9. The Last!

1.3K 41 5
                                    

Hema berlari mengejar sebuah cahaya, mengejar sebuah siluet seseorang di dalam cahaya. Merasa bahwa di sanalah dia berada. Disana lah raganya berada.

Hema meloncat kedalam gumpalan cahaya.

Deg...

Yang pertama Ia lihat untuk pertama kalinya adalah perempuan cantik berambut panjang khasnya.

Apa ini? Hema rasanya benar-benar senang ternyata yang selama ini terjadi hanyalah mimpi belaka. Dia ingin sedikit egois hanya dengan cara merebut gadis mikiknya dari tunangannya.

Dia sudah cukup hidup penuh perjuangan dan saat inilah puncaknya. Hema melihat semua orang bergerak kesana-kemari namun tatapannya terus menatap ke arah mata hezel seorang wanita yang juga terus menatap sambil mengembangkan senyum padanya.

Entah ada apa dengan telinganya. Dia tidak bisa menangkap suara apapun. Padahal keadaan cukup ribut saat itu. Diangkatnya tangan lemah itu untuk menyentuh pipi gadis cantik di sampingnya.

Namun dia cukup kaget melihat beberapa selang dan suntik menancap di tangannya. Apa ini? Diaman dia sekrang? Diturunkannya kembali tangan lemah jtu tidak jadi menyentuh pipi gadis cantiknya.

Hema mulai menerka-nerka sekelilingnya. Melihat para medis yang berlalu-lalang dihadapannya. Ini cukup aneh telinganya tidak bisa menangkap bunyi yang ada.

"Starla?" Ucapnya lemah. Suara pertama yang Ia dengar adalah suranya sendiri.

Di tatapnya perempuan yang sudah bersimpah air mata dimatanya. Hema semakin bingung, situasi apa ini?

"Hema..." Semua suara seakan terblokir dari telinganya kecuali suara lembut wanita itu.

Hema mulai merasakan pusing yang teramat pada kepalanya. Mulai merasakan satu persatu alat nafas yang ada di tubunya mulai di lepas.

Bahkan wanitanya tinggal terlihat siluet nya saja. Hema merasakan sebuah darah mengalir hebat dari hidungnya. Bahkan telinganya berdenging.

"Yo te amo."

Telinga Hema yang berdengjng berhenti seketika ketika perempuannya itu berkata. Dia merasa semakin manjauh dari wanitanya. Seperti ada yang menarik dirinya, menarik dirinya menjauh dari wanitanya.

Membawa ranjang rawatnya ke ruang oprasi.

"Starla, Yo te amo."

Lirih Hema dalam hatinya ingin mencoba berkomunikasi bersama perempuan yang di cintainya.

Dan semua terasa hampa pada akhirnya.

***

Starla

Ini sudah tahun ketiga dalam hidupku untuk membiasakan diri. Menghafal seseorang hanya perlu tiga detik tapi tidak dengan melupakannya.

Semilir angin meniup-niup rambutku dengan nakal. Dia mulai tersenyum ke arahku lalu menarik pinggangku agar lebih dekat padanya.

Aku tidak bisa menolak, aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Itu terjadi begitu saja. Aku tatap mata itu terluhat sebuah rasa sakit yang amat dalam.

Dia menyelipakan rambutku pada daun telinga. Padang ilalang dan senja yang menjadi covernya membuat aku bingung. Kapan kami kesana? Apa kami datang hanya untuk bermesraan?

"Starla... Yo te amo."

Aku menatap dirinya yang terus menerus menatapku. Menatap mata bersinarnya. Rasanya begitu sulit dipercaya.

"Hema... Yo te amo."

Dia menarik tengkukku mempertemukan kedua matrial kenyal kami untuk bersatu. Saling melumat satu sama lain, menyalurkan kerinduan yang semat tertunda bertahun-tahun. Dia melepas tautan kami.

"Aku harus pulang." Ucapnya lalu kembali melumat bibirku seolah itu adalah ciuman penutup.

Dan aku terbangun. Tersadar bahwa Hema Chandra yang aku miliki sudah pergi tiga tahun yang lalu.

The End

Ceritanya selsai, sangat-sangat membingungkan memang. Dan saya nulisnya gercep, cuman sekali ngedip asli, gak deng. Terimakasih untuk 28k pembacanya hehe seneng asli. Padahal receh sekali dan sad ending.

Terimakasih :)


Dan pada akhirnya tidak ada surat cinta untuk starla

Surat Cinta Untuk StarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang