5 [Last]

563 103 19
                                    

Selepas bel pulang berbunyi, kamu merapikan seluruh buku beserta alat tulismu dan memasukkannya ke dalam tas, dan untuk beberapa buku yang tebal kamu bawa kedalam pelukanmu, hendak membawanya ke lokermu nanti sekalian berganti sepatu.

Sudah menjadi kebiasaan kamu memperlambat pergerakan kamu itu, demi menghindari pulang bersama teman - temanmu. Kamu akan menunggu sampai kamu sendiri yang berada di kelas, baru kamu akan pulang.

Saat sudah merasa aman, kamu pun beranjak dari bangkumu. Berjalan keluar kelas.

Kamu terkesiap kaget begitu melihat ada seorang siswa yang masih berada diluar kelasmu, ia menyenderkan badannya di pintu.

Sadar akan keberadaanmu, ia terlonjak kaget juga bahkan nyaris terjatuh.

"K-kaget.."

Kamu menahan tawamu, dan jatuhnya kamu hanya mengulum senyum.

Ia--Hyunjin, menahan nafasnya lalu membuangnya susah payah.

"Dik, senyummu cantik. Perbanyak ya ?"

Mendengar itu mengingatkanmu yang memang tak pernah tersenyum ataupun berbicara.

Perlahan senyummu memudar. Melihat itu, buru - buru Hyunjin menyentuh tanganmu dengan panik. Membuatmu melihat kearahnya.

"Se-serius, tak seharusnya kau murung seharian seperti ini. Jika kau ada masalah kau bisa ceritakan padaku okay ?"

Kamu ingin menggeleng, namun sentuhan tangan Hyunjin tadi berubah menjadi genggaman tangan yang erat. Ia berusaha menyalurkan rasa kepeduliannya melalui genggaman tangan yang hangat itu.

"A-aku.."

Kamu menunduk, namun tak lama kamu menarik tangan Hyunjin. Membawanya ke belakang sekolah, tempat dimana kalian sering bertemu.

Sesampainya disana kamu memilih untuk berjongkok dihadapan kandang kelinci, disusul oleh Hyunjin yang betah menatapmu dengan penasaran.

"S-sebenarnya aku.. sulit untuk percaya kepada orang - orang. Mereka selalu berteriak disaat aku melakukan kesalahan dimata mereka.." Kamu menatap kelinci dihadapanmu dalam, lalu tak lama matamu berkaca - kaca.

Perlahan, ingatanmu bagaimana dirumah keluargamu kacau, bagaimana teman - temanmu selalu meneriakkan dirimu tak berguna dan lemah muncul.

Sungguh, kamu trauma.

"Aku yang punya pengalaman selalu dibentak memilih untuk diam, menutup diri dari dunia sebagai pertahanan diriku.."

"Oleh karena itu aku selalu diam tak berbicara, tak apa membuat orang - orang kesal yang terpenting setelah itu mereka tak mengusikku lagi. Aku lebih memilih untuk menghabiskan waktu istirahatku untuk mengasingkan diri dengan bersembunyi di belakang sekolah, memberikan makanan kepada kelinci."

Tangan Hyunjin menggenggammu erat, menyelipkan jari - jari panjangnya di setiap sela jari mungilmu.

Tangannya yang bebas mengusap air matamu yang sudah lolos begitu saja, jatuh menyentuh permukaan dan hilang terserap tanah.

"Tetapi kakak berusaha menerobos pertahananku, aku berpikir kakak akan mudah menyerah seperti yang lainnya dan cepat emosi. Namun, dengan sabarnya kakak membawaku pergi meninggalkan rasa takutku. Membuatmu menaruh kepercayaan kepada kakak."

Kamu menoleh lalu tersenyum dengan tulus.

"Terima kasih kak"

Hati Hyunjin bergerumuh tak karuan, ia memutuskan untuk menunduk dan menatap kelinci dihadapannya.

"Bagiku, kau berhak akan kebahagiaanmu. Soal trauma-mu aku akan berusaha semaksimal mungkin menghilangkannya. Tolong, lupakan yang lalu, dan ingatlah kedepannya kau akan selalu bahagia, dan aku akan mempertanggung jawabkan kata - kataku"

"Maka tolong aku dalam menjalankan misiku dalam membantu membahagiakanmu, dengan selalu mengatakan apa yang menjadi keluh kesahmu. Izinkan aku untuk membuatmu merasakan kebahagiaan lagi, Y/n."

Senyummu semakin mengembang atas kehendak hatimu, tanganmu mengeratkan genggamannya pada tangan Hyunjin.

"Terima kasih kak, hehe"

Ya Tuhan, bagaimana ini ? Hyunjin tak kuat.

Hyunjin menarikmu, membawamu berdiri bersamanya. Dengan tangan yang masih bertautan erat kalian berjalan beriringan berdasarkan cepat langkah milik Hyunjin.

"A-aku akan mengantarmu pulang" ujarnya patah - patah dan membuatmu tertawa.

"Okay! aku mempercayakanmu dalam misimu mengantarku pulang" ucapmu dengan nada bercanda.

Namun Hyunjin malah menghentikan langkahnya dan menatapmu serius, membuatmu kaget.

"B-bagaimana ini ? aku telah berbohong padamu dua kali"

"H-hah ? berbohong ?"

"Orang tuaku bukanlah seorang penjual sayuran ataupun tukang laundry, mereka hanyalah pegawai kantoran biasa"

Kamu mendengus sedikit jengkel karena alasan Hyunjin mengagetkanmu karena itu. Terlebih lagi setelahnya ia terkekeh.

Hehehe.

Kalian melanjutkan perjalanan kalian pulang menuju halte. Diam menjadi tema perjalanan kalian.

Sampai..

Chup! ★

Kamu mengecup pipi Hyunjin yang tingginya melebihi dirimu sekilas.

Lalu terkekeh, "Sekali lagi terima kasih kak" ujarmu.

Kemudian kamu berlari meninggalkan Hyunjin yang mematung, menyentuh pipi kirinya yang masih terasa bekas bibirmu tadi.

Jantungnya berhenti berdetak, namun tak lama kembali berdetak dengan kecepatan turbo.

"Dik, aku ini hanyalah manusia biasa"

Lalu ia berlari dengan panik karena melihatmu jatuh saat sudah didekat halte.








End.







Cuma 5 chapter hehehe.

Tapii, makasi yang udah baca fanfic selingan ini><

Help you ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang