Hope Hyung sulit tertidur, sehingga aku sering melihatnya meminum pil-pil itu. Aku tidak tahu apa alasannya, mungkin belum saatnya aku tahu. Tapi aku mengerti terkadang hidup dalam tidur dapat membuatmu terjebak dalam kegelapan, entah itu bahagia ataupun tidak.
||
#Hope Hyung Dream
Aku manusia kesepian yang terduduk sendiri diantara sunyi bersama manusia-manusia pembaca buku di perpustakaan. Aku memakai headsetku mencoba menutup diri dari dunia. aku tahu tidak akan ada yang mengajakku untuk berbicara karena ini adalah perpustakaan hanya saja aku terbiasa mendengarkan suara-suara entah apapun itu ditelingaku. Aku sendirian tetapi telingaku mendengar banyak hal. Ya terlalu banyak hal yang kudengar terkadang membuatku frustasi menjadi salah satu alasan aku membunuh pikiranku dengan menenggelamkannya untuk tertidur lama.
Aku menyentuh jendela perpustakaan yang dingin dan sedikit basah, efek hujan di luar. Perbedaan suhu menyebabkan embun, dulu sewaktu kecil aku sering menuliskan berberbagai kata di embun itu dan menghapuskannya lagi. Atau hanya sekedar melihat tetesan air mengalir menghapus apa yang kutuliskan. Titik-titik kecil menyebabkan bias ketika terkena sinar matahari akan menimbulkan bayangan dengan penuh titik-titik hitam.
"jangan katakan sepatah katapun.. jangan memandangku dengan aneh.. aku hanya ingin duduk disini, memandang hujan.."
Secara samar aku mendengar suara lembut yang telah lama hilang. Aku memenjamkan mata, pikiran ku kembali melayang kepada hari dimana aku merasa semua hal hanyalah hampa. Aku semakin mengencangkan volume musik dengan keras berusaha mengusir suara itu. aku mencoba menenggelamkan diri pada kesibukkan ku mengetik tugas akhir yang deadline tinggal hari sabtu. Hari sabtu. Ya hari sabtu adalah saatnya weekend tapi dengan mudahnya terenggut hanya karena sebuah presentasi sial yang mempertaruhkan nilai.
Aku berdiri untuk mencari referensi buku untuk berpura-pura mengerti akan yang ditulis. Entahlah aku hanya mencoba untuk menjadi seseorang dengan rutinitas yang "normal". Bukan hanya sekedar duduk, merenung, atau hanya berfikir sendirian tanpa mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Buku-buku tersusun sedemikian rupa berdasarkan abjad atau warna atau tema yang sama. Aku tidak peduli. Aku berkeliling mencoba menemukan buku yang aku cari, berputar-putar pada tempat yang sama yang tidak aku mengerti dimana letak buku sial itu. aku memutuskan berbalik untuk kembali duduk dan mendengarkan lagu dengan mengetik apapun yang ada dipikiranku.
tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan dan tanpa sadar aku menjatuhkan salah satu buku. aku memungut buku itu untuk ku letakkan kembali kepada pada rak buku yang terdapat rongga karena buku itu terjatuh. Ya hanya menaruhnya tanpa mencoba membacanya. aku kembali ketempat duduk dan memasang headset kembali dan menyetel lagu dengan kencang seakan-akan ingin melukai telingaku sendiri. Sampai akhirnya bel pertanda bahwa perpustakaan ini akan ditutup. Aku pergi dan membereskan barang-barang bawaanku. Pergi keluar berharap tidak ada sisa genangan air di jalan. Aku benci jika aku harus mengotori sepatu atau celana yang kupakai hanya karena hujan yang tidak kuharapkan. Aku benci hujan. Aku benci kenangan. Aku benci kenyataan.
Aku berjalan tanpa arah dengan beban ransel di punggungku. Handphone ku yang rusak menambah suasana dramatis karena aku tidak dapat mendengarkan lagu-lagu yang membuatku tidak usah berinteraksi dengan manusia. aku berjalan berputar-putar hingga aku kelelahan dan terduduk disalah satu bangku yang terbuat dari batu buatan yang terdapat di taman. Tanpa sadar kaki ku melangkah ke taman yang biasa kamu kunjungi. Entahlah mungkin hanya kebetulan atau kamu memang membimbingku untuk kembali.
Aku terduduk di bangku yang tepat mengarah ke jalan. Aku memandang jalanan yang mulai macet, aku melirik jam tangan ku yang melinggar dengan setia di pergelangan tangan kananku. Jam tangan yang tidak pernah aku tinggalkan untuk pergi kemana pun. Hanya pada saat mandi atau tidur aku lepaskan. Entahlah mungkin aku hanya terbiasa dengan sesuatu yang melingkar ditangan kananku.
Terduduk ditaman memikirkan semua. Entah mengapa rasanya ada yang berbeda. Ada rasa kosong di hatiku yang tidak nyata kurasa. Aku mencoba mencari jawaban atas semua.
"jangan berkata sepatah apapun, jangan berfikiran aneh tentangku, aku hanya ingin duduk memandang jalanan.."
Suara itu kembali terdengar, aku menolehkan kepala ku, aku hanya sendiri. Aku menunduk kaku berharap hujan datang sehingga telingaku dapat mendengarkan hujan yang kubenci tanpa perlu bersusah payah menyetel musik. Hanya saja jika handphone ku tidak rusak. Mungkin aku akan betah berlama-lama mendengarkan musik disini mendengarkan musik yang terputar berulang-ulang tanpa ada niatan untuk mengganti lagunya.
"aku hanya mau kamu tersenyum.."
Aku tersenyum sinis mendengarkan suara itu kembali. Aku menatap awan mendung yang perlahan mulai cerah, cahayanya perlahan menyilaukan mataku, aku menyipitkan mata aku merasakan cairan bening asin menutupi penglihatanku perlahan meleleh mengalir perlahan ke pipiku dan menetes dengan sembarangan pada baju ku. Entahlah aku benci merasakan perasaan seperti ini. Aku merasakan diriku menjadi seorang yang sendu. Aku mengerjapkan mata dan mengusap dengan kasar pipiku agar cairan bening asin itu pergi dan tak membekas dar wajahku.
Aku beranjak untuk pergi dari tempat itu, dengan perasaan yang tertahan oleh rasa yang aku benci. Aku melangkahkan kaki menuju jembatan kecil melengkung memberi ruang kepada air mengalir dibawahnya. Tanpa adanya pembatas yang berarti pada jembatan itu, aku duduk dipinggirannya, melepaskan alas kaki ku menggulung sedikit celana panjang hitam yang kukenakan dan mencelupkan kaki ku secara perlahan kedalam sungai dangkal. Rasa dingin sisa hujan tadi masih terasa. Ataukah memang dingin rasanya air dalam sungai? Ataukah akan ada piranha yang menggigit kaki? Entah aku hanya ingin bersama dengan mengalirnya air perasaan tertahan yang aku benci dapat ikut pergi bersama arus yang mungkin berujung pada laut. Ataukah aku harus pergi kelaut untuk membuang segalanya? Ataukah aku hanya harus melupakannya?
aku memandang pantulan air yang membuat refleksi wajahku. Dengan seketika aku memalingkan wajahku. Dari sudut ekor mataku aku melihat pantulan lain. Bukan hanya wajah ku. Aku memandang bayangan itu, mencoba mengamati, apa yang terjadi ku tak mengerti.
Senja mulai datang dan cahaya kekuningan hampir emas membuatku terpaku menatap bayangan itu. aku menengadahkan kepalaku keatas dan melihat kupu-kupu putih yang seolah-olah tersenyum kepadaku, memanggilku dengan lembut dalam setiap kepakkan sayap yang perlahan namun pasti. Aku mencoba menggapainya tetapi dia pergi begitu aku mengulurkan tanganku untuk menangkapnya. Kupu-kupu itu pergi dan hilang terbang entah kemana untuk apa atau bagaimana. Aku tidak tahu hanya saja kupu-kupu itu mengingatkan kenangan yang sekali lagi aku akan menggunakan kata benci sebagai tanda.
"jangan berkata sepatah apapun, jangan berfikiran aneh tentangku, aku hanya ingin duduk disampingmu...."
Suara yang menurutku menyebalkan itu kembali muncul, kali ini bukan hanya suara, kamu ada, kamu nyata, kamu berdiri tepat dihadapanku tersenyum dengan indah. Keindahan yang mengharuskan aku untuk memalingkan wajah. Dan tanpa aku tersadar aku tenggelam dalam memori yang tak ingin aku ingat.
||
Aku bingung bagaimana menceritakan mimpi kawan setidaknya aku menjelaskan detil mimpi hope hyung semalam. Rasanya ini bukan kebetulan, mungkin aku yang mengendalikan mimpi. atau aku lah mimpi dari Hope Hyung. entah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Beautiful Moment In Life
FanfictionPada awalnya aku ingin cerita ini menjadi sebuah kisah bahagia yang indah tentang sekelompok manusia tentang bagaimana "the most beautiful moment in life", persahabatan, cinta, dan segala hal yang indah menurut tingkat "bahagia" dari setiap manusia...