Please, Don't Run

238 21 0
                                    

Hyunji terbangun dari tidurnya, ia memijit kepalanya pelan yang berdenyut. Mungkin efek karena semalaman menangis. Hyunji mengedarkan pandangannya kepenjuru kamar. hyunji menghela nafasnya, ia yakin jimin tidak pulang semalam, dan mungkin ia bermalam dirumah kekasihnya.

Dengan segera hyunji bangun untuk segera mandi.

Hyunji mengalihkan pikirannya dari kejadian semalam dengan beraktivitas seperti biasa. Ia memasak dan membersihkan rumah seperti biasa.

kau harus bertahan hyunji, sebentar lagi waktunya akan tiba

Hyunji tengah membersihkan ruang tengah, hingga pandangannya teralih kearah pintu yang baru saja dibuka. Dan memperlihatkan sosok jimin dengan keadaan yang cukup mengerikan. Wajah kurang tidur, bajunya yang berantakan.

Namun tetap saja bagi hyunji itu semakin membuat jimin tampan, ah, apa yang barusan gadis itu pikirkan.

Hyunji mengalihkan pandangannya “Akan aku siapkan sarapan”

Jimin melangkahkan kakinya menuju kamar untuk mandi, ia tidak berminat kekantor hari ini. Akan lebih baik ia memperbaiki suasana tegang yang tercipta semalam setidaknya ia akan melakukannya dengan cara baik-baik.

Setelah menyiapkan sarapan, hyunji memasuki kamar untuk menyiapkan pakaian kantor jimin.

Bertepatan dengan hyunji yang menutup pintu lemari pakaian, jimin keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk dipinggangnya.

Hyunji tersentak terkejut mendapati jimin bertelanjang dada, jimin yang juga gugup dipandangi oleh hyunji dengan pelan berdehem. Membuat hyunji langsung mengalihkan perhatiannya dengan menatap kearah jendela kamar.

“Kau, kau tidak perlu menyiapkan pakaian kantor. Aku tidak pergi kekantor hari ini”

“Ba-baik-lah” masih dengan gugup hyunji kembali mengambil setelan baju santai untuk jimin. Setelah meletakkannya dikasur dengan bergegas hyunji keluar ruangan.

Jimin melihat dengan jelas rona merah yang berada dipipi gadis itu, membuat hyunji tampak cantik dan menggemaskan.

Ah! Apa yang kau pikirkan jimin!

Erang jimin dalam hati. namun segera tersadar karena perkataan hyunji.

“Sarapan sudah siap”

Tanpa hyunji sadari jimin tersenyum tipiss melihat kegugupan hyunji.

~

~

Usai sarapan mereka membersihkan rumah bersama, sebenarnya hyunji sudah melarang jimin agar beristirahat. Namun jimin bersikeras menolak.

Hyunji yakin jika jimin melakukan ini karena merasa bersalah dan ingin melakukannya secara baik-baik. Hyunji tahu ia tidak seharusnya memiliki perasaan berharap lebih pada jimin. Cinta itu benar-benar buta, meskipun jimin berlaku dingin dan mengacuhkan hyunji. Gadis itu tetap mencintai jimin.

Mereka tengah membersihkan ruang tamu, hyunji membersihkan rak buku yang berada dipojok ruangan sedangkan jimin, ia memindahkan beberapa barang untuk mengubah tata letak barang.

“Aaaaaa”

Teriak hyunji hampir terjatuh ketika hyunji berusaha meletakkan buku dirak paling atas, ia hampir terjatuh karena terpleset dikursi yang ia gunakan untuk pijakan.

Kebetulan, Beruntung jimin tadi tengah memindahkan barang didekat hyunji hingga dengan sigap ia menangkap tubuh hyunji.

Mereka saling berpandangan dengan intens. Hingga jimin tersadar akan posisinya yang masih merengkuh tubuh mungil hyunji.

Mereka saling melepaskan tubuh mereka dengan tergesa “Seharusnya kau lebih hati-hati!”

“Maaf, ma-maafkan aku”

Hyunji menundukkan kepalanya merasa takut dan juga malu bertatap muka dengan jimin. Sedangkan pria itu sendiri sedang mencoba menetralkan detak jantungnya.

Keheningan tercipta diantara mereka yang masih saling canggung satu sama lain, hingga suara dering ponsel jimin mengalihkan perhatian mereka.

“Ada apa?”

“Baiklah aku kesana”

Hyunji masih terpaku ditempatnya, ia tidak berani bertanya apapun pada jimin. Jadi jimin berinisiatif memberitahu pada gadis itu.

“Aku akan kekantor, ada masalah yang harus diselesaikan. Kau selesaikan saja”

Hyunji menganggukkan kepalanya. Tanpa mengganti baju jimin langsung pergi keluar rumah.

Ada perasaan lega dan juga senang ketika jimin memberitahu dirinya, namun hyunji tahu ia tidak boleh berharap apapun.

Dua hari lagi pernikahan mereka akan genap satu bulan. Itu berarti mereka akan segera bercerai.

Ya, bercerai.

Bukan hyunji yang menginginkannya namun jimin  yang ingin mereka bercerai. Seperti yang ia katakan pada kekasihnya dimalam pernikahan mereka, ketika hyunji memergoki mereka dilorong.

“Kumohon percayalah padaku, aku benar-benar mencintaimu!” jimin berusaha membuat kekasihnya yumi percaya padanya.

”Tapi oppa…”

“Sssssttt… Hanya satu bulan, setelah itu aku akan bercerai dengannya dan menikah denganmu” yumi menganggukkan kepalanya dan kemudian memeluk jimin.

Ingatan memori itu berputar kembali dikepala cantik hyunji. Gadis itu tahu akan posisinya, ia tahu benar sejak awal jimin memang tidak menyukai akan keberadaannya.

Hyunji menghapus air mata yang entah sejak kapan sudah turun membasahi pipinya. Kemudian ia beranjak dari tempat ia berdiri dan kembali mengalihkan fokusnya untuk membersihkan rumah.

~

~

PLEASE,  DON'T RUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang