three

61 17 7
                                    

Waktu terus berjalan sampai menandakan selesainya jam belajar di sekolah. Semua murid berhamburan keluar kelas melewati satu pintu. Lalu bergegas menuju parkiran untuk pulang ke rumah mereka masing masing. Tetapi berbeda dengan Hana yang sedari tadi muram dan memasang wajah pasrah di tempat duduknya. Sambil memerhatikan orang yang pulang.

"Hana! " Hana hanya melihat mereka sekilas. Kedua sahabatnya tampak kasihan terhadap Hana tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan bukan?

"Sebenarnya kami mau saja bantuin lo Han, tapi ya lo tau lah bu Friska gimana" ujar Kayra.

"Iya han" ujar Aurelia menimpali.

Ya saat ini Hana sedang dihukum. Sepulang sekolah Hana disuruh membersihkan perpustakaan. Memang bukan Hana sendiri yang melakukannya. Dion juga terkena hukuman yang sama dengannya.

"Kami pulang duluan ya" ujar mereka berdua lalu meninggalkan Hana.

Dion menatap Hana dengan tatapan kesal. Dion merasa dia tidak mempunyai kesalahan. Ini semua gara gara anak bernama Hana.

"Gegara lo nih, gue jadi kena hukuman juga" ketusnya.

"Enak aja. Kenapa lo malah nyalahin gue? " Hana merasa tidak terima disalahkan olehnya.

"Kalau lo ga jatuh dari pohon kita ga bakalan di hukum gini" jawab Dion lagi.

"Siapa suruh lo nangkap gue? " sarkas Hana.

"Niat gue baik tapi lo malah natap natap gue kelamaan kan bu Friska jadi salah paham"

"Situ juga ga nyadar ya?! "

Dion dan Hana saling melemparkan tatapan sinis satu sama lain. Hingga sebuah suara memecahkan tatapan sinis mereka berdua.

"Mau di tambah hukumannya? " Ujar bu Friska penuh penekanan.

"Gak makasih" ucap Dion ketus lalu langsung pergi menuju perpustakaan.
Hana melihat bu Friska sekilas yang terlihat sedang kesal dengan sedikit takut.

"Bersihin cepat, waktunya cuma satu jam. Kalau besok belum bersih, siap siap dapat hukuman tambahan. Mengerti? "

"Iya"

Bu Friska telah keluar dari kelas. Begitu juga Hana. Dion? Dia sudah pergi terlebih dahulu.

Hana melangkahkan kakinya menuju ruangan perpustakaan sekolah nya. Tidak dekat tapi juga tidak terlalu jauh. Hana berjalan dengan langkah gontai menyusuri koridor yang telah sepi sambil mendengus pelan.

Langkahnya terhenti di sebuah ruang yang bertuliskan 'PERPUSTAKAAN'.

Hana segera membuka pintu perpustakaan tersebut dan sedikit kesal melihat pemandangan di dalamnya.

Buku terlihat berserakan di meja, ini pasti kerjaan orang orang yang hanya mengambil buku tetapi setelah dibaca tidak dikembalikan pada tempatnya. lalu debu debu yang menempel di rak rak buku tersebut. Dan kursi kursi dengan meja yang tidak tersusun rapi. Hana mendengus kesal kembali.

Baru saja Hana ingin bersabar dia melihat seseorang duduk bersandar dengan santainya dan mengangkat kakinya ke atas meja didepannya sambil matanya tertutup menikmati musik melalui earphone yang dipakainya.

Melihat hal itu Hana langsung berjalan cepat menuju orang tersebut yang tak lain adalah Dion.

"Dion" panggil Hana pelan mencoba tuk bersabar. Tidak ada respon.

"Dion" panggil Hana lagi dengan penuh penekanan.

"DION! " teriak Hana. Lagi lagi Dion tidak merespon ataupun membuka matanya.

Hana menarik paksa salah satu tali earphone yang dipakai Dion. "Lagu apa sih yang lo dengar sampai ga dengar teriakan gue" kesal Hana sambil mendekatkan earphone milik Dion ke telinga nya.

"Lo gak nyalain musik ?! Kenapa gak nyaut waktu gue panggil ha?! "

Kaki Dion yang ada diatas meja turun dan kursi yang diduduki nya diputarnya menghadap Hana. Mata nya menatap mata Hana tajam. "Ganggu aja lo" ucap Dion lalu berdiri dan ingin beranjak pergi.

"Dion! Bukan cuma gue yang dihukum! Lo kan juga! " Hana berusaha menahannya dengan memegang lengannya.

"Brisik. Semua ini salah lo kenapa lo malah nyuruh gue? " ucap Dion dingin. Dion menghempaskan tangan Hana dan mendorong nya hingga tubuhnya terhempas kelantai dan mengenai meja di belakangnya.

"Ah! " Hana meringis sakit.

Dion sedikit kaget dengan apa yang dilakukan dirinya sendiri lalu kembali tidak peduli dan bersifat dingin dan kemudian meninggalkan Hana sendiri di dalam perpustakaan.

Hana mencoba berdiri.

"Gue benci sama lo Dion! Gue benci! " teriak Hana sambil menangis.

Terdengar suara pintu ditutup dengan kuat.

Hana tidak pernah menyangka akan seperti ini. Yang pernah Hana khawatirkan terjadi dulu justru terjadi sekarang.

-Skip

Selesai membersihkan ruang perpustakaan yang tidak terlalu besar sendirian, Hana duduk di kursi didepannya. Mengambil earphone di dalam tasnya yang terletak dimeja. Lalu memutar lagu Davichi- cry again. Alunan demi alunan Hana dengarkan. Tiba tiba Hana teringat sikap Dion kepadanya. Mengingat kejadian 3 tahun yang lalu, dan mengingat perkataan nya 3 tahun yang lalu. Sebelum dia berubah.

Dulu sewaktu SMP Hana sempat mengagumi Dion. Dengan sikapnya yang baik dan sangat perhatian. Teringat saat dirinya di jauhi dan di olok olok, Dion lah yang datang kepadanya pertama kali dan melindunginya.

"Lo ga boleh selamanya kayak gini. Gue bakalan bantu lo buat kembali. Gue janji ga akan ngebuat lo sakit hati seperti yang mereka lakukan ke lo"

Tanpa sadar hana meneteskan air mata lagi. Mana janji lo Di?

Lagu itu berakhir. Hana langsung menghapus air mata dipipinya. Hana menarik nafas dalam lalu memhembuskannya.

Hana mengambil tas nya dan berjalan menuju pintu. Hana memegang gagang pintu dan menurunkannya.

Tunggu..

Hana mencoba menurunkannya lagi. Mencoba berulang ulang dan hasilnya sama. Hana terkunci!

Jantung Hana berdetak lebih cepat. Rasa khawatir timbul di hatinya.
Dia mengetuk pintu berharap ada yang mendengarnya.

"Apa ada orang" teriak Hana berkali kali tetapi tidak ada hasil.

Tubuh Hana merosot kebawah. Air mata menetes di pipinya lagi. Siapa yang menguncinya? 

Tidak!  Hana tidak ingin berburuk sangka pada siapapun. Tetapi Hana tau Perpustakaan tidak pernah dikunci.

Ditempat lain

Seseorang menatap pintu perpustakaan dari luar dengan tatapan nanar.

"Maafin gue Han, gue harap lo ngerti"
Gumamnya.


Dont forget votemen nya

Neighbour in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang