PERGIMU, LEBIH DARI SEKEDAR GADUH.

199 26 0
                                    

Sebutlah aku si puan.

Aku kehilangan dia yang menjadi pelengkapku, menjadi apa yang ku cari ketika bahagia dan duka. Aku kehilangan sosok yang menjadi imamku selama ini, dia; yang ku yakini akan tinggal bersamaku kelak, menua bersama, duduk di kursi goyang sembari bernostalgia masa muda.

Semua ku rasa sangat indah, tak pernah aku terlalu bahagia, hingga hari itu tiba, dimana ia nyatakan untuk berpisah, dan menyerah.

•••○•••

Jejak - jejak lenyap tak tertelusuri.
Sebab pergimu, beribu tanya bertebaran disetiap inci rongga kepala;
" Kenapa? "
" Ada apa sebenarnya? "
" Apa yang salah? "
" Mengapa? " dan masih banyak yang tak bisa ku utarakan.
Aku putus asa sekarang.

Waktu seakan berhenti, aku membisu.
Aku diam, tak tau arah.
Pikiran melunta, buta jiwa.
Dan dihentikan segala rasa.
Terpingit cinta bersimbah dusta,
seketika mata pun berkaca,
bibir tertawa, bertanya pada hati; Sakit?
"Tidak, hanya menahan luka. Yang kian memar saja"
mengais asa, mencoba tabah.
Tangisku meledak - ledak sejadi - jadinya.

Tak ada bahagia,
Hati meracau tiada henti, lagi - lagi menyalahkan diri, dan berfikir " Sekarang, tiada lagi yang mampu mendamaikanku dengan takdir. Menggugat setiap kemalangan yang mampir ".

" Sekali berarti, sesudah itu mati "

•••

Aku yang salah; Aku sayang terlalu yakin, bahwa hatimu tak akan berpindah ke hati yang lain.
Aku yang salah; Aku sayang terlalu sombong. Kupikir, aku kekasih yang hebat. Kepadaku, kamu tak akan mungkin berbohong. Sampai kemudian kamu merasa hambar; Kelar.

Sudahlah,
Aku tak akan mengejar,
Tak lagi mencari.
Kita sudah berhenti, kau memilih simpang jalan yang berbeda denganku, tak lagi bersamaku.
Kini, sebab bahagiamu bukanlah aku.
Pergilah, jika itu inginmu.
Biarkan aku sendiri, dengan luka yang menggerogoti setiap ringkih tubuh ini.

Dan senja..
Menjadi saksi bisu dari perpisahan dua insan yang tak lagi sejalan,
tak lagi saling topang - menopang,
tak lagi saling rindu - merindu, dan
tak lagi saling berbagi kasih sayang.

Sendi - sendiku seakan rapuh, sebabmu aku jatuh.
Karena sendu yang kau beri, aku lemah untuk kesekian kalinya, lagi.

"Seumpama senja; Aku hanyalah senja - senja patah dilangit tua, begitu sulit menghilang dari langit.
Seperti aku yang sakit kehilangan wajahmu meski sedikit, apalagi kau lepas tak terkait. Perih, adalah nafasku. Dan senja dengan merahnya resah, tertatih antara lagu yang kehilangan nada dan suaranya.

Pada pergimu;
Menjadikan detik berdenting seolah melambatkan detak derap yang menghilang seolah menghentikan debar.

Hingga resolusi kita terpampang jauh: kau yang begitu cepat berlalu, sedang rotasi semestaku masih berporos pada masalalu."

•••

Biarkan, aku sudah akrab dengan hati yang patah berkali - kali.

Menjauhlah semaumu.

Kau memilih pergi, aku tak kan melarang dan tak akan coba menahan.

Pergilah, ambil langkahmu sendiri. Aku tak kan mengikuti dan tak akan coba mencari.

Aku mungkin belum memberikan sesuatu yang terbaik untukmu. Bersamaku, mungkin hidupmu terbebani.

Aku memang tidak sempurna. Tapi untukmu, aku selalu berusaha mencoba.

Tapi tak apa, silahkan tinggalkan aku yang begini adanya. Kepergianmu hanya akan membuatku lemah untuk beberapa waktu.

Pergilah sejauh mungkin, semampumu. Dan jangan pernah kembali lagi. Jika kelak kau menyesali, berjalan mundur hanya akan menyulitkan dirimu sendiri.

Aku pulang, dengan kehampaan dan kekalahan.

" Menuju hilang, menuju pulang.
Ada yang lengkap lengang.
Ya, sebab perpisahan ialah musti,
dan ingatan menjadi yang paling jahat setelah ini"

•••○•••

Matahari mulai enggan menampakkan sinarnya.
Gelap memamah senja dengan rakusnya.
Hujan pun turun seketika, seakan tau suasana hati yang mulai kering - kerontang
yang mulai sepi tiada penghuni
yang mulai sunyi tiada gerakan

Dan disinilah aku, bersama gelap dan hujan.

Aku suka keduanya.
Dalam gelap, tangisku tak terlihat.
Saat hujan, isak ku tak terdengar.

Aku suka keduanya.
Karena gelap dapat menyamarkan ku yang sedang membuka topeng bahagia.
Sedangkan hujan jadi tempat bercerita tanpa banyak tanya.

Aku suka keduanya.
Karena gelap serta hujan dapat menutupi setiap jatuhnya airmata.

Aku suka keduanya.
Karena setiap jatuhnya air Tuhan,
Isak ku tersamarkan olehnya.

Aku suka keduanya; Gelap serta hujan.
Karena saat itulah Tuhan memberiku kesempatan untuk melepas segala beban.

" Matahari pernah datang mendekati,
sekarang tidak lagi.
Pada bulan, ia pernah sedekat nadi,
sekarang tidak lagi.
Tak apa,
mari berbahagia dengan cara masing - masing.
Kau dengan dinginmu,
aku dengan sunyiku. "


●●●

• Pada akhirnya, yang pergi akan tetap kembali. Entah pada pelukan, atau pada masing - masing kenangan •

•••○•••

Bukan bermaksud berlebihan untuk menggambarkan kehilangan. Kau tau? Rasanya patah hati berulang kali? Kau tau? Rasanya ditinggalkan? Ketika kau sudah benar - benar merasa bahwa dia lah yang pantas menjadi pelengkapmu, ketika kau merasa bahwa dia lah yang ditakdirkan untuk bersanding denganmu, ketika dia... Ah sudahlah, aku sudah cukup kenyang memamah luka yang tak berkesudahan.

" Patah hati dan heran, heran karena mestinya sudah terbiasa mengalami ini. Barangkali benar, bahwa setiap orang melahirkan ceritanya sendiri, kesakitannya sendiri. Bahwa sakit hati bukanlah hal yang terukur, tak pernah sama. Ibarat hujan, kadang gerimis, kadang deras. Kali ini, bah "


•Ginan filo•
Jakarta, 7 Juni 2018

Pergimu, Lebih Dari Sekedar GaduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang