Second

6.6K 564 42
                                    

Mulai hari ini Seokjin menempati ruangan baru, dan tempat yang baru juga.

Sebenarnya ini agak canggung, orang bilang, lantai 5 adalah kawasan elit dimana disini terletak ruangan sang CEO dan jajarannya yang merupakan petinggi di perusahaan raksasa ini. Dan baru Seokjin ketahui, si tampan bernama Kim Taehyung itu adalah sang CEO tersebut. Ia begitu muda untuk memimpin sebuah perusahaan sebesar ini dari pemikirannya.

"Nah, pakaianmu lebih baik dari kemarin." komentar salah satu staff di lantai 5, Park Jimin. Ia seorang ayah muda namun penampilannya sangat keren. Memang, semua staff di jajaran CEO ini terlihat elegan. Berbeda dengan Seokjin yang bahkan tidak mengerti fashion.

"Terima kasih, Jimin-ssi." ucap Seokjin sambil membungkuk.

"Kalau begitu segera temui Presdir, ini adalah laporan keuangan yang harus ditanda-tangani." kata Jimin sambil memberikan setumpuk berkas pada Seokjin.

"A-apa? Presdir sudah datang sepagi ini?" Tanya Seokjin kaget. Hey, ini baru pukul 7 pagi.

"Presdir tidak kenal lelah dalam kerjanya, jadi maklumi saja. Cepat, jika terlambat ia akan marah." ucap Jimin sekali lagi.

Seokjin pun segera bergegas dan berhenti di depan pintu ruangan Taehyung. Seokjin menarik nafas, entah kenapa dia selalu gugup saat menghadapinya.

Seokjin mengetuk pintu dan terdengar suara dari dalam yang mempersilahkan dirinya masuk. Seokjin pun segera membuka pintu dan membungkuk sopan.

"Selamat pagi, Presdir. Saya membawakan laporan keuangan yang harus ditanda-tangani." ujar Seokjin lancar.

'Bagus, kau bicara dengan baik.' batin Seokjin senang.

Seokjin lihat Taehyung mengangkat kepalanya dan menatap dirinya lekat. Ia memandang Seokjin dari ujung kaki hingga ujung kepala seperti seekor singa yang memperhatikan mangsanya. Jantung Seokjin berdegup kencang. Rasa panas segera menjalari pipinya.

Seokjin pun ikut memperhatikan pakaiannya. Celana panjang formal berwarna hitam dan kemeja merah maroon. Apa ada yang salah?

"M-maaf.. Presdir?" Suara Seokjin mengecil entah kenapa.

Tatapan Taehyung berhenti pada kedua netra Seokjin.

"Letakkan saja di mejaku." ujar Taehyung, kemudian kembali menekuni laptop di hadapannya.

Seokjin menggigit bibirnya tanpa sadar dan segera memenuhi perintah sang atasan. Diletakkannya berkas itu diatas meja Taehyung.

"Pesankan untukku secangkir kopi hitam." ucap Taehyung lagi tanpa memandang Seokjin.

"Ah.. baik, Presdir." Seokjin pun membungkuk dan berjalan keluar ruangannya.

Seokjin segera mengerjakan perintah Taehyung dan kembali menemuinya dengan secangkir kopi.

"Sekarang, kau bertugas mengelompokkan berkas laporan itu sesuai anak perusahaan. Kerjakan di ruangan ini saja." ujar Taehyung lagi.

Lagi-lagi Seokjin hanya mengangguk. Dia duduk di sofa ruangan itu dan mulai menyelesaikan pekerjaannya. Sejak itu pula, ruangan benar-benar senyap. Mereka tak saling bicara kecuali benar-benar hal yang penting, dan sesekali Taehyung menerima telepon penting dari kolega bisnisnya.
Apa ia terbiasa hidup seperti ini? Apa ia selalu dingin pada semua orang? Seokjin benar-benar merasa tak nyaman.

"Apa kau sudah selesai?" Seokjin terkesiap saat mendapati suara berat Taehyung berada di tengkuknya.

"O-oh.. ini aku sudah menyelesaikan 70 persennya." ujar Seokjin cepat.

"Kau bisa melanjutkannya nanti. Sekarang saatnya makan siang dan aku akan bertemu dengan kolegaku. Ayo ikut denganku" kata Taehyung sambil melangkah maju.

MY BELOVED CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang