5. Tanpa Ada Dirimu

3.1K 83 12
                                    

HEMA
Tiga hari bersama, dia ngebuat gua takut, takut kehilangan. Seakan seperti DVD yang terus di putar ulang di otak gua-- setiap detik yang kita lewati tiga hari ini Starla, gua ingat persis.

Sebuah teras putih gua injak, setiap langkah gua tersenyum saat mengingat kejadian hebohnya lu tadi pagi di mobil. Apalagi pas liat muka lu tadi-- di trotoar lu bilang: "Dadah Hema."  Dengan muka yang tidak bisa diartikan.

Saat masuk rumah ada perempuan yang sudah berkepala tiga menunggu  di sofa. Dia mentap. Gua senyum. Terlihat sebuah lapisan bening menyelimuti matanya yang bulat itu. Gua tatap dia sambil tersenyum berharap lapisan bening itu tidak pecah tapi nihil, sebulir air mata terjun bebas dari matanya yang berpupil hitam pekat itu-- sepertinya dia mengetahui kebohongan dari senyuman gua , tapi jujur saat itu anak nakal mu ini sedang bahagia Mah.

"Kamu dari mana?"
Baru saja duduk suara paraw itu terlihat khawatir. Suara itu bergetar sama seperti jantung gua yang bergetar saat mendengarnya. Gua tersenyum berharap bisa menenangkan dia. Sekeras apa pun gua berusaha terlihat bahagia tapi si ibu desainer gaol itu-- dia mewarnai rambutnya seperti anak muda saja-- tetap bisa membaca hal yang sangat gua, dia dan Papah khawatirkan beberapa bulan ini.

"Hema baik-baik aja kok Mah."
Gua gak jawab pertanyaannya tapi gua jawab ke khawatirannya. Dia meluk Hema seakan Hema adalah anaknya yang masih berusia 7 tahun pada 15 tahun lalu. "Mamah sayang sama Hema." Pundak gua basah, Mamah nangis. Tanpa Mamah katakan pun Hema tahu Mah.

"Aden menak jinggo tos uih." Suara Emak-emak ini membuat Mamah melepaskan pelukannya dan tersenyum melihat gelagat Mbok Jum. Terimaksih telah menghiburnya Mbok.

"Mbok tuh gimana sih kok ngebiarin anak kecil main ke Cianjur sendirian?" Mamah gak pernah negor Mbok Jum sekali pun negor itupun bercanda, ya seperti kali ini. Tak apalah gua di sebuat anak kecil asalkan Mamah bahagia.

"Ehh Nyonya, Den Hema teh gak sendirian di temenin perempuan cantik yang punya coffeshope di depan rumah Nyonya." Emak-emak berusia 70 tahun itu terlihat sangat antusias. -_-

"Ohh kamu ke Cianjur sama Starla." Mamah berkacak pinggang, sepertinya sebuah drama akan di mulai, kalian akan menyaksikannya sebentar lagi. Simak lah. Heran juga kenapa Mamah tahu namanya ya?

"Oh Mamah tahu kamu pasti gak mau di sebut anak kecil lagi sama Mamah kan? Makannya kamu cari pacar yah?" Itu menyakitkan Mah, Mamah selalu menganggap Gua anak kecil dan akan terus begitu dan dengan cara begitu Mamah gak akan pernah merasa gua bakal hilang dalam waktu dekat ini. Mah, cukup sandiwaranya ini tidak lucu.

"Apaan sih Mah. Gak lah Mah Hema itu cuman temenan sama Starla." Baru teman maksudnya Mah, kan gak ada yang tahu ke depannya bagaimana di antara Hema dan Starla. Tapi ada dua kemungkinan Mah, Hema bisa saja menjadi pacar Starla atau Hema hilang meninggalkan Starla dan kalian semua.

"Lakukan apapun yang kamu mau, buat banyak orang tersenyum! Kamu tahu apa yang akan terjadi. Jadi lakukanlah, lebih baik menyesal karena telah melakukannya dari pada menyesal karena tidak pernah melakukannya." Sorotan mata hangat dari ke dua emak-emak rempong ini menghangatkan hati. Suasana hening ini agak sedikit menganggu sebenarnya hingga Mbok Jum membuyarkannya. "Aden teh gak bawa oleh-oleh buat Mbok?" Boro-boro nyari oleh-oleh Mbok malah capek nyari bensin Hema.

"Ya nih Hem, kamu gak bawa. Kalau gak bawa oleh-oleh paling gak kenalin Mamah sama pacar baru kamu itu." Shit, Starla maksudnya? Apaan sih Mah masih calon juga hehe.

"Ihh Hema tuh gak punya pacar Mah."  Hema menegaskan yah Mah adanya calon. "Bibi nanyain oleh-oleh?  Ada tuh di tas." Gua ngalihin pembicaraan. Si Mbok yang lagi duduk di teras pun membuka tas gua sedangkan Mamah menyimak.

Surat Cinta Untuk StarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang