3

10.9K 256 1
                                    

Seoul, Korea Selatan

Pertemuan para tetua itu berlangsung di sebuah ruang makan bermeja kayu panjang, sekitar delapan belas orang tetua tengah berumpul, duduk membentuk persegi panjang.

      Mereka semua mengunakan pakaian kasual, di depan mereka terdapat untuk masing-masing mereka cangkir teh yang tidak tersentuh dan sejumlah makanan kecil.

     Mereka datang dari beberapa provinsi berbeda, tapi kedatangan mereka telah diatur dengan diam-diam oleh seorang tetua senior.

     Pada pertemuan itu, para penjaga bersenjata khusus mengawal mereka memasuki rumah besar tempat pertemuan itu diadakan, dan ketika tetua terakhir muncul, pintu ruangan itu segera dikunci dan para penjaga mengambil tempat, bersiaga dan waspada terhadap adanya tanda-tanda penguntit, bahkan pengacau.

      Meski diwajah mereka tampak jelas kerutan karena usia, namun jelas mereka adalah orang-orang yang mempunyai kekuasaan penuh dan jabatan dalam keluarga.

     Perkumpulan itu hanya seperti makan malam biasa tapi pembahasan mereka bukan untuk makan malam hangat dan bersenang-senang antara sesama keluarga.

     Pertemuan itu sudah berlangsung hampir tiga jam dan pembicaraan mereka baru menyelesaikan tahap awal. Berhubungan dengan politik, pemerintahan dan tentu saja perusahaan.

    Meski tidak semua orang di ruangan itu secara langsung bekerja untuk perusahan keluarga, tapi mereka orang-orang yang cukup berpengaruh di pemerintahan.

    Perusahan keluarga yang dahalunya hanya berupa toko obat kecil itu telah berubah menjadi sebuah kerajaan bisnis yang besar.

    Akhirnya, ketua kelompok itu memutuskan bahwa telah tiba saatnya untuk membahas perihal paling utama, yakni pemulangan Tuan Putri—putri satu-satunya Presdir Lee—ke Korea Selatan.

     Tuan putri yang mereka maksud adalah pewaris satu-satunya kekayaan Tuan dan Nyonya Lee, yang merupakan pemilik saham terbesar di perusahaan keluarga itu.

    Perusahaan bernama Hachi itu tak hanya bergerak dibidang obat-obatan dan kosmetik, melainkan juga mulai bergerak di bidang retail.

   Pembahasan itu telah diatur seseorang.

   Setelah mendengar kabar batalnya pernikahan putri Presdir Lee, seseorang kepercayaan langsung terbang menuju indonesia detik itu juga menjemput tuan putri bahkan dengan paksa sekalipun dan pertemuan itu segera di atur.

    Tak ada yang menyangka pembatalan pernikahan itu terjadi diluar rencana yang telah diatur sedemikan rupa.

      Salah seorang tetua berdehem “Sebagaimana kita ketahui, Tuan Lee dan Nyonya Lee" ia menoleh kepada pasangan paling muda diantara mereka, pasangan paling kaya dan berpengaruh di pertemuan itu.

     Tetua itu mengalihkan pandangan kepada semua peserta pertemuan yang mengangguk kecil kearahnya lalu melanjutkan "Kita tidak bisa melepas begitu saja cucu tertua Tetua Kim" katanya mengarah pada seorang tetua berkacama dengan tubuh gempal dan buncit yang duduk berseberangan dengan pasangan paling muda tadi.

     "Tujuan utama pemulangan tuan putri telah sama-sama kita ketahui, cucu Tetua Kim sudah waktunya menikah. Kesempatan itu tidak bisa kita lepas kepada orang lain diluar keluarga” jelas tetua senior itu. Meski rambutnya sudah sepenuhnya dipenuhi uban dan tubuhnya yang sudah nampak rapuh karena usia, tidak berpengaruh besar terhadap suaranya yang tetap lantang dan berwibawa.

    Nyonya Lee menahan seyumnya, ia tahu ia telah memenangkan satu tujuannya.

     “Aku tidak bermaksud kasar Tuan Lee, tapi, mungkinkah cucu tertua kami tidak memenuhi kriteria calon suami tuan putri?” tambah Tetua Kim.

      Nyonya Lee menoleh pada suaminya, lalu beralih memandang kepada semua orang “Tetua Kim, kami tahu dan semua orang juga mungkin tahu. CEO Kim telah menjadi bujangan paling diincar di Seoul, dari segi fisik ia sempurna,dari segi materi pun ia berlimpah. Jika ia menjadi menjadi suami putri kami, tentu kami tidak keberatan sama sekali. Jika para tetua beranggapan kami sengaja mengulur waktu kepulangan putri kami, sujujurnya itu memang benar. Lebih baik kita saling berkata jujur, bukan? Kami selalu menjadikan putri kami sebagai prioritas, ia selalu di nomor satukan dalam hal apapun” jelas Nyonya Lee puas. Apa yang ia rencanakan selama ini telah berjalan dengan mulus, kecuali satu hal.

    Kim Hyun So atau lebih dikenal CEO Kim, cucu salah satu tetua di pertemuan itu, Tuan Kim, pemuda paling potensial untuk menikahi Tuan putri. Para Tetua tidak mau jika kesempatan emas itu jatuh keluar keluarga besar, karena sudah menjadi tradisi dari dahulunya.

   Kim Hyun So adalah orang yang menduduki kursi pemimpin perusahan besar itu, mengantikan posisi Tuan Lee beberapa tahun lalu. Sudah matang untuk menikah, dan sudah menjadi kesepakan bahwa mereka berdua harus dinikahkan demi kepentingan perusahaan.

    Wajah Tetua Kim mengeras karena tersinggung “Apa maksud anda Nyonya Lee?”

     Nyonya lee memandang para tetua dan terseyum pada suaminya “Tiga tahun yang lalu, Ketua Kim mengatakan bahwa CEO Kim tidak menjalin hubungan dengan siapapun. Kami dan para tetua yang lain tentu percaya akan hal itu” tetua lain nampak mengangguk samar menyertujui ketika Nyonya Lee melanjutkan “Putri kami sudah dipersiapkan untuk kembali, tapi tiga hari sebelum keberangkatannya kami medengar kabar bahwa CEO kim sudah menjalin hubungan dengan seorang artis terkenal selama tiga tahun. Kami tidak perlu menyebutkannya, karena Tetua kim sudah pasti mengetahuinya. Dan selama tiga tahun selanjutnya, kami terus mengulur waktu kepulangan putri kami, berharap CEO Kim akan segera mengakhiri hubungannya. Namun, ternyata kami salah. Hubungan itu ternyata makin serius. Secara pribadi kami tentu merasa kecewa. Tapi, karena tetua mendesak putri kami agar di pulangkan, maka kami akan memastikan putri kami sudah sampai di korea bulan depan. Dan jika selama satu tahun CEO Kim belum bisa menjadikan putri kami satu-satunya, maka dengan sangat terpaksa kami menerima lamaran seorang Menteri di negara ia berada sekarang"

***

   Kim Hyun-So melempar Map yang di berikan kakeknya geram "Persetangan dengan Lee Se-ra dan urusan perusahaan" teriaknya mengema keseluruh ruang kerja Kekeknya.

    Laki-laki berkacama bulat yang seluruh kepalanya sudah di tumbuhi uban itu tak bergeming sedikitpun "Kau bisa menjadikan Lee Se-Ra sebagai istri sah, dan pacarmu itu sebagai selir" usul Tetua Kim tak kalah sengit.

     Ia sudah kenal cucu semata wayangnya itu dari bayi. Dan ia hanya ingin yang terbaik untuk cucu kesayangannya itu sebelum ia menutup mata untuk selamanya. Seorang wanita baik-baik dari keluarga baik-baik pula, bukan wanita tidak baik yang hanya memanfaatkan kekayaannya saja seperti kekasih Hyun So sekarang.

    Kim Hyun So memejamkan matanya geram dan mendesah keras "Kakek pikir aku ini apa?" katanya lirih menyandarkan pungung ke kursi di ruang kerja kakeknya.

    Dari dahulu hanya perkataan kakeknya yang tidak pernah bisa ia bantah. Sebab hanya laki-laki tua itulah yang selalu ada untuknya. Mengantikan sosok ayah yang selalu sibuk bekerja, sekaligus ibu yang sudah lama meningal dunia.

   Karena Ayahnya menolak menikah lagi, maka dengan rela kakeknyalah yang akhirnya menikahi seorang wanita muda demi memberikan rasa memiliki seorang ibu untuk Kim Hyun So, mengabaikan hujatan dan hinaan orang-orang di luar sana atas dirinya.

   Tapi kali ini lain, perjodohan, bukan hal yang ingin dilakukan Hyun So. Pernikahan itu pilihan hidupnya sendiri, dan ia sudah memantapkan pilihan pada kekasihnya, Kang Tae Ri.

The Blue Sunshine (Hardiness)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang