[Fifteen]

4K 426 21
                                    

Fifteen | TBFND

Aku hendak berbalik masuk ke dalam kamar untuk mengambil dompet dan ponselku saat seseorang di belakangku berkata, "Sarapan?"

Aku tak bergeming di tempatku. Aku rasa sebelumnya tak ada seorang pun di lorong ini. Jika lorong ataupun asrama ini berhantu, tolong ingatkan aku berapa nomor telepon tim pemburu hantu. Bodoh, ponselku masih ada di dalam. Baiklah, mungkin aku akan melambaikan tangan ke arah kamera saja.

"Hei?" Sekali lagi, suara itu terdengar. Telingaku mulai bekerja mengingat suara siapakah ini dan kenyataan pahit menghujamku. Harry Styles yang menyebalkan sedang berdiri di belakangku.

Aku membalik badanku hanya untuk memandangnya dengan penampilan sedikit kusut dan kantung plastik transparan yang sedang dibawanya. Ia hanya mengenakan kaus putih dan celana selutut. Seperti baru saja bangun tidur, terlihat dari ikalnya yang berantakan. Kali ini aku menemukan mata hijaunya yang terang, bukan matanya yang gelap dan sayu seperti malam itu. Pandanganku beralih pada kantung plastik yang dibawanya. Aku tak tahu apa yang ada di dalamnya, namun terlihat seperti kotak bungkus makanan?

"Ehm, aku membeli ini. Awalnya sih untuk Renata, tapi mungkin lebih bermanfaat jika kuberikan padamu? Well, suara perutmu sampai terdengar olehku," jawabnya dengan suara yang mengecil dan gestur berbisik di bagian akhir. Aku menautkan alisku dan menatapnya aneh. Memberinya pandangan jijik dengan menatapnya dari atas sampai bawah.

"Apa? Katakan padaku kapan terakhir kali aku memeriksakan telingaku ke dokter THT."

"Telingamu masih bagus dan kau tak salah dengar," jawabnya yang kini tersenyum sok manis seperti bocah yang tak berdosa.

"Oh ayolah, aku orang baik dan kau pasti sudah dengar tentangku dari Kathy atau Renata. Percayalah, aku--"

"Bagaimana aku bisa percaya pada seorang penyusup yang menyebalkan karena melakukan pesta hingga larut malam, dan bagaimana aku bisa mudah menerima tawaran sarapanmu itu sedangkan aku tak tahu racun apa yang kau masukkan ke dalamnya," potongku. Ekspresinya berubah jengkel karena perkataanku namun sedetik kemudian mengulas senyum yang sesungguhnya tak sedap dipandang sama sekali.

"Jangan paranoid seperti itu, nona. Mana mungkin aku meracuni gadis cantik sepertimu, sayang sekali bukan," jawabnya yang malah makin membuatku jijik. Tepat setelah itu terdengarlah suara perut biadab itu. Aku mengutukmu cacing-cacing perut yang tak tahu waktu!

"Kelihatannya cacing-cacingmu tak akan menolak penawaranku," ujarnya lagi yang kini menyodorkan kantung plastik itu ke arahku. Aku tak tahu apakah kepiting rebus dan buah apel yang masak cukup untuk menggambarkan betapa merahnya wajahku saat ini karena malu.

"Tidak, terimakasih," ujarku lalu masuk ke dalam kamar. Sialnya, ia menahan pintu kamarku dengan kakinya sehingga aku tak bisa menutupnya.

"I don't take a 'no' as an answer. So it's only a 'yes'," ujarnya lalu menarik tanganku dan memaksaku untuk menggenggam kantung plastiknya. Aku masih termangu di tempatku saat ia berkata sebelum masuk ke kamarnya, "Ada dua, kau bisa membaginya dengan Kathy kecuali kau mau memakannya sendiri. Bebas racun, aku sudah mencicipinya." Ia mengedipkan matanya padaku sebelum masuk ke kamarnya--maksudku kamar Renata.

Satu kata, ew. Permulaan hari yang buruk, Zoey.

***

yess akhirnya bisa update lagi hari ini sebelum seminggu bakal nggak update :(

jadi gini ya, banyak yg bilang kalo setiap update itu pendek. dari awal aku udah bilang kalau ini bakal jadi short story kan. emang disengajain itu pendek. tapiii... kalau kalian maunya panjang ya nggak apa sih, tapi bakalan lebih lamaaa. HAHA kayak Yours tuh wkwkws. jadi sengaja pendek biar bisa sekali update banyak. atau gimana deh enaknya? resiko kalau panjang ya lama. jadi...?

tinggalkan jejakmu! silent reader? masih jaman? wkwks

The Boy From the Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang