Jarak

23 0 0
                                    

Satu minggu berlalu, Anna tidak pernah lagi menemui Jenthara. Ia juga sedang sibuk dengan beberapa tugas kuliahnya.

Hubungannya dengan Luke masih sama. 'Stuck di tempat'. Tidak ada perubahan karena kesibukan mereka.

Meski terkadang Anna rindu pada sahabatnya dan dia sempat ingin menemui Jen tapi, ia urungkan. Dia tidak ingin menghadapi situasi canggung nantinya saat bertemu Jen. Akibat insiden pengakuan dan juga ciuman dari Jenthara, Anna semakin menjaga jarak. tidak lagi mengangkat panggilan telepon dari Jen, benar-benar menghindari Jen sebisa mungkin. Meski tak baik juga bila pada akhirnya Anna terus menghindar.

"Sepekan ini kulihat kau sering melamun babe, apa ada masalah?" Ucap luke pada Anna yang terkejut karena mendapati Luke tengah berdiri diambang pintu kamarnya.

"Tidak, aku hanya terpana melihat langitnya" dusta Anna, membuat luke percaya dengan ucapannya ketika melihat langit sore berwarna orange keunguan dari jendela besar kamar Anna.

"Bagaimana tugas dan skripsimu? Sudah selesai kau kerjakan?" Kini Luke berjalan mendekat ke ranjang tidur Anna.

"Emm... aku sudah menyelesaikan setengahnya dan masih ada bimbingan terakhir sebelum selesai" Anna menutup MacBook nya saat Luke duduk di tepi ranjang sambil memandanginya.

"Kau terlihat lelah, tidurlah dulu beberapa menit disini" kata Anna pandangannya khawatir dengan wajah Luke yang kusam dan terdapat setengah lingkaran hitam di bawah mata kekasihnya.

"Bolehkah?" Tanya Luke.

Anna mengangguk, lalu ia bergeser sehingga luke bisa membaringkan tubuhnya disebelah Anna. Tidak ada lagi percakapan saat Luke memejamkan mata, Anna terdiam sambil memandang wajah tenang luke sesekali ia mengelus rambut luke membuat Luke semakin terhanyut kedalam alam bawah sadarnya.

Lama kelamaan Anna ikut tertidur, mereka tidur saling berhadapan. Tidak seperti sepasang kekasih tapi mereka lebih terlihat seperti kakak beradik yang tertidur tenang.

Ditempat lain Jenthara tengah mabuk di sebuah club, bersama seorang gadis yang tak lain adalah Fiona. Yah Fiona sudah kembali sejak dua hari yang lalu. Meski terlihat biasa-biasa saja seperti sepasang kekasih pada umumnya namun sebenarnya Jen dan Fiona sedang dilanda masalah dalam hubungannya.

Mereka berdua tetap terlihat santai dan bersikap dewasa mengenai problem hubungan mereka. Itu karena Fiona hanya memiliki Jen, dia sangat bergantung pada jen. Jen satu-satunya orang yang dapat dipercaya oleh Fiona. Meski Fiona sering berkhianat tapi tetap saja Jen mau menerimanya.

Sungguh pria yang setia bukan, Jenthara?.

Fiona menatap separuh wajah Jen, laki-laki itu tengah menunduk sambil melamun ke dalam gelas yang sudah kosong. Bahkan tatapannya juga terlihat kosong.

"Beri tau aku apa masalahmu Jenta" ucap Fiona agak gelisah melihat kekasihnya yang kini terlihat seperti abg Galau.

Jen menolehkan wajahnya, menatap lawan bicaranya dengan ekspresi datar.

"Aku... tidak tau Fiona" Katanya menggeleng pelan. "Aku merasa idiot dan sangat bodoh" lanjutnya.

Fiona masih menyimak dan menantikan kelanjutan perkataan Jen.

"Aku bilang mencintai dia lalu aku menciumnya dan sekarang dia mengacuhkanku".

"Siapa yang kau cium?" Tanya Fiona dia berpikir keras karena yang ia tahu Jen memang berengsek karena sering bergonta ganti pasangan di ranjang tapi Jen tidak pernah se-mellow dan se lebay ini bila menyangkut perempuan jalang yang dia sukai.

Tell MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang