PART 2

30 0 0
                                    

Keesokannya, sebelum Vanessa berangkat ke salon, Sarah meminta anaknya untuk mengantarkan makanan kepada calon menantunya.

"Ness, kamu ke siloam ya, anterin makan buat Leo. Kasian dia disinikan gak tinggal sama mamanya. Bawain ya." Pinta Sarah.

Sebetulnya Vanessa agak malas untuk ke siloam, itu artinya dia agak terlambat untuk ke salon. Padaha di rumah ada Pak Dito yang bisa anterin ke siloam. Namun disanggupi oleh Vanessa.

"yaudah mana sini, aku anterin ke calon mantu mami." Ujarnya dengan penekanan di 'calon mantu'.

Setelah semuanya sudah siap, Vanessa berjalan ke garasi dan masuk ke mobilnya, setelah sebelumnya, Pak Udin sudah terlebih dulu memanaskan mesin mobil Vanessa. Pagar depan sudah dibuka, Vanessa sudah siap untuk kerja.

Perjalanan dari rumah ke siloam hanya butuh waktu 15 menit berkendara. Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran khusus pengunjung, Vanessa keluar dari mobil dan berjalan ke lobi rumah sakit. Dikeluarkan handphonenya dan menghubungi seseorang.

Tuttt...tutttt.....

"halo..."

"hai.. saya dibawah nih. Di lobi deket coffee shop. Bisa turun sebentar? Mami minta saya anterin makan untuk kamu."

"sebentar saya turun.."

"okey" lalu panggilan terputus.

Vanessa menggungu sambil melihat stationary di salah satu toko buku kecil di dekat lift. Tak berapa lama, muncul sosok yang kemarin datang kerumahnya.

"hei, sorry ya. Jadi ngerepotin gini." Kata Leo tidak enak.

"gak apa kok. Sekalian jalankan. Ya udah, saya jalan dulu ya. Soalnya ada janjian sama tamu di salon."

"nanti malam kamu ada acara? Saya mau ajak kamu makan malam. Gimana?" tanya Leo memberanikan diri untuk selangkah lebih maju, sambil menahan lengan Vanessa agar wanita itu menghadapnya lagi.

"malem ini?? Hmm.. okey! Kabarin saya aja mau makan dimana. Kamu yang traktir kan?" jawab Vanessa dengan mengerling jahil kearah Leo.

"iya, saya yang traktir. Nanti saya kabarin kamu lagi untuk tempatnya." Ujarnya. Lalu Vanessa berjalan menewati pintu lobi.

******

Vanessa POV

"bu, nanti klien atas nama Viona minta ibu langsung yang menangani treatmentnya. Apa ibu mau?" tanya salah satu karyawanku yang bekerja cukup lama di BlueLight Salon, Tessa

"treatmentnya apa aja emang?" tanyaku pada Tessa.

"hair coloring and nail art. Katanya sih dia udah bertukar pesan ke ibu. Tapi belom ada booking-an atas nama dia sih. Jadi gimana? Mau? Biar saya kabarin ke orangnya."

"didepan lagi rame banget emang? Gak ada yang bisa handle?"

"lumayan rame bu. Masih ada yang bisa handle tapi ibu ini mau ibu langsung yang kasih treatment."

"bilang aja harus appointment dulu kalo mau saya yang treatment. Minimal 3 hari sebelumnya. Saya hari ini gak bisa sampai malem disini. Jadi gak bisa nanganin orang itu."

sorry nih bukannya aku sombong gak mau menangani klien yang request di treatment sama aku. Tapi di kantor aku juga lagi sibuk. Untuk itu, kalau ada klien tetap yang udah tau prosedur request ini pasti udah appointment dari jauh-jauh hari. Mana hari ini, Leo ngajak untuk makan di luar lagi. Makin dikejar deh sama kerjaan.

NEW BEGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang