4• Tugas yang berujung Petaka

284 13 1
                                    

Ziza, Diana, Jessy, Zipo, Kristal, dan Kayona semakin mempercepat larinya saat melihat gerbang sudah tertutup dan dijaga Pak Dar didalam.

Mereka berenam memang satu kompleks gitu, jadi mereka berangkat atau pulang bareng terus.

"He Anjir. Perasaan kita tadi berangkat kagak siang siang amat dah. Napa dah ditutup aja tu gerbang" gerutu Zipo sambil mengimbangi langkah Jessy yang lebar. Sedangkan lainnya hanya diam tak menyahut walau gerutuan Zipo ada benarnya juga.

Sampai digerbang, keenamnya memasang wajah polos dan cengiran tanpa dosa membuat Pak Dar melotot dengan wajah garang.

"Kalian ini niat sekolah nggak? Jam segini baru sampai, Dasar IPA 4!" omel Pak Dar sambil menunjuk njuk jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya.

Kayona sedikit memajukan diri "Kemarin tugasnya banyak sih Pak. Ya jadinya begadang buat nyelesein tugas" jawabnya santai.

Pandangan Pak Dar teralih, matanya melebar yang membuat wajahnya terlihat tambah galak.

"PRIIIIIIIITT" Pak Dar membunyikan peluitnya yang selalu ia gantungkan di lehernya, yang notabin nya Pak Dar adalah guru olahraga.

"EH, AYAM AYAM AYAM" latah Zipo yang kaget.

"CEPAAATTT! MALAH BERHENTI!!" terik Pak Dar

Ziza, Diana, Jessy, Zipo, Jessy, Kristal dan Kayona terlonjak kaget, reflek memutar kepala. Melihat Bella dan Ivy mendorong scoopy merahnya dengan susah payah.

"Berat Pak. Kalo mau cepet bantuin dong!" amuk Ivy dari kejauhan. Pak Dar hanya mampu menggelengkan kepala pasrah.

"Pak nunggu apa lagi? Kok nggak dibukain gerbangnya?" tanya Diana heran dengan guru killer ini. Pak Dar menjawab dengan tangan terlipat didada. "Nunggu teman kalian yang lain" jawabnya memandang jauh depan gerbang.

Kedelapannya saling pandang lalu menyerngit tak paham. Kompak memandang Pak Dar yang mengubah tangan bersedekap menjadi berkacang pinggang.

"Bagus, nyantai aja ya?!" ucapnya tertuju pada rombongan yang berjalan santai ke gerbang. Reflek ke delapannya membalikkan tubuh.

Dilihatnya Alea, Giselle, Adel, Ajeng dan Bianca yang malah berjalan santai tanpa beban.

"Orang udah jelas telat Pak, mau lari apa jalan pun tetap telat. Jadi ya kita nyantai aja" ucap Alea dengan entengnya membuat kelimanya mendapat plototan gratis dari Pak Dar.

Pak Dar hanya mampu menghela napas kasar, lalu dibukanya gerbang dengan malas. "KELAPANGAN SEKARANG! IKUTI HUKUMAN TEMAN KALIAN DISANA!" teriaknya dengan tegas membuat ketigabelas Anak Sesat berlari kelapangan dengan tubuh bergelidik ngeri.

Kristal mendelik, "Lah lo pada kok udah stay dilapangan aja!" ucapnya lumayan keras. Membuat Tasha, Eliza, Vania, Zilca dan Sivia yang sedang berlari jadi berhenti dan mencari sumber suara.

"Ini kenapa jadi keliatan udah direncanain gitu ya?" ucap Eliz menggaruk tekuknya yang tak gatal. Semua pun mengangguk setuju, karna kenyataannya memang begitu.

Tak lama kemudian, Bu Rosi terlihat datang dengan menyeret dua siswi yang tak lain adalah Deva dan Rolin.

"Lihat! Temen kalian ini, masuk bukannya lewat gerbang malah lewat tembok belakang sekolah. Dasar bandel!" kata Bu Rosi sambil mengeratkan jewerannya ditelinga Deva dan Rolin.

Deva merintih kecil, "Ya saya pikir bakal lolos Bu. Eh ternyata ada yang jaga juga. Sumpah nggak hoki banget" runtuknya berusaha melepaskan jeweran tangan Bu Rosi dari telinganya.

"Iya nih.. Ibu alih profesi ya? Jadi penunggu tembok belakang?" tanya Rolin dengan polosnya membuat Bu Rosi semakin mengeratkan jewerannya.

"Aw.. Aww.. Buuu!! udah dong jewernya sakit iniii,,," rintih Rolin yang sudah mencak mencak ingin segera melepaskan tangan Bu Rosi dari telinganya.

Crazy ClassmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang