Lima

85 39 32
                                    


Pembagian tugas untuk variety show The Boyz mereka sepakati hari ini.

Kevin, Juyeon, Hyunjae, dan Sunwoo sebagai koki inti. Mereka kini berada di tempat kursus memasak -sebuah restoran yang sudah disiapkan oleh kru-.

Sedikit berbasa-basi dengan sang pemilik restoran yang memiliki kontrak mengajari mereka memasak untuk variety show. Setelah itu, mereka mulai belajar memasak. Mengamati detail yang dipraktekan oleh sang koki, kemudian mulai mencobanya satu persatu.

***

Pukul 17.00 waktu Korea.

Seperti biasa, Alena menekuni kegiatan barunya setiap sore. Ia melangkah keluar tempat kursus. Ini hari keempatnya. Ia sedikit demi sedikit mulai mempraktekan Bahasa Korea dalam percakapannya.

Alena menunggu taksi yang dipesannya. Ia mendongakkan wajahnya, menatap langit musim gugur yang cerah.

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Dia merogoh sakunya, membuka layar kunci. Satu pesan masuk.

From : Keyra

Alena aku lapar. Tolong mampir ke restoran dulu ya. Beliin aku sesuatu yang ngenyangin. Makasih.

Alena mendengus pelan. Keyra terkadang merepotkan.

Taksi yang dipesannya datang, buru-buru ia menutup ponselnya dan masuk ke dalam taksi.

***

Alena menghujat Keyra habis-habisan dalam hati. Kejadian ini tidak akan terjadi jika Keyra tidak menyuruhnya untuk membeli makanan.

Ia hanya membawa sedikit uang, dan uang itu dipakai untuk membayar taksi. Tersisa 1000 won di dompetnya.

Bodohnya, Alena tidak mengecek kembali dompetnya. Lantas ia berjalan masuk, lalu memesan. Ketika sang kasir menyebutkan totalnya, Alena baru sadar. Uangnya tidak cukup untuk membayar makanannya yang telah disajikan.

Alena tersenyum kecut. Dengan malu berkata bahwa uangnya kurang, lalu meminta izin untuk menelfon temannya.

Beruntung kasir itu baik. Mempersilakan Alena keluar dari antrian untuk menelfon.

Alena memencet tombol hijau. Nada sambung terdengar. Kakinya mengetuk-ketuk lantai. Gelisah.

'Tut'

Berkali-kali ia menghubungi Keyra namun Keyra tidak mengangkat.

'Keyra angkat!' Alena membatin kesal. Mengirim sms ke Keyra, mungkin belasan jumlahnya.

Sepuluh kali Alena menelfon Keyra. Namun Keyra tak kunjung mengangkat. Alena gemas sendiri.

Patah-patah Alena mendekati meja kasir. Sang kasir tersenyum ramah, menanti jawaban Alena.

"Ng... Bisakah aku membatalkan pesanan?" Alena bertanya ragu. Butuh keberanian ekstra untuk menanyakan hal ini.

"Ah, maaf. Tapi pesanan telah disajikan. Jadi tidak diperbolehkan membatalkan pesanan."

Demi mendengar jawaban sang kasir, kaki Alena melemas. Bingung hendak melakukan apa. Percuma menceritakan ini bukan pesanannya, melainkan hanya titipan temannya. Yang mereka inginkan, Alena membayar.

Alena permisi sekali lagi, izin menelfon. Namun Keyra masih belum mengangkat.

"Keyra angkat! Kamu gak tau apa aku malu banget? Kalau aku sampai dilaporin gara-gara gak sanggup bayar gimana?" Alena terisak pelan.

Sungguh situasi ini benar-benar diluar dugaan.

***

Kevin baru saja keluar dari toilet. Ia hendak berjalan masuk ke dapur. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis, wajahnya tidak asing bagi Kevin. Gadis itu berdiri di dekat meja kasir. Berkali-kali menempelkan ponsel ke telinga, lalu dengan gusar mengetik sesuatu. Kevin mengernyitkan alisnya, mengingat-ingat dimana ia pernah melihat gadis ini.

PerhapsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang