Satu.

1K 141 66
                                    

"Selamat sore semuanya. Saya Corbyn Besson sebagai ketua panitia dan disini ada wakil saya Jonah Marais. Sebelumnya kita mau bilang makasih banyak untuk kalian yang udah mau partisipasi untuk jadi panitia acara pensi sekolah kita. Saya mohon banget kerja keras kalian. Tanpa nunggu lama lagi, disini saya akan bagi divisi ya. Kalian bebas mau milih divisi apa. Untuk ketuanya nanti saya yang akan tunjuk," jelas Kak Corbyn panjang lebar.

Setelah dibagikan kertas penjelasan tiap divisi, semua anak-anak diberikan waktu setengah jam untuk mendaftarkan diri ingin masuk dalam divisi apa.

"Yang kelas 11 laki-lakinya kumpul ke gue bentar dong!" teriak Kak Jonah.

15 menit kemudian, semua panitia disuruh duduk melingkar dan diberikan penjelasan lebih detail tentang tiap-tiap divisi dan diminta untuk memilih divisinya masing-masing.

"Divisi acara bisa ke gue ya!"

"Yang mau jadi divisi publikasi sini!"

"Yok yang mau keamanan sama gue!"

"Mohon ya yang kreatif gabung sama divisi dekorasi!"

"Perlengkapan dong sini bantuin!"

"Eh konsumsi dong biar bisa makan!"

"Yang jago foto dokumentasi ya!"

Kurang lebih begitulah kelas 12 berteriak kesana kemari.

Elena Alexander. Gadis kelas 10 yang terpaksa menjadi panitia karena dorongan sahabat sejak kecilnya yang sampai sekarang satu sekolah dengannya, Loura Smith.

"Le, lo masuk mana? Kayaknya lo cocok dekorasi deh. Kan lo jago gambafr," saran Loura.

Elena menggidikan bahunya. "Lo masuk mana? Gue gak mau sendiri ah."

"Gue kan lebih ke fotografi, Le, udah pasti dokumentasi lah."

"Yah, masa kita pisah, sih?" gerutu Elena.

Loura terkekeh, "ya gak papa lah, Le."

"Malu gue kalo mesti sendiri."

"Elah, biasanya juga lo malu-maluin," Loura memutarkan kedua bola matanya.

"Bacot jir."

"Ya udah daftar dulu. Gue kesana ya!" katanya lalu meninggalkan Elena.

Menghela napasnya panjang, Elena berjalan ke arah kelas 12 untuk mendaftar divisi dekorasi.

"Namanya siapa?"

"Elena, Kak."

"Elena siapa?"

"Alexander. Elena Alexander."

Kakak kelas tersebut mengangguk dan menunjuk sekumpulan dari beberapa anak kelas 11 dan 12.

"Kumpul disitu dulu ya," katanya.

"Baik, kak," Elena melangkahkan kakinya ke tempat yang ditunjuk kakak kelasnya tersebut.

Anjir, gak ada kelas 10 lagi. Mati aja gue, batinnya.

"Sini sini, Dek. Kita kan bakal kerja sama jangan jauh-jauhan gitu duduknya," panggil salah satu kakak kelas sambil menunjuk Elena.

"I-iya, Kak," balas Elena sambil menunduk.

"Kenalin ya, gue Sierra kelas 11," katanya sambil mengulurkan tangannya pada Elena.

"Elena, kelas 10," balas Elena sambil membalas uluran tangan Sierra.

"Woi, jangan pada sombong lo semua, nih kenalin Elena kelas 10!" teriak Sierra mengenalkan pada anak-anak dekorasi yang lain.

"Haloo El," sapa mereka lalu bergantian berkenalan dengan Elena.

Sierra mengajak Elena duduk di sebelah Nessa yang juga kelas 11 sekaligus sahabatnya Sierra. Walaupun beda angkatan, Sierra dan Nessa menganggap Elena seperti teman seangkatannya sendiri.

Selagi menunggu data tiap anggota divisi, masing-masing divisi diberikan waktu untuk mengenal antara satu sama lain.

"Perhatian semuanya!" teriak Kak Corbyn.

Semua perhatian langsung tertuju kepadanya.

"Jadi saya udah nentuin siapa ketua tiap divisi, berkasnya juga udah saya kasih ke ketua kalian. Jadi nanti ketua tiap divisi bakal perkenalin dirinya sendiri ya. Saya mohon banget sama kalian semua usahain yang terbaik buat acara pensi sekolah kita. Sekian informasi dari saya, saya serahin kalian semua sama ketua tiap divisi ya. Kalau mau izin pulang bisa sama ketua tiap divisinya masing-masing," jelas Kak Corbyn.

Tiap-tiap divisi langsung berkumpul seperti yang diperintahkan Kak Corbyn.

"Haloo semuanya, saya Zach. Zach Herron, kelas 11. Um, jadi saya disini sebagai ketua divisi dekorasi, ada yang minat jadi wakil gak?" tanya Kak Zach, si ketua divisi.

Elena memilih untuk diam karena ia bukan anak yang suka memimpin kecuali ditunjuk.

"Zach, berhubung kelas 10nya cuman satu, mending kelas 10 aja," usul Sierra.

Mendengar kata kelas 10 disebut, Elena langsung menatap Sierra sedangkan Sierra tersenyum tanpa dosa.

"Oh ya? Siapa?" tanya Kak Zach lagi.

Sierra menunjuk Elena. "Tuh, namanya Elena."

Zach mengangguk dan memberikan Elena senyuman tipisnya.

"Oke, kamu wakil ya. Saya harap kamu bisa jaga komitmen," katanya.

"I-iya, Kak," balas Elena sambil tersenyum palsu.

"Segini dulu deh, kata Corbyn juga mulai rapat seriusnya besok. Jadi kalian boleh pulang ya," ucap Kak Zach, "oiya untuk Elena bisa ngomong bentar gak?" lanjutnya.

"Bi-bisa, Kak," jawab Elena, "bentar ya saya ambil tas dulu."

Zach hanya membalasnya dengan anggukan.

Elena mengambil tasnya yang kebetulan sudah dipegang sama Loura.

"Udah belom?" tanya Loura.

"Bentar ya, Kak Zach ada perlu sama gue katanya," balas Elena.

"Ya udah gue duluan ya, udah dijemput sama bokap."

"Oke, hati-hati, Ra."

Loura langsung berjalan ke arah gerbang untuk pulang sedangkan Elena berjalan ke arah Zach.

"Kenapa, Kak?" tanya Elena saat sudah berada di depan Zach secara to the point.

"Gak usah pake Kak ya, biar santai."

Elena hanya mengangguk.

"Saya minta nomor kamu dong, biar mudah ngatur dekorasi sama anak-anak," pinta Zach sambil memberikan ponselnya.

Elena langsung mengambil ponselnya dan mengetikkan nomornya disana.

"Udah, nih. Ada apa lagi?" katanya sambil mengembalikan ponsel Zach.

"Gak ada sih, itu aja."

"Oke, saya pulang ya?" Elena memastikan.

"Mau diantar gak?" tawar Zach.

"Ng-nggak usah, makasih," tolak Elena dengan halus.

"Oke, hati-hati, Le."

Elena mengangguk lalu pergi ke gerbang dan memesan ojek onlinenya.

[ WKWKW GIMANA PART SATUNYA?? MAAPIN Y CACAT BENER. TAPI TENANG AJA SEMOGA CEPET UPDATE YA HEHEHE.

SEMOGA BISA MENGISI KEKOSONGAN LIBURAN KALIAN!! ]

Panitia ft. Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang