"Apa yang terjadi?" Namjoon menghubungi Yoongi saat mengetahui berita hilangnya Jimin. Dia mendengar suara bising di ruang utama dan saat keluar kamarnya, dia menemukan Seokjin, Hoseok, Jungkook, dan Taehyung berkumpul melingkar di sana. Raut wajah mereka terlihat bingung dan khawatir. Satu-satunya kalimat yang bisa ia tangkap dari percakapan mereka adalah bahwa Jimin menghilang sejak 2 jam yang lalu.
"Aku.. aku tidak tahu. Dia ada bersamaku dan kita sedikit bertengkar lalu dia meninggalkanku. Aku mencarinya dimanapun sejak 2 jam yang lalu tapi.. aku tidak menemukannya," jawab Yoongi di seberang telepon.
"Kau yakin dia hilang? Maksudku dia mungkin saja ke suatu tempat dan tidak memberitahunya," ucap Hoseok.
"Aku juga berpikir sama. Tapi dia tidak tahu banyak tentang tempat ini dan argh! Aku akan membunuh diriku sendiri jika terjadi sesuatu padanya, sungguh. Apa yang harus kulakukan?" Yoongi berteriak kesal.
Teman-teman yang mendengar suaranya lewat layar lcd di markas dapat merasakan kekhawatiran Yoongi. Lelaki bersurai pirang itu benar-benar terdengar putus asa hingga hampir kehilangan akalnya.
"Jungkook, ponselnya?" tanya Namjoon seraya memijit pelan dahinya.
"Ponselnya.. mati 1 jam yang lalu,"
"Ash, sial!" Hoseok mengusak surainya kesal
"Periksa cctv jalan di sekitarnya," perintah Seokjin.
"Sedang kulakukan, hyung," Jungkook tetap berkutat pada kedua komputer dan ponselnya.
Malam itu, mereka berpencar membantu Yoongi untuk mencari Jimin. Hingga hampir tidak ada jalan lagi yang tidak mereka lewati. Tanpa istirahat, tanpa berhenti sejenak, tanpa tidur atau sekedar minum. Mereka tidak berhenti mencari rekan timnya itu hingga pagi menjelang.
Sampai pagi ini, Jungkook masih menonton cctv jalan tempat Yoongi dan Jimin berpisah. Mengulangnya hingga ke-20 kalinya namun dia tidak berhasil mendapat pentunjuk apapun. Matanya memerah karena terus bertatapan dengan dua komputernya.
Dia berhenti karena ada sebuah paket yang datang. Saat ini dia sendirian di rumah, para hyungnya keluar mencari Jimin dan dia ditugaskan untuk memeriksa cctv atau melacak ponsel Jimin. Paket yang sekarang berada di tangannya itu terasa janggal. Rasanya tidak ada yang memesan barang melalui olshop atau sedang menunggu kiriman. Terlebih nama yang tertulis pada paket itu ditujukan pada Min Yoongi. Seingatnya hyungnya yang dingin itu anti berbelanja online dan tidak memiliki teman yang akan mengirimkannya paket.
Jungkook menimbang-nimbang, haruskah dia membuka paket ini atau menunggu Yoongi pulang? Tetapi perkiraannya Yoongi tidak akan pulang sampai dia berhasil menemukan Jimin dan dia memiliki perasaan yang tidak enak pada paket itu. Setelah perdebatan panjang akhirnya dia membuka paket yang berisi flashdisk dan surat ketikan. Sambil menggumamkan kata maaf pada Yoongi ribuan kali, dia menancapkan flashdisk itu ke komputernya dan melihat isinya.
Hanya berisikan satu video yang berdurasi 3 menit. Jungkook tidak berpikir lama lagi untuk melihatnya. Namun, apa yang dilihatnya itu membuat tubuhnya kaku. Tangan dan kakinya dingin, pelipisnya mengeluarkan keringat dingin selama melihat video itu. Dia meraih ponselnya dan buru-buru menghubungi seseorang.
"Hyung, kurasa kau harus pulang untuk melihat ini,"
.
Video itu berisikan seorang lelaki yang mata dan mulutnya ditutupi kain. Tangan dan kakinya diikat oleh tali yang tampaknya akan sulit untuk dilepas. Dia menduduki kursi kayu di sebuah ruangan remang-remang yang usang. Bagi orang lain yang melihatnya, mereka tidak akan mengenali siapa lelaki dibalik penutup maga itu. Tetapi merupakan hal yang tidak mungkin jika rekan timnya tidak dapat mengenali lelaki itu. Surai abu-abu silvernya menjadi petunjuk bahwa lelaki itu adalah Park Jimin.
Yoongi tidak dapat berbicara apapun. Mulutnya menutup tetapi matanya mendelik lebar-lebar hingga rasanya bola matanya yang bergetar itu dapat keluar. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku tangannya memutih. Rasanya dia ingin melempar layar lcd yang menampilkan Jiminnya yang berharga itu sekarang juga. Dia tidak sanggup tetapi hanya video itulah satu-satunya petunjuk.
Member yang lainnya mengalihkan pandangannya, sama tidak kuatnya dengan Yoongi. Terutama Jungkook yang sedari tadi hanya diam dengan tatapan kosong. Seokjin mengambil surat ketikan yang masih belum dibaca itu, dia lebih memilih membacanya dalam diam daripada harus melihat Jimin di video itu.
Di sela-sela bacaannya, dia mengernyitkan dahi seolah tidak mengerti apa maksud surat itu, "apa kau mengenal Jackson?"
Yoongi langsung menoleh ketika mendengar nama itu, dia menatap Seokjin dengan menyelidik lalu mengambil surat itu. Pupilnya bergetar hebat saat membacanya disertai tangannya yang tidak berhenti gemetar meski tidak terlalu kentara. Dan jangan tanyakan bagaimana detak jantungnya. Rasanya dia bisa saja mati saat itu juga karena surat ketikan yang tertanda Jackson itu.
"Siapkan senjata kalian," ucapnya pelan, hampir tidak terdengar oleh teman-temannya.
Hanya ada 3 kalimat yang tertulis di surat itu. Tetapi itu sudah membuat Yoongi bergetar hebat. Yang pasti dia tahu siapa pengirim surat ancaman yang menantangnya untuk datang ke gudang tua di sudut kota. Seseorang yang benar-benar dibencinya setengah mati. Ketua kelompok mafianya dulu, Jackson. Dan kali ini Yoongi akan memastikan jika dia akan hidup dengan tenang tanpa terbayang-bayang kelompok laknat itu, dia akan menghabisinya dan menyelematkan Jiminnya.
.
"Jadi maksudmu, kau bukan keluar tapi melarikan diri? Maksudku kau kabur dari mereka?" tanya Hoseok saat mereka sudah berada di van yang mengarah ke gudang tua sudut kota.
Setelah Yoongi sedikit menjelaskan tentang keadaan dari surat itu, mereka memutuskan untuk segera bersiap dan berangkat ke tempat yang dimaksud. Namjoon juga telah mendapat ijin penangkapan dari ayahnya.
"Ya. Aku kabur dari kelompok gelap itu,"
"Karena mereka menyuruhmu membunuh?"
Pertanyaan yang dilempar oleh Namjoon itu membuat Yoongi menatapnya, tidak langsung menjawabnya. Dia terdiam selama beberapa detik hingga akhirnya mengalihkan pandangannya dan berdehem pelan.
"Karena mereka menyuruhku membunuh,"
"Kau yakin?" tanya Seokjin, "kau yakin alasanmu hanya itu?"
Yoongi menunduk dan menghela napas. Matanya tidak sengaja melirik kalung yang tergantung di lehernya. Dia meraih kalung itu dan teringat dengan sosok yang akan diselamatkan olehnya. Park Jimin, orang yang memberinya kalung ini saat mereka memutuskan untuk tinggal bersama.
"Tidak," jawab Yoongi sambil mengeratkan genggamannya pada kalung itu, "itu bukan alasanku,"
— To Be Continued —
Thanks for reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
Assault Riffle Bangtan [Special Investigation Team]
FanfictionNAMJIN ; YOONMIN ; TAEKOOK Mereka adalah tim investigasi unggulan kepolisian di korea selatan. Meskipun untuk mencapai kejayaan dan kepercayaan yang tidak sederhana ini, mereka perlu lari dari masa lalu yang pelik serta bengis. Waktu hanya perlu me...