02.

904 17 0
                                    

Emosi Qahtan pun pecah, ia sempat di tenangkan oleh Fateh dan Bang Saaih terlebih dahulu tapi itu gagal. Qahtan pun mengeluarkan kebenarannya.

"No! Kak Jidah, Kak Sohwa, Kak Iyyah, Bang Thoriq did this! It's not Kak Fatim's Fault!" marah Qahtan membela kakak tersayangnya.

"That's right Umi, They did this!" jawab Muntaz juga membela Fatim.

"Sebenernya Aaih juga liat mereka lagi ngomongin cara kerjain Fatim" kata Saaih membela Fatim juga.

"Huh, gara - gara si botak, si tengah, si kecil jadi ketahuan deh!" marah Thariq dalam batinnya.

"Apa itu bener Jidah, Sohwa, dan Iyyah?" tanya umi dengan lembut.

"Nggak mi, mereka aja salah paham" kata mereka membela diri sendiri.

"Don't Lie Kak!" teriak Qahtan.

"If you lie, you add one dosa to each others kak" kata Muntaz bijak.

"Iya, itu salah kita mi" kata mereka mengaku.

Kondisi kamar Fatim. Isinya hanyalah Fatim yg masih sesenggukan.

"Kak Fatim are you okay?" tanya Qahtan sedih.

"I'm Okay Qahtan, Don't worry" kata Fatim berbohong kepada adeknya hanya untuk membuat Qahtan senang.

"Don't Cry Kak, Don't forget to eat your Sahur kak!" kata Qahtan sambil menghapus air mata Fatim.

Saaih pun datang membawa sahurnya Fatim. Mereka sahur jam 3, jadi masih ada waktu untuk Fatim sahur.

"Fatim sudah enakan belum? Sini abang suapin" kata Saaih tersenyum.

"Makasih bang" kata Fatim mensenyumi Saaih balik.

Saaih menyuapi Fatim sambil tersenyum.

"Kamu kurangin pikiran dulu biar gak pusing, bentar lagi Shubuh" kata Saaih

"Oke bang" kata Fatim sembari tersenyum.

"Biar kita bisa kerjain mereka balik. " kata Saaih sembari mengeluarkan senyuman liciknya.

"Gak usah bang, Kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan. Seharusnya Kejahatan dibalas dengan kebaikan" kata Fatim bijak.

ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR! Adzan Shubuh berkumandang mereka sholat bersama. Selesai sholat mereka balik lagi ke kamar mereka.

Kondisi Kamar Kak Jidah, Kak Iyyah, dan Kak Sohwa risih. Kebetulan mereka lagi tidak boleh sholat dan puasa dalam agama Islam.

"Kita tadi dimarahin Umi gara - gara, 3 anak itu!" kata Kak Jidah sambil marah.

"Iya, Iyyah benci!" kata Kak Iyyah kesal.

"Kurang ajar anak - anak itu. " kata Kak Sohwa sembari mengeluarkan emosi.

Saaih menguping pembicaraan mereka. Saaih turun ke bawah. Mereka mendengar suara hentakan Kaki.

"Siapa tuh? Jangan, Jangan!" kata Kak Sohwa khawatir.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hidup. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang