih menatap jam yang terletak didinding kamarnya. Jarum jam tersebut menunjukkan pukul 07:30 wib.

Bagaimana bisa dia terlambat dihari senin?

Sesalnya lalu langsung bergegas ke kamar mandi. Tidak butuh waktu lama, dia keluar dan bersiap siap memakai seragam putih abu nya. Hana mengikat rambut panjangnya lalu memasang softlent berwarna kecoklatan. Karena menurut Hana lebih baik menggunakan softlens dibandingkan kacamata yang hanya membuat seseorang menjadi terlihat nerd. Bagi sebagian orang ya. Toh itu juga hanya pendapat Hana yang sering membaca cerita fiksi dan drama korea. Jadi kebawa ke realnya.

Hana mengambil tas nya yang berwarna biru langit polos dan pergi menuju dapur untuk mengambil roti buat sarapan disekolah nanti.

Hana keluar lalu mengunci rumahnya karena dia tinggal seorang diri dirumahnya. Hana pisah rumah dengan orang tuanya karena alasan pribadi yang belum siap Hana ceritakan kepada siapapun.

"Telalt lagi? " Hana menoleh ke asal suara dan mendapati seorang lelaki seumurannya berjalan disampingnya.
Siapa lagi kalau bukan Dion tetangganya. Hana hanya melihatnya sekilas lalu mempercepat langkah kakinya.

"Yah..  Tunggu dong, bareng gue sesekali" ujarnya dan mengimbangi langkah kakinya dengan Hana. Langkah Hana terhenti.

"Please lah..sehari aja lo biarin hidup gue tenang" hana capek menghadapi tetangganya yang baik ini.  Iya baik, sampai sampai Hana sangat menyesal karena harus menjadi tetangganya.

"Haha, emang kapan sih gue ganggu lo" lengannya ngerangkul bahu Hana.

"Ck serah ah" Hana berusaha melepas rangkulan Dion karena sekarang mereka telah sampai ke depan pintu gerbang kemerdekaan republik Indonesia. Canda elah. Maksudnya kedepan gerbang internasional senior high school, SMA mereka.

"Dion! " seru kedua sahabat Dion yang baru datang juga.

"Wess telat juga lo, kebiasaan"

"Lo sendiri juga, haha"

Dion langsung ninggalin Hana sendiri dan pergi bareng sahabatnya.

"Idih tadi sok dekat, sekarang? Malah gue ditinggalin sendiri huh"
Hana mendengus kesal lalu masuk ke dalam sekolahnya. Hana jalan sendiri dikoridor yang sepi karena sudah jamnya masuk kelas.

Sebelum masuk Hana mengambil nafas dalam dalam lalu menghembuskannya. Hana sudah siap kalau saja dimarahi. Toh dia juga sudah sering dimarahi.

Cklek

Semua mata langsung tertuju ke Hana sebentar lalu kembali lagi ke buku mereka masing masing.

"Hana!  Sini" ujar Aurelia teman sebangku sekaligus sahabat Hana. Hana meletakkan tasnya dan duduk disebelah Aurelia.

"Mana bu Friska? " tanya Hana.

"Guru lagi rapat. Kita dikasih tugas"
Keberuntungan ada di pihak Hana karena bu Friska termasuk guru killer disekolahnya.

"Sepertinya Dewi keberuntungan ada dipihakku"

Aurelia yang mendengarnya hanya memutarkan matanya malas.
"Mana ada yang namanya Dewi keberuntungan. Lagian kenapa telat mulu sih?  Digangguin Dion lagi? "

Selama ini alasan Hana telat karena diganggu Dion itu sebabnya Aurelia langsung menebaknya.

"Kali ini enggak sih, gue telat bangun"

"Oh, btw mana Dion and the geng? "

"Iya juga ya padahal mereka tadi datangnya barengan sama gue"

"Bolos kali" ujar Kayra ikut nimbrung.  Kayra juga sahabatnya Hana dan Aurelia. Dia duduk di depan meja Hana dan Aurelia.

Baru saja digosipin ketiga makhluk tersebut masuk ke kelas. "Pagi semua" semua mata cewe langsung menuju ke mereka bertiga.

Mereka bertiga adalah most wanted disekolahnya.

Arkhan, cowo ganteng suka tebar pesona, apalagi senyum, sayangnya nakal, sering bolos. Tetap saja dia dikagumi.

Dion, Leader di gengnya, ganteng tapi suka ngejahilin orang, punya banyak
anjing eh mantan maksudnya, sifatnya hampir sama dengan Arkhan.

Alvaro, yang satu ini berbeda dengan yang lain, dia ganteng, cool, tapi sayangnya dia cuek dan dingin. Jarang banget senyum seram jadinya. Tapi tenang aja ada kok cara buat dia luluh hatinya.

Banyak gadis gadis disekolah mengagumi mereka.

Mereka bertiga menuju kursi belakan tempat duduk mereka. Takdir memang membuat Hana pasrah karena Dion duduk disebelah kirinya.
"Ada tugas ya? "

"Iya, tugas fisika, soalnya di papan tulis tuh"

"Oh"
Cuma oh doang?
Hana lagi lagi dibuat kesal oleh Dion. Hana langsung mengerjakan soal soalnya sampai selesai. Baru saja Hana ingin menutup bukunya, Dion langsung menarik paksa buku Hana.

"Bagi bagi dong jawabannya" Hana yang lagi malas berdebatpun akhirnya mengalah. Toh kalau jawaban Hana salah berarti jawabannya Dion juga ikutan salah.

Next?
Jangan lupa vote ^^

Neighbour in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang