Suasana tengah kota tampak ramai. Banyak orang yang berjalan kaki, jalan raya menjadi lautan manusia yang tengah menyebrang. Gedung-gedung tinggi terdiri dengan kokoh di seluruh penjuru kota. Seorang laki-laki berambut pirang berjalan di tengah kerumunan orang-orang yang berlalu lalang. Ia memiliki postur tubuh yang pendek, matanya biru. Ia mengenakan headphone putih, baju putih dengan kerah hitam, dasi kuning, dan celana pendek hitam.
Membosankan sekali gerutu laki-laki itu dalam hati—ia bernama Len.
Len mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mematikan musik yang sedari tadi disetelnya. Len melepas headphone dan menggantungnya di leher. Ia berjalan-jalan di tengah kota karena ia sendiri bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Ia tidak punya kegiatan dan bahkan ia tidak tau kapan kakinya akan berhenti berjalan.
"Ano.. permisi" terdengar suara perempuan berbarengan dengan pundak Len yang ditepuk dari belakang.
Len menoleh dan mendapati seorang perempuan yang sebaya dengannya. Perempuan berambut pendek dan pirang. Matanya biru dan ia mengenakan baju putih berlengan buntung dengan kerah hitam. Ia mengenakan rok hitam dengan garis kuning yang membujur di bagian bawah rok dan pita putih yang terpasang di atas kepalanya.
"Apa kamu mau menemaniku?" tanya perempuan itu.
"Kamu nggak salah minta temani orang?"
"Nggak. Aku serius" Perempuan itu menjawabnya dengan wajah yang tampak antusias. Seolah ingin Len benar-benar menemaninya.
Len berpikir dua kali, disisi lain ia juga sedang bingung dengan apa yang ingin ia lakukan. Perempuan itu menatap Len yang sedang melamun. Lalu ia melambaikan tangannya di depan mata Len. Len pun tersadar dari lamunannya dan ia segera menerima ajakan perempuan itu.
"Ayo. Boleh, boleh"
"Yey! Ayo ikut aku" Perempuan itu menarik lengan Len.
Len sempat kaget dan ia malu, karena tidak pernah ditarik perempuan seperti saat ini. Mereka berdua pun berjalan menuju tempat yang dituju perempuan itu. Mereka tiba di depan sebuah mall yang berdiri megah. Mereka memasuki mall itu dan berjalan berdampingan. Gadis itu tampak seolah mendekati dan menarik-narik lengan Len. Len agak merunduk, ia malu. Karena ia tak biasa dengan seorang perempuan yang terasa dekat dengannya seperti ini. Tapi dia nyaman dengan keadaan yang seperti ini.
"Anoo, namamu?" tanya Len.
"Rin, kalau kamu?" tanya balik perempuan itu.
"Len, salam kenal" sahut Len sembari tersenyum.
Rin namanya. Mereka mulai berbincang dan berbicara banyak hal, mulai dari pendidikan mereka dan kebiasaan mereka di rumah masing-masing. Len dan Rin menikmati obrolan mereka hingga mereka sampai di depan gamezone.
"Kamu punya kartunya?" tanya Len.
Rin nyengir, ia geleng-geleng malu.
"Sudah kuduga, hahahaha" Len menertawainya dan ia mengeluarkan dompet jingga dari saku celananya.
"Dibayarin nih?" goda Rin.
"Patungan lah, bisa tekor aku hahaha"
Mereka pun patungan untuk membeli kartu gamezone. Setelah terbeli, mereka malah bingung permainan apa yang ingin dimainkan. Tak lama, pandangan Rin tertuju pada sebuah game dance dengan sensor gerak.
"Main ini?" ajak Rin.
"Ayo" tantang Len.
"Kamu bisa, Len?"
"Ya sebenarnya aku sedang bermasalah dengan kakiku ini tapi, ayo!"
Mereka main game dance itu dan memilih opsi duel satu lawan satu. Rin memilih lagu, lalu melihat ke arah Len.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehadiran Sementara
FanfictionLen bertemu dan berkenalan dengan Rin yang menghampirinya di tengah keramaian kota. Rin meminta Len untuk menemaninya ke sebuah mall. Tingkah Rin berhasil membuat Len nyaman. Apa tindakan yang akan diambil Len kedepannya?