[Two]

5.1K 461 17
                                    

Two | TBFND

Waktu menunjukkan pukul 8.50. Jarak dari rumah ke kampus memang cukup jauh. Perjalanan telah memakan waktu sekitar 35 menit. Aku mematikan mesin mobilku lalu menarik kuncinya. Kupandangi tulisan besar 'New York University' di depanku. Menghela nafas, aku pun turun setelah mengambil map dan tasku.

Aku melangkahkan kakiku menuju pintu masuk kampus ini. Membayangkan menjadi salah satu mahasiswi di kampus ini saja sudah membuatku bangga sekaligus senang sekali. Sebentar lagi fotoku dengan keterangan namaku di pajang di sana. Oh tidak, di sana juga. Oh lupakan.

Well, dimana ruang kepala fakultasku? Tak mau repot berkeliling, aku pun memutuskan untuk memperhatikan dengan cermat peta kawasan kampus ini. Satu kata, wow. Petanya saja sudah lebar seperti ini, belum aslinya. Setelah 5 menit memaksa mataku untuk meneliti setiap detil peta ini, akhirnya aku pun menemukan ruangan kepala fakultasku.

Sepanjang perjalanan ke ruangan kepala fakultas, tak sedikit yang memandangku—entah pandangan heran atau pandangan memuja—, namun aku tak keberatan. Itu kan hak mereka.

Sesampainya di depan ruangan kepala fakultas, aku disambut oleh sekretarisnya. Katanya, Mr. Watson—kepala fakultasku—sudah menungguku. Aku mengangguk, mengikutinya memasuki ruangan.

"Good morning, Miss William," ujar seorang laki-laki yang kuperkiraan seumuran dengan Dad, sembari menjabat tanganku. "Please take a seat."

"Thank you," jawabku tersenyum manis, lalu duduk di kursi yang ada di hadapannya.

"Kau adalah seorang yang disiplin," katanya basa-basi sembari mengecek dokumen dengan namaku tertera di sampulnya.

"Oh, terimakasih, sir." Sebenarnya aku ingin menjawab, 'oh tentu saja. Aku adalah seorang yang disiplin, dan ini belum apa-apa dari nilai plus-ku yang lain, sir', tapi tak mungkin kan? Sebagai calon mahasiswi yang baik, aku harus menjunjung kesopananku. Apalagi aku calon mahasiswi di New York University.

Mr. Watson tersenyum padaku. Lalu berlanjut menanyakan apakah aku sudah membawa berkas-berkas penting yang dibutuhkan. Aku mengangguk mengiyakan lalu mengeluarkan map yang kubawa. Di sana terisi data pribadiku. Mulai dari akta kelahiran, sejarah prestasi—mencakup piagam penghargaan—, dan ijazah. Aku menyerahkannya pada Mr. Watson. Ia mengamati satu-persatu lembaran kertas itu lalu tersenyum. Kuakui ia memang murah senyum. Belum ada 15 menit aku di sini, ia sudah lebih dari tiga kali tersenyum padaku. Oke, ia memang seorang yang ramah.

Kami berbincang mengenai apa yang harus kusiapkan untuk kuliahku, peraturan yang berlaku di kampus ini, bahkan sejarah tentang berdirinya kampus ini. Kau ingin aku jujur? Sebenarnya aku bosan mendengarnya. Aku hanya mengangguk , tersenyum, atau jika aku menanggapi, maka akan seperti, 'oh ya?' 'bagus sekali', dan hal basa-basi lainnya.

Setelah selesai dengan semua dongeng panjangnya tentang kampus ini, aku pun undur diri sebelum Mr. Watson mulai lagi dengan semua ceritanya.

"Senang bertemu denganmu, Miss William," katanya, lalu berdiri dari kursinya dan mengiringiku ke arah pintu keluar. "Kau bisa pindah ke asrama 3 minggu lagi," lanjutnya.

Aku mengucap terimakasih dan menjabat tangannya sebelum keluar dari ruangan.

Hidup baruku ada di depan mata!

***

aku ganti lagi judul dan covernya. maaf, anak labil :(

The Boy From the Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang