-Satu-

62 6 0
                                    

"Dad, apa kau sudah gila huh? Aku tidak mau dijodohkan seperti ini, aku sudah besar Dad! Aku bisa memilih mana pria yang baik untukku." Kata Kenzie.

"Kenzie, Daddy mohon padamu, jangan bertingkah seperti ini. Apakah Daddy pernah meminta sesuatu selama hidup Dad padamu nak? Percayalah, ini adalah jalan yang terbaik untukmu. Dia pria yang baik, kumohon nak. Apa kau tidak mau menuruti kemauan Dad sekali saja?" Papar Robert Benedict Wilson, ayah Kenzie Anastasya Wilson.

"Baiklah, akan kupikirkan Dad. Nanti akan aku beritahu keputusanku, jangan ganggu aku. Aku ada sesi pemotretan hari ini." Jawab Kenzie

"Baiklah, aku kan pergi ke kantor" ujar Robert.

Kenzie menyambar kunci mobil sport nya lalu pergi ke tempat yang sudah dijadwalkan dalam  pemotretan hari ini. Ia sangat kesal hari ini, yang benar saja daddy menginginkan ia segera bertunangan dengan pria yang tidak dikenalnya, bahkan namanya saja ia tidak tahu. Ia yakin, ini untuk kepentingan bisnisnya. Huh! Menyebalkan!

Setelah 20 menit perjalanan dari rumah ke tempat pemotretan, Kenzie segera masuk ke tempat pemotretan dan segera mengganti pakaian dan melakukan pemotretan hari ini. Kepalanya sudah cukup pusing mekikirkan ucapan daddy nya yang membuat tubuh Kenzie bagai disambar petir disiang bolong.

"Hei sayang, kenapa wajahmu murung seperti itu hm? Ceritakan padaku kalau ada masalah" ucap Justin

"Tidak apa-apa Just, kepalaku hanya pusing saja. Bisakah kau membuatkanku segelas coklat panas? Aku butuh penenang hari ini." Pinta Kenzie

"Baiklah babe, akan kubuatkan untukmu" kata Justin, lalu melenggang pergi.

Justin adalah penata rias pribadi Kenzie, wajahnya sangat tampan, matanya berwarna hijau, dan rambutnya berwarna pirang, sama seperti kebanyakan orang Eropa biasanya.
Ketika Kenzie memulai karir, Kenzie sempat jatuh hati pada Justin. Baginya, terasa sangat mudah untuk jatuh cinta pada Justin yang mempunyai wajah menawan dan mempunyai otot yang sangat sempurna. Tapi satu hal yang membuat perasaan Kenzie berubah, dan Kenzie baru menyadari bahwa Justin adalah seorang gay.

Pintu ruang tata rias terbuka, terlihat Justin sedang berjalan membawa segelas coklat panas sambil tersenyum kearah Kenzie,

"Ini coklat panasmu sayang... aku menambahkan sedikit jeruk martini semoga saja bisa menenangkan pikiranmu" kata Justin

"Terima kasih Just, kau teman terbaikku" ucap Kenzie tulus,

"Baiklah, kau masih belum mau cerita denganku? Aku mengenalmu dengan baik Kenny, ada yang mengganggu pikiranmu? Ceritakanlah, siapa tahu aku bisa membantumu" kata Justin

Kenzie memegang gelas keramik yang di tangannya diatas pangkuannya. Ia menghela napas sebentar lalu mulai bercerita pada Justin,

"Tadi pagi daddy mengatakan padaku, kalau aku akan dijodohkan, dia memohon padaku Just, dia berkata seolah-olah permintaan perjodohan ini adalah hal yang terakhir ingin dikabulkan. Sedangkan kau tahu, aku ini masih muda Just, aku masih berumur 23 tahun, dan daddy menyuruhku menerima perjodohan ini? Damn! Aku tidak habis pikir Just. Aku baru memulai karir ku diumur 20 tahun, apa aku harus meninggalkannya secepat ini? Oh, dear.." pekik Kenzie kesal,

Sedangkan Justin melihat Kenzie kesayangannya itu sambil mengulum senyum,

"Mengapa kau mengulum senyum seperti itu Just?! Sungguh, kau membuatku kesal" kata Kenzie,

"Ups, maafkan aku Kenny. Kurasa pilihan daddy mu itu benar sayang, lebih baik kau segera dijodohkan. Lagi pula aku jarang melihatmu bersama seorang pria, baik itu satu agency denganmu atau pria luar" jawab Justin enteng

Kenzie mendengus setelah mendengar jawaban Justin, sebenarnya Kenny sangat membenarkan ucapan Justin, kecuali masalah perjodohannya. Yang diucap Justin memang benar, ia belum pernah berkencan dengan seorang pria, mengobrol pun jarang, padahal banyak pria yang tergiur akan kemolekan tubuh yang Kenny punya.

"Tapi Just, aku ini masih muda, aku tidak mau dijodohkan seperti ini, perjodohan ini membuat aku tidak percaya diri" rengek Kenny

"Maksudmu? Aku tidak paham Kenny," Tanya Justin,

"Begini, aku merasa diriku tidak laku Just sampai daddy menjodohkanku dengan pria yang tidak aku kenal," jawab Kenny murung

"Oh, ayolah. Kau tidak buruk, terima saja lagi pula kau bisa meminta daddy mu untuk tidak terburu-buru bertunangan. Kau bisa meminta waktu untuk bisa mengenalnya jauh lebih baik" papar Justin,

"Satu jam lagi pemotretan akan dimulai. Ayo siapkan dirimu, jangan terlihat seperti orang kacau seperti itu. Bajumu sudah aku siapkan," lanjut Justin sambil tersenyum.

Mau tak mau Kenny mengahabiiskan sisa coklat panas yang ada digelasnya lalu meletakkan dimeja dan segera menuruti apa yang dikatakan Justin. Kepalanya pening, Kenny mendengus

Sungguh ini membuatku gila! Ini masih pagi entah kenapa otakku sudah lelah seperti ini, sialan!

****
William George Alexander, hari ini sudah berada dikantor. Pagi-pagi buta ia sudah ada dikantor, perkataan kakeknya tadi malam membuat ia tidak bisa berkonsentrasi hari ini,

"William, kemarilah!" Panggil Liam Alexander, kakek William

"Ada apa kek? Kau mau sesuatu?" Tanya William,

"Ya, aku mau sesuatu dan berharap kau bisa mengabulkan apa yang aku minta nak," ucap Liam

"Baiklah, apa mau mu?" Tanya William tanpa basa-basi

"Kau tau teman ayahmu yang bernama Robert itu?" Tanya Liam

"Ya, kenapa memang? Apa dia punya masalah denganmu? Apa kau mau aku membunuhnya kek?" Tanya William bertubi-tubi

Liam hanya mengutas senyum saat cucu kesayangannya itu khwatir,

"Tidak nak, aku mau kau segera bertunangan dengan putrinya," ucap Liam

William hanya diam, ia belum sadar dengan apa yang sudah diucapkan kakeknya ini,

"Apa kakek sungguh? Ayolah kek, jangan bercanda. Bahkan aku tidak mengenal putrinya tuan Robert Wilson Kek, tolong jangan bercanda" kata William

"Oh tenanglah Will, mengapa kau shock begitu? Aku tidak bercanda, dan aku sungguh-sungguh dengan kata-kataku" jawab Liam

"Kek, aku ini masih muda. Aku belum mau menikah, lagi pula ayah dan ibu pasti tidak setuju dengan perjodohan tolol ini" papar William

"Nicolas dan Angelin sudah tahu tentang ini, dan mereka setuju dengan keputusan mereka. Mereka sendiri yang menjodohkanmu, bukan aku will" jelas Liam

Liam berhenti berucap sebentar, lalu menatap William yang sedang duduk diatas sofa sambil memijat pelipisnya,

"Pikirkan permintaanku, ayah, dan ibumu nak, pikirkan itu baik-baik aku akan tidur ke atas" pinta Liam

Liam meninggalkan William di ruang keluarga.

Entah setan apa yang merasuki kakeknya itu, apa yang membuatnya mengajukan permintaan itu, ah sial! ,gerutu William.

Tok tok tok

"Masuk!" Ucap William tegas

"Maaf pak mengganggu Anda, aku hanya ingin menyerahkan berkas-berkas ini untuk segera ditanda tangani" kata Melanie, sekertaris William,

"Baiklah, kemarikan padaku Mel!" Suruh William

Melanie berjalan mendekati William, meletakkan berkasnya di atas meja William.

"Sudah, ambil berkas ini lalu pergi dan kerjakan tugas mu!" Kata William,

Melanie hanya mengangguk dan pergi dihadapan William.

Pikiran William kacau, ia tidak bisa berpikir dengan benar hari ini. Tapi ia berusaha untuk konsentrasi dan tetap bersikap profesional di kantornya.

*****
TBC guys!!!
Give me a vote and komen :)

My Sweet JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang