Part 3 : A Wish & Loving Father

19 6 1
                                    


Aku berjalan mengikuti si werewolf. Layaknya werewolf lainnya dia membanggakan bentuk werewolfnya. Werewolf overall adalah makhluk yang kuat. Di pasukan monster ini werewolf sangat cocok menjadi scout atau vanguard. Berbeda dengan Beastmen, Para Werebeast bisa menjadi manusia. Saat menjadi manusia kekuatan mereka berkurang banyak. Well, tapi mereka lebih kuat dari manusia biasa – setidaknya.

Dengan kemampuan seperti itu werebeast banyak yang dikirim untuk menjadi agen diantara manusia. Tapi terkadang -sesuatu terjadi.

"Werewolf ? Nama ?"

Aku tak yakin memanggil werewolf didepanku ini dengan sebutan apa. Well Tuan ? Tapi tadi dia memanggilku 'Tuan Berserker' kan ? Pangkatku lebih tinggi kan ? dan juga aku setidaknya lebih kuat dari werewolf biasa. Ugh, Saat ini Mardaz tidak punya rantai komando yang jelas. Ini membuatku agak pusing.

"Vaan Tuan." Jawab werewolf itu singkat.

Entah aku bosan atau memang terganggu karena waktu istirahatku terganggu aku meneruskan percakapan kita.

"Jadi Vaan, kau ada masalah dengan manusia ?"

Aku memang tak memiliki sihir deteksi Atau indra ke-enam. Tapi nafsu membunuh milik Vaan yang berusaha ia sembunyikan, bagiku terlihat sangat jelas.

Vaan yang agak terkejut menjawab.

"Maaf Tuan Berserker. Jika Tuan tahu banyak tentang werewolf, Tuan pasti bukan monster biasa."

"Oh ? biar kutebak" aku menyungut, melihat Vaan terutama Slave Collar di lehernya.

"Slave collar..... hmmmmm" kami terus berjalan melewati Lorong menuju basement.

"Kau jatuh cinta pada manusia dan memiliki anak?"

"....." Vaan diam.

"Hahahahaha" aku memegang perutku, dan menepuk pundak Vaan.

"Kasihan sekali Vaan. Kau jadi budak hanya karena perasaan semacam itu ? Biar kutebak lagi. Mardaz tahu kau mengkhianati dia kemudian membunuh istirmu lalu membunuh anakmu ? oh tidak tidak. Atau mungkin mereka jadi bahan percobaan Mardaz."

"Hahahahaha" lanjutku ketawa.

Vaan yang menyembunyikan nafsu membunuhnya langsung menghadap padaku. Seakan-akan ada tombol 'switch'. Vaan tiba-tiba mengayunkan cakarnya padaku.

Aku menangkap pergelangan tangannya. Mengaktifkan manaku. Kemudian memotong tangannya.

Ptssshhhhh

Darah mengalir deras dari lengan Vaan.

"Hebat. Kau tidak mengerang kesakitan. Well werewolf juga memiliki kemampuan regerenasi bukan ? Tidak sehebat Vampire, tapi setidaknya kau bisa menumbuhkan kembali tanganmu ini."

Aku mengayun-ngayunkan tangan Vaan -yang saat ini sudah menjadi tangan manusia.

Jika kalian bertanya kenapa aku melakukan ini, Alasannya hanya satu.

Waktu istirahatku terganggu.

-----Vaan POV-----

Aku berjalan menyusuri tangga menuju salah satu tower di castle ini.

Beberapa minggu lalu Mardaz mengetahui jika aku memiliki hubungan dengan manusia. Bukannya aku lupa dengan kebejatan manusia dan keserakahan mereka. Bukannya aku ingin mengkhianati klanku. Tapi dia... Dia menerimaku meskipun tahu aku adalah werewolf.

Entah bergerak karena impuls atau insting. Aku berakhir menikah dengannya. sepuluh tahun kuhabiskan bersamanya. Meskipun istriku tahu aku adalah werewolf dia tak tahu akan keberadaan Mardaz dan pasukan para monster. Ini membuatku yakin jika aku tidak bersalah. Sampai-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heroes DomainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang