3. By Kiya

265 14 0
                                    

Lelah. Hanya itu yang kurasakan sekarang. Tiada perasaan lain tuk mengawali hariku saat ini, hanya perasaan penat yang terus menghampiri meski aku terbilang baik-baik saja. Langkahku terasa gontai, akupun mempasrahkan diri untuk jatuh, namun tiba-tiba kurasakan uluran tangan dari seseorang, menggotong badanku ala pengantin jaman sekarang, berjalan tanpa malu menuju rumah yang kupastikan itu bukanlah rumah kak Neon.

Bel rumah berbunyi nyaring hingga pelosok telingaku. Perlahan namun pasti daun pintu itu terbuka dan menampilkan seorang pria berkaca mata hitam dengan wajah penuh datar. Celemek yang ia kenakan terlihat kotor dan penuh dengan bercakan merah, bau amis mulai menyeruak hingga sampai di hidungku. Apa yang harusnya aku lakukan? Apa aku menggeliat tak suka dan berlari menjauh sambil mencari saudariku yang entah dimana? Sungguh pelik!

"Appa," kudengar seseorang yang menggotong tubuhku mulai angkat bicara. Logatnya terasa lembut seolah ia masih balita yang membutuhkan kasih sayang. "Dia terluka. Apa ada kotak P3K? Dan ..., bisakah appa obatin lukanya?" suruhnya lembut sambil membawaku ke dalam.

Pria berkaca mata itu yang kuyakini ayah bocah ini pun mengangguk paham, ia pun mengambil kotak P3K di dapur yang terhubung dengan ruang tamu, menghampiri kami yang terletak di ruang tamu tanpa sekalipun bercakap. Dengan sangat telaten, ia pun memolesi obat di luka sabetan pedang dari Bikerbot sialan itu, lalu menutupinya dengan perban supaya aku tak kehabisan darah.

HimawariKiya : ciee, diobatin ama mertua :'v

ifaaulia89 : huft! *blushing*

"Apa sudah membaik?" pria berkacamata itu bertanya demikian selepas mengobati lukaku yang tampak parah. Kuanggukkan kepalaku tanpa sedikit mengeluarkan kata-kata.

Hembusan nafas terdengar, rupanya sang empu ialah lelaki yang tadi menjemputku. "Appa, appa tahu, nggak? Tadi di bandara, kami berjumpa dengan Diluk!" Pria itu terkejut, matanya membola sempurna dalam satu gerakan. Dengan cepat namun hati-hati, ia tolehkan kepalanya kearahku, memandangku dengan perasaan khawatir bercampur dengan perasaan lain yang tak mampu kuprediksikan lagi.

"Syukurlah kau baik-baik saja...," ujarnya pelan, sampai-sampai menyamai lirihan. Senyum merekah begitu ia tepukan pucuk kepalaku, menggosok pelan tanpa luput tersenyum manis ke arahku.

ifaaulia89 : Kyaa! Kiya! Kamu emang terbaik!

Selesainya pria berkaca mata itu mengusap pucuk kepalaku, lelaki yang kuingat kembali bernama Dylan pun mendekatkan jaraknya, hingga jarak kami terbilang satu meter. Telapak tangannya ia lekatkan di jidatku, membuat tersipu malu.

"Syukurlah kamu ngak demam," gumam Dylan seusai ia mengecek suhu tubuhku--mungkin. Ia pun mulai asyik memainkan jam tangannya, seolah jam tangannya itu adalah ponselnya.

...

The True Love Of Nathan and Dylan

Strory (c) HimawariKiya 

...

Waduh Kiya bikin cerita romanticnya ahli banget ;)

Kalo Ifa sih gentrenya komedi romantic #ApaSih

Ok jangan lupa vote

The True Love Of Nathan And DylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang