3. Wedding

8.6K 501 21
                                    

Bagas's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagas's POV

Aku nggak bisa mendeskripsikan secara pasti apa yang tengah berkecamuk di hati. Yang jelas aku lega, bahagia, meski aku tahu ini adalah langkah awal untukku dan Derra membina rumahtangga dan menaiki kapal bersama menuju dermaga ridho Illahi. Aku tahu, perjuangan sesungguhnya akan dimulai setelah aku dan Derra resmi menjadi sepasang suami istri yang sah di mata agama dan negara. Namun setidaknya pernikahan adalah tonggak sejarah kehidupan baru kami, di mana sebagian nyawaku menjadi nyawanya. Sebagian duniaku menjadi dunianya. Air mataku menjadi kesedihan untuknya dan tawa senyumnya menjadi kebahagiaan untukku.

Kupejamkan mataku dan kufokuskan pikiranku untuk melantunkan surat Ar Rahman sebagai mahar pernikahan kami atas permintaan Derra dan ayah mertua. Aku lafalkan dengan mata terpejam agar lebih khusyu dan fokus. Perasaanku begitu gugup di awal, namun setelah melantunkan beberapa ayat, aku sudah dapat mengontrol perasaanku untuk menjadi lebih tenang.

Seusai melantunkan surat Ar Rahman ada rasa lega luar biasa dan aku berterimakasih Allah telah memberikan kelancaran untuk melalui proses ini.

Perasaanku deg-degan tak menentu kala pak Angkasa mengulurkan tangannya menjabatku.

"Saudara Bagas Pradhipta bin Rahmat Susanto saya nikahkan dan kawinkan anak kandung saya Derra Azalia binti Angkasa Wijaya kepada engkau dengan mas kawin hafalan surat Ar Rahman dan seperangkat alat sholat, tunai."

Aku menghela napas sejenak. Bismillah..

"Saya terima nikah dan kawinnya Derra Azalia binti Angkasa Wijaya dengan mas kawin tersebut tunai."

Rasanya tak bisa diungkapkan, apalagi setelah mendengar kata "sah" membahana di seantero ruangan. Tak terasa air mataku menetes. Tidak mudah untuk bisa berada di titik ini. Rasanya perjuangan kami yang dipenuhi drama air mata dan sempat menemui jalan buntu terbayar semua hari ini.

Derra keluar ruangan diapit oleh ibunya dan kakak iparnya, ibu dari Raynald, salah satu muridku. Aku terkesima menatap wajahnya yang terlihat begitu cantik, memukau seperti bidadari. Wedding dressnya yang bernuansa putih dengan asesoris bunga-bunga dan mutiara membuat penampilannya terlihat semakin elegan. Sungguh aku seperti melihat bidadari menjelma padanya, atau bahkan dia jauh lebih menawan dibanding bidadari sekalipun.

Aku teringat bagaimana kami bermusuhan dulu. Aku pernah menyebutnya artis yang tidak elegan karena sembarangan menerima tawaran undangan ke acara tertentu. Aku dulu memang begitu jahat padanya, memandangnya sebelah mata dan selalu menganggapnya anak kecil karena waktu itu dia masih 19 tahun. Dia menikah tepat di ulangtahunnya yang ke-20. Mungkin pernikahan ini akan menjadi kado terindah dalam hidupnya.

Gaya hidup kami memang berbeda. Dia terbiasa hidup mewah sedang aku terbiasa hidup sederhana. Namun itu tak menjadi kendala karena aku lihat dia berusaha untuk mengurangi sikap borosnya dan menyesuaikan dengan life style-ku yang sederhana.

Married to "Seleb" (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang