Virellia

34 8 0
                                    

'Virellia Anakku Tersayang'

Judul dalam cover buku diary itu tulisan tangan ibu dari Virellia. Tanpa membaca lebih dulu, mereka tau bahwa asrama itu milik ibu Virellia. Tapi siapakah ibu dari Virellia? Oma Ema yang memberikan buku itu sedangkan Oma Ema adalah ibu dari Ibu Anna. Mereka berpikir ibu dari Virellia adalah Ibu Anna. Tapi untuk apa Ibu Anna menyimpan jenazah Virellia di kamar no.13 itu?

Lembar demi lembar di buka, Via membaca kisah dalam buku itu sedangkan yang lain mendengarkan.

9 Maret

Virellia sudah tumbuh dewasa tapi mama tidak bisa bersama Virellia. Hanya menunggu beberapa bulan lagi mama akan pergi. Sebelum mama pergi, mama ingin melihat Virellia menikah.

10 Maret

Hari ini mama mengantar Virellia untuk mengambil gaun pengantin. Virellia terlihat cantik memakai gaun merah itu.

11 Maret

Dua hari lagi Virellia akan menikah. Mama bahagia akhirnya mama bisa melihat Virellia menikah.

14 Maret

Mama akan pergi bersama Virellia, anakku tersayang.

Mereka bingung akan tulisan tangan yang tidak tau milik siapa. Siapa Virellia itu? Kenapa dia bisa ada di kamar no.13? Siapa ibu Virellia? Pertanyaan itu masih bergelayut dalam benak.

"Aku gak ngerti apa maksudnya. Kamu bisa liat gak siapa Virellia dan ibunya itu?" Tanya Stev pada Ali.

"Tunggu."

Virellia gadis cantik yang baik hati. Virell sangat menyayangi ibunya. Virell akan melangsungkan pernikahan pada tanggal 13 Maret. Ibunya sangat bahagia karena anak semata wayangnya akan segera menikah. Virell sangat menyukai gaun merah yang dipilih ibunya. Virell juga menyukai bunga mawar merah.

Sehari sebelum pernikahan, Virell ingin sekali mengambil bunga mawar yang sudah dipesannya untuk pernikahannya. Dengan senyuman diwajahnya, Virell pergi ke toko bunga langganannya. Setelah mengambil bunga mawar merah itu, Virell kembali ke rumah. Dalam perjalan pulang, ada sebuah mobil yang tidak terkendali. Mobil itu menabrak Virell hingga Virell dilarikan ke rumah sakit.

Tepat dihari pernikahannya, kondisi Virell semakin memburuk. Dokter mengatakan bahwa Virell tidak bisa diselamatkan lagi. Ketika dokter berkata bahwa Virell sudah meninggal, ibu Virell merasa sangat kehilangan. Ibu Virell tidak rela anaknya meninggal tepat dihari pernikahannya.

"Aaaaa" teriak Ali kesakitan hidungnya mengeluarkan darah.

"Li, kenapa?" Teman-temannya khawatir.

"Jangan dipaksain, bukan hal mudah menembus kabut penghalang itu. Kalo dipaksain kamu malah sakit." Ujar Aya.

"Kamu tau siapa yang membuat kabut penghalang itu?" Tanya Ken.

"Sulit menembus orang itu. Tapi aku rasa itu ibunya Virellia." Ujar Ali.

"Kalo ibunya Virellia yang mengirim kabut itu berarti bukan Bu Anna." Pendapat Stev.

"Kita harus tau siapa ibunya Virellia." Ujar Via.

"Satu-satunya cara kita harus pergi ke asrama. Virellia salah satu keturunan pemilik Asrama Virell. Yang kita tau, Ibu Anna adalah pemilik dari asrama itu. Ada kemungkinan kalo Ibu Anna itu adalah ibunya Virellia." Ujar Aya.

"Kalo Ibu Anna ibunya Virellia, kenapa Ibu Anna bisa terjebak di asrama juga?" Tanya Ken.

"Kita harus cari tau semuanya. Lebih baik sekarang kita ke asrama dan menyusup ke kantor Bu Anna." Ujar Stev.

"Jangan lupa bawa kertas merah untuk jaga-jaga." Ingat Ali.

Mereka pergi ke asrama dengan membawa bekal dari Oma Ema. Dengan tekad yang kuat dan kepercayaan dari Oma Ema, mereka akan menyelesaikan misi. Perjalan ke asrama tidak begitu jauh mengingat tempat ini adalah desa kecil.

Pukul 18.20

Sesampainya di gerbang asrama mereka memikirkan bagaimana caranya supaya bisa masuk ke asrama tempat tinggal mereka. Kamar yang mereka tempati tepat di belakang bangunan sekolah. Mau tidak mau mereka harus melewati aula dan beberapa ruangan lainnya.

Apalagi kamar Ken, Stev dan Ali tepat di depan kamar no.13. Itu menjadi tantangan untuk memasuki asrama. Tidak ada jalan pintas yang mudah kecuali jalan di belakang asrama yang langsung terhubung dengan kamar siswa. Tetapi jalan itu dibentengi pagar yang cukup tinggi agar tidak ada siswa yang berani kabur.

"Gimana nih? Jalan depan pasti banyak rintangannya. Jalan belakang harus manjat." Ujar Stev.

"Aku bisa manjat kok." Ujar Via.

"Aku juga." Ujar Aya.

"Yaudah kita jalan belakang aja biar langsung ke kamar." Ujar Ken.

"Tapi kita tetep lewatin pohon besar itu. Pohon di mana Ken liat kucing hitam." Ujar Ali.

"Wah kamu tau aja. Memangnya kenapa sama pohon itu?" Tanya Ken.

"Pohon itu tempat berteduh Virellia. Itu yang aku liat." Jelas Ali.

"Coba kamu liat di mana Virellia sekarang." Pinta Ken.

"Tunggu." Ujar Ali. "Dia ada di aula, duduk di anak tangga." Lanjutnya.

"Kalo gitu ini kesempatan kita buat manjat." Ujar Stev.

"Yaudah kita harus cepat." Ujar Aya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk memanjat. Butuh waktu beberapa menit dalam hal memanjat. Mungkin mudah untuk Ken, Stev dan Ali tapi lumayan sulit untuk Aya dan Via.
"Ingat, jangan terpengaruh sama kucing hitam itu. Kucing itu buat kita gak sadar agar kita ngikutin dia." Jelas Ali.

"Oke."

Mereka berjalan perlahan memasuki asrama menuju lantai tiga yaitu kamar Ken, Stev dan Ali. Tibalah di lantai satu asrama perempuan.

Hahahahaha....

Tawa yang sama seperti yang mereka dengar beberapa waktu lalu.

"Virelli ada di sini. Cepat sembunyi." Ujar Aya.

Mereka berlari sepanjang lorong lantai satu. Mencari celah untuk bersembunyi dari Virellia.

"Masuk kamar yang gak dikunci." Teriak Aya. Mereka masuk salah satu kamar.

"Cepet kunci." Ujar Via yang sudah lelah berlari. Stev mengunci pintu.

"Hahaha, aku tau kalian ada di dalam. Keluarlah anak-anak manis." Ujar Virellia dengan tawanya yang khas.

Sreettt... Sreettt...

Terdengar suara kuku-kuku yang panjang menggores pintu.

"Aku akan menunggu." Ujar Virellia di luar sana.

Akhirnya mereka bisa beristirahat sejenak. Entah kamar siapa yang mereka masuki. Mereka tidak memikirkan hal itu. Yang terpenting adalah keselamatan.

"Selama ada mantra dalam kertas merah itu, dia gak bisa masuk." Ujar Ali.

"Aku penasaran isi mantra itu. Boleh dibuka gak sih?" Tanya Ken, disahut dengan anggukan Ali.

Ken membuka lipatan kertas mantra itu. Yang lain menunggu Ken membukanya. Ken membaca mantra dalam kertas itu. Wajahnya terlihat kebingungan.

"Apa sih isinya, aku penasaran. Bacain yang keras dong." Pinta Via.

"Hehehe.. aku gak ngerti." Ken cengengesan, diberikannnya kertas itu pada Aya. Yang lain ikut membaca mantra itu.

"Hehehe...aku juga gak ngerti." Ujar Ali.

Tidak ada yang mengerti apa maksud dari mantra itu. Jangankan untuk membaca mantranya, tulisannya saja sulit dipahami. Tulisan itu seperti huruf sambung zamn dulu. Entah menggunakan bahasa apa mereka tidak tau.

"Yaudalah yang penting kita punya mantra pelindungnya." Ujar Ali.

"Kita harus cepat ke lantai tiga." Ujar Ken.

Mereka menunggu peluang untuk bisa lolos dari pantauan Virellia.

Hari Ke-13 di AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang