Gadis itu terpaku, ditempat ia berdiri. Sekuat tenaga menahan tubuhnya agar tidak terjatuh dilantai, berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak tumpah ruah terjatuh dan menimbulkan suara tangisan yang memekakkan telinga. Jangankan untuk menangis, untuk terisak kecil saja, ia tak berani.
Dengan sisa tenaga yang ada ia mencoba membalikkan tubuhnya, melangkah menjauh dari lorong gelap yang tidak dapat menyembunyikan sepasang manusia yang tengah bercumbu disana.
Melihat pria yang tengah ia cari keberadaannya, ia temukan sedang bercumbu dengan wanita lain. Membuat hatinya sakit, sesak, remuk, entahlah bahkan ia tak bisa menggambarkan perasaannya sendiri.
Pria itu miliknya, yang baru saja sah menjadi suaminya tadi pagi. Ah, tidak! Bagaimana ia bisa menyebutnya suami atau miliknya, bahkan mungkin pria itu tidak pernah mencintainya. jangankan mencintai, menganggap keberadaannya saja tidak pernah. Mereka menikah karena perjodohan sang nenek pria itu sebelum meninggal. Hanya sebuah amanah.
Apa yang bisa ia harapkan dari pria itu, tidak ada. Gadis itu sadar jika ia bukan siapa-siapa, mulai sekarang, ah, tidak sejak awal ia tidak akan mengharapkan apapun, tidak akan.
Gadis itu melangkah gontai menuju kamar baru mereka, harusnya ini menjadi malam pengantin mereka, tapi yang menjadi pengantin wanitanya bukan dia melainkan wanita lain.
Lupakan! Lupakan kejadian tadi han hyunji! Lupakan! Ah, tidak sekarang margamu menjadi park, ya park hyunji.
Gumam hati kecil gadis bernama han hyunji itu yang sekarang sudah menjadi park hyunji. Gadis itu tidak pernah berfikir atau bermimpi akan menikah dengan Park Jimin, pewaris dari J park Corp yang juga merupakan perusahaan besar dikorea.
Kemudian hyunji berjalan kearah kamar mandi yang berada didalam kamar. Menyalakan shower, dan membasahi tubuhnya tanpa melepas gaun pengantinnya.
Gadis itu mulai terisak, dan menangis. Sekarang ia bisa dengan puas menangisi jalan kehidupannya tanpa merasa takut ada yang tahu, karena hyunji telah mengunci pintu kamar mandi sebelumnya.
~
~
Setelah satu jam didalam kamar mandi, hyunji keluar dengan memakai baju tidurnya. Hyunji terdiam mematung didepan pintu kamar mandi, ia terkejut mendapati suaminya sudah kembali kekamar mereka dan sekarang tengah berbaring dikasur seraya menutup matanya menggunakan lengan kanannya.
“Kenapa lama sekali, apa yang kau lakukan didalam sana! Dan berhentilah menatapiku”
Hyunji tercekat, tidak mampu berbicara. Hyunji kira jimin sudah tidur. Tapi ternyata tidak. Hyunji semakin gugup, melihat jimin bangun dari rebahannya dan melangkah kearahnya.
“Apa kau tidak akan menyingkir dari sana”
Hyunji langsung tersentak dengan suara dingin jimin, kemudian menyingkirkan tubuhnya menjauh dari depan pintu kamar mandi.
“Ma-ma-maafkan aku”
Jimin tidak menjawab, mengacuhkan keberadaan hyunji.
Hyunji menghela nafasnya, kemudian menyemangati dirinya sendiri dalam hati. bahwa ia akan kuat menghadapi ini semua, hanya sebentar, ya hanya sebentar
Tidak, sebelum ia melakukannya, aku yang akan melakukannya.
hyunji memejamkan matanya sejenak, kemudian berjalan kearah lemari pakaian . Ia mengambil baju tidur untuk jimin, meskipun mereka tidak saling mencintai. Hyunji tetap akan bersikap selayaknya seorang istri, dia harus tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.
Hyunji meletakkan pakaian jimin ditepi tempat tidur, dan kemudian ia membaringkan tubuhnya pada sisi ranjang satunya. Memiringkan tubuhnya membelakangi arah dari kamar mandi.
Jimin yang baru keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk melingkari pinggangnya, tersentak setelah melihat baju tidur yang disiapkan hyunji.
Tanpa mengatakan apapun jimin mengenakannya, seraya sesekali menatap punggung hyunji. Setelah selesai jiminpun ikut membaringkan tubuhnya membelakangi tubuh hyunji.
~
~
Keesokan paginya hyunji dan jimin pindah dari rumah orang tua jimin, karena ini permintaan kedua orang tua jimin, mereka berpikir akan lebih baik jika mereka hidup mandiri.
Bahkan, mereka tidak diberikan ijin untuk menyewa pembantu rumah tangga. Tapi mungkin sesekali ibu jimin akan meminta salah satu pegawainya untuk mengecek rumah jimin.
Jimin dan hyunji hanya mengangguk pasrah, menyetujui apa yang diinginkan orang tuanya.
Setelah sarapan pagi, jimin dan hyunji bergegas pindah kerumah baru mereka. Rumah minimalis modern yang cukup besar jika ditinggali hanya dua orang.
Hyunji segera membersihkan rumah, menata pakaian dan barang-barang mereka yang lain. Sedangkan jimin ia langsung pergi keluar rumah tanpa berpamitan.
Hyunji tahu kemana jimin akan pergi, pasti akan menemui wanita itu. Tidak mungkin jimin akan bekerja, karena ayah jimin memberikan jimin libur beberapa hari setelah pernikahan.
Tidak ingin terlarut dalam kesedihan lagi, setelah selesai membersihkan rumah hyunji menyiapkan makan siang seraya menunggu jimin.
Namun hingga pukul empat sore jimin belum kembali, hyunji menunggu jimin hingga tertidur disofa ruang tamu. Bahkan ia melewatkan makan siangnya hanya untuk menunggu jimin.
~
~
Hyunji terbangun, dan mendapati dirinya masih tertidur diruang tamu. Ia melihat jam, dan terkejut setelah tahu ia tertidur hingga petang.
Ia merutuki kebodohannya, apakah jimin sudah pulang, apa jimin sudah makan, bagaimana jika jimin marah. Hyunji langsung bangun dan mengecek sekitarnya. Namun hanya keheningan yang ia dapati.
Hyunji tahu ia semakin bodoh, menunggu jimin sama saja menegaskan bahwa ia benar-benar bodoh dan tidak berguna. Bahkan ia baru sadar jika ia melupakan kebutuhan dirinya sendiri, seperti makan siang yang ia lupakan.
Ia memutuskan untuk mandi dan kemudian menghangatkan masakannya yang tadi siang ia buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE, DON'T RUN
Romanceff ini aku copy dari google. penulis aslinya @siken11 kalau kalian penasaran go baca, dan juga kalian bisa cek langsung penulisnya. http://www.bangjung.wordpress.com/ Ff ini real tanpa aku ubah2 kata2nya. Jadi kalian gak perlu khawatir. Jangan lupa...