Bab 6 Senyuman Langka

1.6K 30 5
                                    

Cahaya mentari memaksa masuk dari celah tirai penutup jendela kamar Juni.Memecah kegelapan ruang yang cukup luas untuk Seorang Juni melepas penat.

Perlahan dia membuka mata yang nampaknya tak setuju untuk mengakhiri waktu istirahat yang sepertinya tak mencukupi itu.

Tangannya segera mencari ponsel yang hampir kehabisan daya itu karena semalaman Juni menggunakannya untuk menghubungi Natha namun tak ada respon darinya.

"Haduh... ni anak kenapa tumben  susah banget di hubunginnya...."

Juni masih berusaha menghubungi ponsel Natha yang dari semalam tak ada respon.

"Jangan jangan ni anak sakit lagi.... mana dia sendiri lagi di kostan..."

Karena khawatir akan sahabatnya itu,Juni segera bersiap untuk pergi ke kostan Natha.

***

Tok tok tok.... "assalamualaikum" tiga kali Juni mengucap salam tapi tak ada sama sekali tanda bahwa ada orang dalam ruangan petak itu.

"Mbanya cari siapa?" Jawab seorang yang sudah seumuran ibu Juni

"Maaf bu... saya cari Natha dari tadi saya ketuk pintunya tapi ga ada respon"

"Oh mas Natha dari tadi pagi sudah pergi pakai motor tapi gak tau mau kemana..."

"Oh gitu... makasih bu..."

"Iya sama sama..."

balas ibu itu sambil berjalan memasuki kontrakan yang memang bersebelahan dengan kostan Natha.

"Haduh ni anak kemana lagi.... apa marah sama aku gara gara kemarin lupa aku beliin sarapan... .Ga mungkin lah ya... Natha ga mungkin marah cuma gara gara hal sepele kaya gitu.."

Juni berbicara dalam hatinya sembari meninggalkan kostan Natha.

"Coba ke toko buku mungkin dia ada disana ya..."

Tanya Juni dalam hati.

***

"Selamat pagi mba Juni... mau cari buku apa hari ini..."

"Oh engga aku ga ada rencana buat cari buku hari ini... aku cuma mau tanya apa Natha kesini?"

"Oh mas Natha... iya dia disini seperti biasa mba.. di lantai dua dekat jendela"

"Ok makasih aku ke sana dulu"

"Iya mba... mau sekalian saya bawakan sarapan ?"

"Boleh... 2 cappucino tanpa gula dan roti bakar ya"

"Ok mba ditunggu ya..."

Salah satu alasan Natha dan Juni memilih toko buku ini sebagai tempat favoritnya adalah disini kita bisa membaca buku sembari menikmati makanan yang bisa kita pesan... ya setara dengan coffe shop namun lebih dominan toko buku.

"Nath.... "

"Loh tumben kamu kesini... ini kan sabtu... biasanya kamu males malesan di kamar sambil nonton film di laptop,makan,terus tidur lagi ...."

"Gimana mau nonton film,makan,terus tidur... aku telfon kamu ga aktif,wa ceklis,sms  ga dibales ...eh taunya kamu disini"

"Oh iya hp aku ketinggalan di kostan tadi lagi di charge hehe..."

"Kamu kenapa sih baca novel itu terus... sampe lusuh tu cover novelnya"

"Ga papa... aku suka aja"

"Terus... kenapa kamu seneng banget sendiri dilantai 2 gini?"

"Hmm... kamu duduk dulu... "

"Iya iya...."

Tak lama pesanan Juni pun datang.

"Tuh ... kamu pasti belun sarapan kan... aku traktir sekarang sebagai ganti kemarin"

"Hmm.."

"Natha... kalo ada yg ngomong itu dilihat jangan fokus ke novel mulu..."

"Iya iya bawell..."

"Pertanyaan aku belum di jawab..."

"Hmm... coba kamu liat ke arah jalan kota ... nanti kamu tau sendiri jawabannya..."

Juni pun memperhatikan jalanan kota dengan detail... tapi tak mengingatkan apapun atau sama sekali tak ada jawaban tentang pertanyaannya tadi.

"Biasa aja... banyak mobil lewat..."

"Hadeh.... coba di pikir lagii.."

"Tau ah aku bingung ..."

Juni masih bingung dengan maksud atha.

"Mending makan roti bakar aja"

"Yee dasar makanan mulu dipikiranmu ...."

Natha tersenyum melihat pipi Juni yang kembung menandakan mulutnya penuh dengan makanan.
Ini adalah moment langka karena seorang Natha irawan bisa tersenyum dengan ringan hanya karena melihat sahabatnya sarapan. Ya..... seorang cowo super cuek bisa tersenyum lepas hanya karena tingkah Juni saat sarapan.

***

Rindu DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang