4

41 12 5
                                    

Kehadiran Sementara IV

Boleh, Len. Ada apa? tanya Rin dari balik telepon.

"Oke, jadi gini..." Len mulai berbicara untuk terus terang.

"Aku nggak tau kenapa, ya. Tapi aku merasa kita jadi canggung. Rasanya kita berbeda dari sebelum kamu menyadari tentang perasaanku. Apa memang kamu perlahan menghindar? Aku paham disini mungkin kamu menghindar karena nggak mau perasaanku semakin dalam dan membuatku terus berharap. Tapi, bahkan aku nggak begitu berharap kita bisa, sejauh pacaran. Bisa dekat denganmu aja, aku udah cukup bahagia, Rin. Karena memang itu yang sebenarnya kucari. Kedekatan kita seperti di awal kita bertemu. Aku udah nyaman dengan itu semua dan sekarang, aku nggak lagi bisa mendapatkannya. Maaf kalau aja ada kata-kata yang kurang berkenan untukmu, Rin"

Dibalik telepon, Rin terkejut dan ia menjadi bingung. Ia tak tau kata-kata apa yang harus ia ucapkan. Telepon itu tertahan selama 5 menit. 5 menit dalam keheningan, namun Len tetap menunggu karena panggilan teleponnya tidak dimatikan Rin.

Len... Rin kembali berbicara.

"Iya, Rin?"

Aku nggak tau harus berkata apa

"Maaf kalau aku membuatmu bingung. Tapi, yang sebenarnya aku inginkan kan, sudah kujelaskan tadi. Kuharap kamu mengerti"

Beri aku waktu ya, Len

"Kalau maumu begitu iya udah, silahkan"

Rin langsung memutuskan panggilan telepon dari Len. Ia tampak sangat bingung dan ia memikirkan perasaan Len yang tak bisa ia balas. Melihat panggilan teleponnya langsung dimatikan begitu saja, Len hanya diam dan pasrah. Ia menatap langit biru dengan sedikit awan yang menghiasinya.

Aku hanya ingin tetap berteman dan dekat seperti biasa. Apa hal seperti itu juga membutuhkan waktu? batin Len dalam hati.

***

"Aku heran, kenapa hal seperti itu aja dia sampai butuh waktu?" tanya Gakupo.

Len dan Gakupo sedang berada di sebuah cafe. Mereka hanya berdua seperti biasa dan berbincang tentang Rin.

"Bagaimana, ya... Aku udah menjelaskan padanya sejelas mungkin. Dan disini, posisiku itu aku bukan mengemis cinta. Karena bisa dekat seperti dulu aja, itu udah cukup. Syukur-syukur kalau dia mau pacaran, kalau nggak ya iya udah aku nggak masalah"

"Kita belum tau apa dia akan benar-benar menjawab di waktu yang tepat, atau mungkin itu satu langkah untuk dia bisa perlahan menjauh"

"Sampai saat ini, aku ingin positive thinking dulu"

"Tapi udah seminggu tuh"

"Coba tunggu sedikit lebih lama lagi deh"

"Jangan terlalu memaksakan. Nanti kau sendiri juga yang sakit" Gakupo memperingati.

"Kau tau aku orang yang suka menembus batas, kan?"

"Tapi jangan berlebihan"

"Aku juga tau diri tentang itu"

"Tentang Kaito, bagaimana?"

"Biarkan aja lah. Kau tau sendiri dia rada batu. Mau dibilang seperti apa juga dia selalu bersikeras dengan pendapatnya. Lama-lama juga aku semakin malas mengambil tindakan"

"Kasarnya seperti... Dia merenggut kebahagiaanmu, Len"

"Marah padanya juga nggak ada gunanya. Mana mau dia ambil tindakan tanggung jawab?"

"Kau benar"

"Iya udah lah. Tenangkan pikiran sejenak, kita minum kopi aja dulu" ujar Len lalu menyeruput secangkir kopi miliknya.

Kehadiran SementaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang