Nona Merah Muda || 18 - The Day Come True

28 1 0
                                    

Sudah sejak pagi-pagi sekali kedua kelopak mata itu terjaga. Memastikan tidak ada kata terlambat di hari ini. Berulang kali ia mengecek list barang bawaan yang sengaja ditulisnya pada sebuah note.

"Manda, kenapa perasaanku tidak enak, ya?"

Juliette masuk dengan pakaian rapinya. Kemudian mendudukkan diri di atas tempat tidur beralaskan seprai merah muda Manda yang juga sudah kinclong.

"Tidak enak bagaimana?"

"Iya. Ini pertama kalinya aku— bahkan kita– berjauhan dengan ayah dan ibu. Waktunya cukup lama pula. Dua minggu."

Manda menghentikan aktivitasnya sok sibuk mengecek barang— yang sudah diulanginya hampir lima kali pagi ini. "Dua minggu tidak akan terasa jika kita mendapatkan perjalanan yang pantas. It's worth it, Juliette. Trust me. Kau dan aku hanya belum mencoba berjauhan dengan paman dan bibi saja. Everything gonna be okay."

Manda meraih tangan sepupunya untuk digenggam. Kemudian ia meremas pelan. "Lagian kita pergi bersama temanmu juga, 'kan?"

Seketika bayangan wajah semringah Daisuke yang selalu disukai Juliette hadir dalam pikirannya. "Iya..., mungkin aku saja yang berlebihan."

"Kau bukan berlebihan, July. Kau hanya risau jika nanti tidak melihat paman dan bibi di setiap hari dalam dua minggumu. Isn't?"

Juliette menghela napasnya berat lalu mengangguk untuk mengaku. "Kurasa juga begitu. Kau tau, aku terlalu menyayangi mereka lebih dari apapun."

Manda terpaku. Perlahan hatinya menghangat dengan rangkaian senyum simpul yang terbit di wajah. "Tidak ada anak yang tidak menyayangi orang tuanya. Sekalipun telah dibuang. Begitupun sebaliknya."

Namun tidak ada yang tau, termasuk Juliette sekalipun. Jauh di dalam lubuk hati, Manda tersenyum getir atas nasibnya. Kalimat barusan sebenarnya bukan untuk menghibur Juliette. Melainkan menghibur dirinya sendiri. Dan selama ini kalimat itu selalu menjadi senjata ampuh untuk memberinya semangat agar sesegera mungkin menemui sang ibu.

Dan hari ini tiba. Hari keberangkatan mereka ke Jepang. Entah apa yang nanti akan ia dapatkan, Manda akan coba menerimanya perlahan-lahan. Sama seperti bertahun-tahun ia hidup dengan gelar 'anak yang tak diinginkan ibunya', Manda rasanya sudah kebal meski sesekali meneteskan air mata juga.

Merasa ada elusan di lengannya, Manda menoleh. "Aku tak apa, July."

Ia tidak pernah suka ada yang menatapnya iba. Hidupnya berharga. Dan tidak ada yang boleh mengasihaninya dengan tatapan memelas itu. Sekalipun adalah sepupunya sendiri atau siapapun. Manda wanita kuat dan dunia harus melihatnya!

"Kau tau, seberapapun kau tersenyum untuk terlihat kuat pada dunia ini, aku paham hatimu kesepian dan menahan kesedihan," lirih Juliette. "Semoga perjalanan dua minggu ini membuahkan hasil bagus, ya, kakak."

Selain Juliette, tidak ada yang tau tujuan utama Manda berjuang untuk ke Jepang. Padahal Manda sudah mencoba menutupi semua rapat-rapat, tapi ia gagal juga ketika membujuk Juliette untuk ikut. Dan saat itulah sepupunya tau alasan pokok yang membuat Manda berkeinginan ke Jepang. Barangkali paman Dom dan bibi Em bisa marah jika tau yang sebenarnya membuat Manda rela melintasi jarak benua Eropa ke benua Asia adalah sosok ibu kandung yang semu bukan karena memang ingin melepas penat semata. Tapi persetan, bukankah lebih baik mencoba daripada penasaran seumur hidup?

Berbekal alamat usang yang Manda curi dari kamar tidur paman dan bibinya, ia pun membulatkan tekadnya sejak lima tahun terakhir. The day come true today.

***

"Kenapa kau malah membelikan aku salad dengan dressing thaousand island*?" protes Daisuke pada Brant yang kembali dengan dua cup salad buah di tangannya.

DAME ROSE #WYSCWPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang