Together 2

9 0 0
                                    

"Jemarimu yang hangat membuatku ingin terus menggenggamnya"

***

"Mel temani Gue ke Gramed yuk" Ajak Mariano saat jam pulang sekolah dan mereke berada di parkiran.

"Yuk sekalian mau beliin Tasya novel buat kado ulang tahun"

"Oh kapan ulang tahunnya ?"

"Lusa. Kalian gak ada niat mau ngasih surprise gitu?  Kalian kan satu band "

"Nanti Gue ngomong ke yang lain dulu"

"Oke"

Setelah sampai di parkiran mereka memakai helm masing2 dan berangkat ke tempat tujuan.

Selama perjalanan mereka larut dalam percakapan percakapan kecil.

Karena macet perjalanan yang seharusnya di tempuh dalam waktu 15menit menjadi 30 menit.

Saat hendak masuk ke dalam Mariano mencekal tangan Melan

"Mel gue pegang tangan lo ya?"

"Gandeng ? Bo,,,,boleh kok" Gugup satu kata untuk Melan saat ini. Meski sudah 7 bulan pacaran, Melan msih saja merasa gugup ketika Mariano melakukan hal sekecil itu.

Mariano tersenyum. Mereka masuk ke dalam sambil bergandengan. Melan malu ? Sudah pasti. Karena beberapa pasang mata melihat ke araah mereka. Bukan karena mereka terlihat serasi, tapi Melan merasa sebaliknya. Ia malu dengan badannya yang gendut,tidak cantik bahkan memiliki otak standar.Sedangkan,Mariano yang tampan, badan atletis dan cerdas. Mariano yang seolah membaca pikiran Melan malah mengeratkan jemarinya di jemari hangat Melan. Melan yang merasakan hal itu, lantas menoleh ke arah Mariano yang tersenyum hangat ke arahnya. Melihat itu, rasa malu yang tadi dirasakan terasa sirna begitu saja.
Dalam hati kecilnya Melan bersyukur bahwa pacarnya ini terlihat sempurna dalam fisik dan perilaku.

***

Setelah membeli buku Mariano dan Novel untuk kado ulang tahun Tasya, mereka mampir ke sebuah cafe.

"Mel mau pesen apa?"

"Samaan kaya lo aja "

"Yaudah. Jus Alpukat nya 2 sama Nasi goreng spesial nya 2" pesan Mariano pada seorang karyawan yang memakai pakaian berwarna merah dengan dasi kupu kupu itu.

Melan tersenyum. Mariano selalu tau apa yang dia mau. Jus Alpukat dan Nasi Goreng spesial.Meskipun ia tidak memberitahu. Ini menjadi salah satu alasan kenapa Melan merasa nyaman senyaman nyamannya dengan Mariano.

"Mel kok senyum-senyum gitu? "

"Eeh..enggak kok siapa yg senyum2. Gue heran aja ngapain lo nanya gue mau pesen apa padahal lo tau apa yang gue mau"

"Aku kenal Kamu bukan sehari loh Mel"

Sontak melan kaget.

"Aku Kamu? "

"Emang salah ya Mel? "

"Ng..ngak kok gak salah"

"Trus knapa kaget gitu? " tanya Mariano sambil menarik pelan hidung Melan.

"Kan inI pertama Kali lo pake Aku Kamu. "

"Mulai hari ini aku akan pake kata itu, jangan tanya alasannya kenapa, pasti kamu tau alasannya Mel "

"Karena Lo- Eh maksudnya Kamu sayang sama Aku? "

"Itu udah tau kok nanya sih Mel? " sambil mengacak plan rambut Melan.

Melan menatap Mariano dengan tatapan lembutnya.

"Makasih udah Cinta semua kekurangan aku."

Mariano tersenyum menatap kedua manik mata Melan.

"Makasih udah mau hadir dan menjadi harapan aku bertahan"

"Berta-" kalimat melan terhenti saat Karyawan datang membawa nampan berisi pesanan mereka. Melan mengurungkan niatnya.

Melan berpikir, bertahan? Bertahan untuk apa? Emangnya Dia sakit? Ataukah ada beban hidup yang tak sempat ia ceritakan. Tidak tidak mungkin itu hanya kalimat. Iya hany kalimat biasa.

***

Mariano merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Ia membuka handphone ia yakin pasti sudah banyak pesan yang masuk. Apalagi Group Whatsapp Bandnya. MARIANO melihat jam yang sudah menunjukan pukul 03.30 ia seharusnya sudah berada di sekolah dari 30 menit yang lalu. Dia lupa.
Lantas ia langsung bbangun mengambil jaketnya kembali.

Mariano mendadak pusing, tangannya lantas dengan cepat mencari botol berisi pil obat untuk menghentikan sakit kepala yang menyerangnya. Dimana obat itu? Dengan pusing yang begitu menyerang Mariano menuruni tangga dan mencari kira kira obatnya ketinggalan di bawah. Ibu Mariano yang melihat itu lantas menghampiri putera kesayangannya.

"sayang, kamu lagi cari apa? "

"O-obat aku bun " jawab Mariano terbata bata lantaran ia mulai merasakan sesak napas.

"Kamu kambu? Bunda punya obat kamu. Sabar bunda ambilkan "

"Bun-" Kalimat Mariano terhenti. Ia terjatuh di kaki bundanya. Darah yang mengalir dari hidungnya membuat bundanya kaget bukan main.

***

"Mariano kemana sih, udah jam segini juga. Dia gak bisa tepat waktu ya? " Kesal Tasya.

"mungkin macet tas. Lo tau sndiri kan Jakarta kaya apa."

"Ya setidaknya dia kasitau dong Kas kita udah nunggu hampir dua jam, entar lagi Tasya juga ada acara keluarga" sambung Fandi teman satu band mereka.

"Iya setidaknya dia hubungi kita. Mana kita telfon gak diangkat ,chat juga gak di bales." tambah Ricard.

"Gu-" tiba2 kalimat Tasya terhenti saat nama orang yang mereka bicarakan menelfon.

"Halo Mariano lo dimana aja kita nungg-"

"Halo Nak Tasya ini Bundanya Mariano. Mariano lagi di rumah sakit tadi dia pingsan"

"Sorry tante sorry. Oke aku sama temen temen kesana sekarang "

"Yaudah nak Tasya. Makasih Dan maaf ngerepotin"

"Iya tante gak papa"

Tut tut tut.

Semuanya menoleh heran ke arah Tasya.

"GUYS nyokap Mariano telfon . Dia pingsan skrang di rumah sakit."

Semua terlonjak kaget. Seolah mengetahui suatu hal Lukas bangkit pertama.

"Kita kesana sekarang"pinta Lukas

"Tasya lo pulang aja"

"Gak Chad Gue khawatir sama Mariano,gue ikut"
Mendengar itu lantas membuat Richard dan Fandi menoleh satu sama lain. Ada hal lain yang mereka pikirkan, lain hal dengan Lukas yang sedang khawatir.

"Yaudah. Ayo" pinta Lukas

Lukas khawatir. Dia sang at khawatir, selama dia sangat mengenal Mariano dan dia yang paling dekat dengan Mariano.
Bahkan, dia bisa menebak kenapa Mariano begini. Iya hanya dia yang tau.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Good morning MelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang