Tiga Belas.

581 104 12
                                    

Pukul 11 siang, Zach sudah sampai di depan rumah Elena dengan kaos hitam dan celana jeansnya. Zach mengetuk pintu rumah Elena. Tak perlu menunggu lama, Abby sudah membukakan pintunya.

Zach mencium tangan Abby. "Hehe, halo, Tan. Elenanya ada?"

"Eh, Zach, ada kok, sebentar ya, dipanggil dulu. Ayo, masuk dulu," balas Abby sambil melebarkan pintunya menyuruh Zach untuk masuk.

"Le, ada Zach, nih!" teriak Abby.

Zach menunggu Elena sambil mengobrol dengan Papa Elena di ruang keluarga. Mendengar panggilan Mamanya, Elena langsung berlari untuk menemui Zach.

"Yuk, Zach," ajak Elena.

"Om, Tan, Zach pinjem Elenanya dulu, ya?" tanya Zach.

Orang tua Elena mengangguk. "Hati - hati, ya?"

"Siap," balas Zach sambil memberi hormat.

Sesampainya di mobil, Zach langsung melajukan mobilnya.

"Mau kemana, Zach?"

"Cek kursi belakang, Le."

Elena mengernyitkan dahinya saat melihat sebuah tas piknik di kursi penumpang belakang.

"Piknik?"

"Exactly," balas Zach sambil terkekeh.

"Serius? Astaga, baru pertama kali saya diajak piknik," Elena tersenyum sumringah. Melihat respon Elena, Zach bersyukur.

Duh, emang cocok jadi calon ini mah, batinnya.

"Kamu sering piknik Zach?" tanya Elena.

Zach mengecilkan suara radio.

"Ya, lumayan sih. Kadang suka ajak Reese, dia suka main deket danau gitu. Biasanya main lempar bola."

"Seru, dong?"

Zach mengangguk dengan semangat.

---

Setelah sampai, Zach turun sambil membawa tas piknik dan meletakkannya di pinggir danau. Dengan sigap Elena meraih kain dan menggelarnya untuk mereka duduki.

"Nih, Le, kamu harus cobain sandwich buatan saya," kata Zach sambil menyodori tempat makannya.

"Dijamin enak gak?" ejek Elena.

Zach menggaruk tengkuknya sambil memberikan cengiran. "Ya, kalo gak enak, saya bawa buatan Mama kok," katanya.

Aduh, manis banget, batin Elena.

Elena mengambil sandwich yang ditawarkan Zach dan memakannya.

"Gimana, Le?" tanya Zach dengan sedikit ragu.

"Enak banget, serius. Kamu udah nyoba?" tanya Elena dengan senyum sumringahnya.

Zach menghela nafasnya lega. "Serius? Ini perdana nih, Le. Pertama kali saya bikin sandwich," katanya sambil terkekeh.

"Beneran? Wii, makasi banyak, Zach!" balas Elena dengan senyum sumringahnya.

Manis banget sih, Le?

---

Disinilah Elena dan Zach, di tengah danau di atas perahu kano. Saling berbagi cerita antar kehidupannya. Sejujurnya Elena memang sedikit takut karena ia belum pernah menaiki perahu apapun. Sedangkan Zach, ia dan keluarganya sering bermain dengan perahu kano.

"Takut, Le?" tanya Zach.

"Hehehe, sedikit, sih."

Zach hanya membalasnya dengan kekehan. Setelah beberapa menit, Zach memberhentikan perahu kano tersebut tepat di tengah danau.

"Kok berhenti?" tanya Elena sedikit panik.

"Anu, ini, Le."

Elena hanya mengernyitkan dahinya, bingung.

"Saya mau confess sesuatu, Le, boleh?"

"Iya, boleh, kok."

"Tapi saya bingung mau mulai darimana hehehe."

"Santai aja, Zach."

"Um, kamu tau kenapa saya pilih kamu jadi wakil?"

Elena menggelengkan kepalanya.

"Karena saya mau kenal lebih dekat sama kamu, Le."

Elena hanya bisa terdiam dan menunggu ucapan Zach selanjutnya.

"Ini agak menggelikan, sih. Soalnya awalnya saya gak percaya sama cinta pada pandangan pertama, tapi kayaknya saya kena karma.

Saya selalu mau buat kamu seneng, Le. Rasanya adem gitu ngeliat kamu senyum terus ketawa gitu. Lemes saya liatnya hehe.

Ya, udah, sih, gitu aja. Sekarang saya mau nanya, boleh?"

"Itu kan barusan nanya, Zach."

"Oiya, yaudah kali ini beneran."

Elena terkekeh, "silahkan."

"Boleh gak saya jadi cowok kamu, Le?"

Panitia ft. Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang