Kipas Angin di Pojok Ruangan

8 0 0
                                    

02 September 2018

Kepada kipas angin di pojok ruangan,

Lupa diriku mematikanmu setelah mereka pulang
Kertas - kertas bekas nelangsa terombang ambing laju angin
Bukan saja dari kipas itu! ternyata jendela pun lupa ku tutup
Membuat ganasnya angin kemarau serakah menempati ruang.

Hidupku ternyata masih tentang kertas!

Yang sedari dulu pernah ku analogikan tentang 'hidup'

'Hidup itu penuh dengan misteri seperti tanda tanya bertitik mati di kertas yang kosong' Ujarku dulu sok tahu

Dan diwaktu ini ketika usiaku bisa dikatakan mendewasa.

Aku masih merenung tentang berbagai kekecewaan.
Mereka pikir aku laut tenang, mereka tak tahu jika akupun terombang- ambing layaknya kertas tak berguna itu.

Berbagai penolakan telah aku alami.

Mereka tak pernah menyangka bukan. Untuk sampai di bukit ini aku telah menerjang berbagai lebatnya hutan.

Awalnya pasti kecewa.

Jelas! siapa yang tak kecewa ketika usaha dan perjuanganmu diremehkan... disepelekan...akh begitulah.

Yang membuat aku bersyukur aku bukan satu- satunya. Makanya aku selalu menanamkan ke alam bawah sadarku. Berbagai pengalaman pahit itu menjadi acuan untuk memperlakukan orang lain.

Agar si orang lain yakin jika yang dilakukan tulus dan penuh perjuangan itu pasti ada arti.

Pasti ada pembalasan dari Illahi.

Teruntuk MEREKA yang tak peduli seberapa lebat hutan yang ku terjang.

Aku tidak memendam. Aku berterima kasih atas rasa kecewa itu. Aku sangat berterima kasih atas hidup yang penuh juang ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Merasa SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang