"Selamat pagi, ingin memesan apa?"
"Sama seperti kemarin manis."
"Maaf?"
Yoongi kembali ke Setarbak yang sama dan waktu yang sama dengan kemarin. Tapi tentu dengan niat yang berbeda walau tetap menginginkan kopi.
"Ahh kasiannya aku di lupakan."
"Jadi pesanannya?"
"Tidak ingin basa-basi dulu?"
"Mohon maaf tuan, mobil di belakang anda sudah menunggu."
"Sial."
Yoongi mengumpat tepat di depan mesin suara. Mengerutkan kening sedikit karena itu.
"Americano satu."
"Baiklah. Silahkan ke jendela berikutnya untuk melakukan pembayaran."
Yoongi dengan mantap menginjak pedal gas nya untuk menuju jendela berikutnya demi melihat Jimin yang tetap terlihat manis seperti kemarin.
"Hey.."
"Semuanya 3800 won."
"Setidaknya berbicara denganku sebentar Jimin."
"Maaf tuan, saya sedang berkerja."
"Jadi kapan kau pulang kerja?"
Jimin menatap Yoongi dan tersenyum. Yoongi menelan ludah.
"Semuanya 3800 won."
Yoongi tertawa pelan. Menjilat bibirnya perlahan. Menarik.
Yoongi mengeluarkan uang 5000 won dan memberikannya kepada Jimin.
"Ambil kembaliannya. Tip untukmu."
"Eh?"
Masih memasang wajah bingung, Yoongi langsung meninggalkan tempat, berganti dengan mobil di belakangnya.
Jual mahal eh?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Taehyung-ah.."
"Hm.."
"Taetae.."
"Apa chim?"
Jimin bersama sahabatnya, Taehyung. Berbaring di atas kasur berdua diselimuti selimut hangat dan secangkir coklat panas di masing-masing tangan. Apa harus aku jelaskan kalau mereka adalah sahabat sedari SMP? Um.. sepertinya tidak usah ya. Baiklah kembali ke topik.
Jumat malam adalah jadwal mereka untuk cuddling ria di atas tempat tidur nyaman sambil mendengar alunan lagu balad yang menari lembut di gendang telinga mereka. Fakta bahwa mereka satu apartemen memang benar. Tetapi satu tempat tinggal bukan berarti selalu bertemu kan? Jadwal kuliah berbeda dan jadwal kerja yang berbeda membuat mereka susah bertemu.
Jadi dibuatlah "Friday night with you". Terdengar menggelikan dan basi memang. Tapi itulah nyatanya. Karena pada malam itu jadwal mereka berdua kosong jadi waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu berama.
"Ada seseorang yang menggangguku dua hari ini."
Mari tertawa sebentar. Karena Jimin menganggap Yoongi pengganggu. Pff..
Taehyung menaruh cangkirnya di meja samping tempat tidur dengan agak kencang.
"Apa? Kan sudah aku bilang kalau pulang naik taksi saja jangan jalan kaki. Jimin, itu berbaya sekali untuk sahabat kecilku ini."
"Aku tidak kecil. Dan bukan begitu. Tidak ada yang menggangguku di perjalanan pulang."
"Lalu apa? Katakan pada sahabat besarmu ini."
"Ku tendang kau lama-lama dari sini Tae."
"Pff maafkan aku.. jadi bagaimana? Ada apa?"
"Kemarin pagi ada yang meminta nomer ku saat aku sedang berjaga."
"Lalu?"
"Hari ini orang yang sama menanyakan kapan aku selesai kerja."
"Apa dia tampan?" Taehyung memainkan alisnya.
"Eh? T..tidak. Dia biasa saja." Jawab Jimim terbata, membuat Taehyung terkekeh pelan."
"Oh ayolah Jimin. Kau parah sekali kalau berbohong. Aku mengenalmu bukan sehari dua hari. Jadi?"
"Ck.. baiklah. Dia.. Lumayan. Iya.. lumayan lah."
"Hmmm~ lumayan yaaaaa???"
"Taaaeeee...."
"Baiklah baiklah maaf kkk~"
"Kalau besok dia masih emm mengganggu, boleh bertukar shift denganmu?"
"Jimin.. kau akan membuatnya kecewa kalau bagianmu tiba-tiba terisi lelaki tampan sepertiku bukan manis sepertimu."
"Ish Tae.. aku tidak peduli."
.
.
.
."Jimin, americano-nya satu."
"Kau memesan seperti sudah kenal aku saja tuan."
"Aku memang mengenalmu kan Park Jimin."
"Hanya namaku, bukan diriku."
"Kalau begitu beritahu aku tentang dirimu."
"Silahkan ke jendela berikutnya untuk melakukan pembayaran."
"Tidak menyerah rupanya ya.. baiklah baiklah aku mengerti."
Min Yoongi, lelaki pantang menyerah. Penolakan halus Jimin yang di lakukan sudab tiga hari berturut-turut tidak membuatnya menyerah. Malah membuatnya semakin semangat untuk menaklukkan lelaki bermarga Park ini.
Adrenalinnya terpicu. Rasanya seperti bermain game dan mencoba mencapai garis finish. Yoongi suka sensasi ini. Sama seperti dia mengerjakan pekerjaan kantor yang dia gemari. Excited. Mau sampai kapan Jimin tidak menyerah seperti ini.
"Jadi, apa nanti malam kosong?"
"3800 won tuan."
"Masih tidak mau meberi nomer-mu?"
"3.800 won."
"Atau alamat?"
"Mobil di belakangmu sudah menunggu tuan."
"Aku bayarkan pesanannya kalau itu bisa membuatku berbicara lebih lama denganmu."
Hening. Jimin sedikit bingung mebalas perkataan Yoongi. Jadi ini satu-satunya cara yang harus dia lakukan.
Tangannya terangkat berpura-pura menekan tombol di perangkat headset yang dia kenakan untuk berkerja.
"Pak Manager, ada seseorang yang memperlambat bagian drive—"
"Baiklah baiklah. Aku pergi sehabis ini. Ini uangnya." Ucap Yoongi sedikit kesal. Jimin mengambil selembar 5000 won dari tangan Yoongi dan mempersiapkan kembalian tetapi Yoongi langsung pergi meninggalkan tempat.
Jimin terkekeh pelan mengingat wajah kesal Yoongi. Setidaknya dia bisa mengerjai Yoongi sedikit.
.
.
.
~~~~~
.
.
.
HOOYAAAA!!!!MAAFKAN DAKU YANG LAMA SEKALI MENERUSKAN INI!!!!
Di karenakan bangak tugas kuliah yang membuat gila akhirnyaa hanya sempat apdet yang pendek2 saja.
Maafkan daku yang banyak kekurangaan ini.Di karenakan sudah memasuki liburan *asyiikkk* jadi doakan saja biar aku bisa sering2 apdet 😉😉
Selamat membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Like That [YoonMin]
FanfictionJm : Selamat pagi, mau pesan apa? Yg : woah... you really have a nice voice. Jm : huh?