"Gendong aku!" pinta nya manja pada Samsul, suaminya. Wanita itu namanya Zara. Ia sangat kekanak-kanakan jika telah bersama Samsul. Samsul juga tidak keberatan dengan tingkah laku Zara. Mereka serasi.
"sampai kapan kamu mau kayak gini?" Tanya Samsul lembut. Lalu mulai mengangkat tubuh Zara yang menurut nya ringan. Wanita itu mengalungkan kedua tangannya dileher lelaki itu. Samsul berjalan dan meletakkan Zara diruang tengah.
"sampai anak kita besar" sahut Zara santai. Ia menghidupkan TV. Mengganti-ganti saluran. Yah, dirumah ini hanya ada mereka berdua. Sepasang pengantin muda yang serasi.
Samsul mendekati Zara namun lelaki itu seperti nya tidak bicara dengan Zara, melainkan dengan perut wanita itu. "kamu cepat-cepat kesini, ya. Biar mama kamu gak manja lagi" lelaki itu seakan sedang curhat. Zara tertawa.
"gak niat, bilang" tukas Zara mengacak –acak rambut Samsul. Lelaki itu hanya tersenyum manis. Lalu pergi meninggalkan Zara. Zara tahu, lelaki itu akan berangkat kerja. Ia hanya melambaikan tangan nya menandakan, 'sampai jumpa' . lelaki itu membalas lambaiannya.
Sebenarnya mereka bukanlah benar-benar pasanagan muda. Bahkan mereka telah menginjaki tahun ke tiga pernikahan mereka. Tetapi mungkin tuhan belum mengizinkan mereka memiliki seorang malaikat kecil. Walau terkadang dihatinya ada sedikit rasa iri dengan kakaknya yang telah memiliki dua anak dan adiknya yang baru saja melahirkan. Ia menghembuskan napasnya kasar. Beruntung ia memiliki seorang lelaki yang ramah, lembut, pengertian dan dewasa dalam hidupnya. Ia bersyukur.
Memori nya kembali mengantarkannya pada masa dimana mereka berdua saling kenal. Si Samsul seorang pemalak yang ditakuti banyak orang dan dirinya seorang anak rumahan yang sangat dijaga ketat oleh kedua orang tuanya. Bagaimana mungkin keduanya bertemu? Dengan situasi berbanding terbalik tersebut? Keduanya bertemu disaat dirinya, si anak pingitan diberi kesempatan pergi keluar untuk membeli sesuatu dan dihadang oleh preman. Ia ketakutan. Tak terasa air matanya mengalir begitu saja dan ia meringkuk ketakutan. Entah cahaya apa yang menembus hati preman tersebut, preman itu menolong nya. Dan dia adalah Samsul. Telah bertaubat menjadi seorang manager di perusahaan milik sahabat kecil nya. Dunia dengan cepat merubah segalanya.
------
Ia membuka laci kecil miliknya yang jarang ia buka. Bahkan seperti nya Samsul tidak pernah memedulikan isi rumah. Termasuk laci kecil miliknya. Ia mengambil sebuah amplop putih dengan logo sebuah rumah sakit. Ia membuka nya dan membacanya. Air matanya mengalir. Napasnya tercekat. Menatap kertas yang berada dihadapan nya kosong.
Buru-buru ia memasukkan amplop tersebut saat mendengar deru mobil berhenti di depan rumahnya. Samsul pulang. Ia mengusap air mata nya dan memoles kan sedikit bedak agar tidak kelihatan bahwa dirinya baru saja menangis.
"aku datang!" seru Samsul bahagia. Zara tersenyum memeluk lelaki tersebut. Lelaki tersebut membalasnya. Lalu melepaskan dan berjalan menuju dalam kamar. Zara masih mematung diruang utama menatap punggung lelaki tersebut yang memasuki kamar. Tatapannya lagi-lagi kosong. Hingga Samsul menyadarkannya.
"ehem, mikirin aku nya jangan kayak gitu dong"
Samsul sebenarnya sadar, ada hal lain yang dipikirkan oleh Zara 'nya'. Tapi ia berpura-pura tenang. Benar saja, Zara begittu kaget melihat Samsul telah berdiri di depannya. "kenapa?" tanya Zara melihat Samsul yang terus menatapnya seakan ingin tahu. Kedua nya saling menatap selama beberapa detik dengan pikiran masing-masing. Hingga akhirnya Samsul berujar,
"jangan drama terus dong. Aku bukan Sarukh khan yang bisa akting. " perkataan itu selalu keluar dari mulut Samsul saat Zara memuji atau men-drama. Dan begitu perkataan itu terlontar dari Samsul, ketika itu pula Zara tertawa. Dan kali ini ia juga tertawa.
"kayak gitu 'kan enak lihatnya. Gak datar-datar aja." Puji Samsul, menggandeng tangan istrinya menuju ruang makan. "gak lapar?" tanya Samsul. Zara lupa menanyakan itu, sudah pasti Samsul saat ini sedang bermain kode dengan nya. Menyindir. Ia menyengir. Mempersiapkan makan malam mereka.
"mikirin apa, sih buk?" tanya Samsul santai. Ia berhak tau walaupun tidak akan sepenuh nya.
Zara menggeleng. Lalu sebuah senyuman terukir dari bibirnya. "liburan kemana nanti?" tanya Zara mencairkan suasana. Samsul mengangguk paham. Mungkin ini yang dari tadi dipikirkan oleh istrinya. Samsul menghabiskan sisa makanan nya dan menjawab,
"kamu mau nya kemana? Terserah kamu aja.asal jangan ketempat pembuangan sampah." Terdengar tawa kecil dari laki-laki itu. "aku mau kesitu"
"lha ngapain ke tempat pembuangan sampah?"
"siapa tau nanti kita ketemu anak." Zara tersenyum. Dan Samsul lagi-lagi mengerti apa yang dipikirkan Zara. "ketahuan,kan kamu mikirin apa dari tadi" tukas Samsul senang bisa menebak apa yang membuat bidadari 'nya' gusar. Zara tersenyum malu. Lalu tertawa. "malu tau, " kini Samsul tertawa melihat Zara yang berusaha menutupi wajah malu nya. Ia tidak suka pikirannya ditebak begitu saja.
YOU ARE READING
malaikatku
Short Storyaku merindukanmu, malaikatku! kemana saja kau pergi? apa kau melupakan ku? ini berisi seuntai kisah-kisah sedih yang mungkin beberapa diantaranya realita.