Bab 14

919 105 10
                                    

IFY terbangun dan disambut oleh cahaya yang menyilaukan matanya. Beberapa kali dia mengerjap untuk menetralkan pandangannya. Hal yang pertama Ify liat adalah putih. Ketika menoleh, didapatinya wajah Ozy yang sedang serius menonton acara di televisi.

"Ssshhh," desis Ify. "Jam berapa sekarang?" Tanyanya membuat Ozy terlonjak kaget hingga nyaris jatuh dari kursi.

"NANDA ADEK GUE AKHIRNYA BANGUN JUGA." pekik Ozy girang lantas memeluk Ify. Dengan sedikit tenaganya Ify mencoba mendorong Ozy yang tak bergerak sedikitpun.

"Lebay. Kaya gue pingsan sebulan aja," Cibir Ify. Ozy kemudian melepas pelukannya lalu duduk setelah memberi minum yang diminta Ify. "Jam berapa sekarang?" Tanya Ify lagi. Perempuan itu duduk di ranjangnya, meskipun kepalanya masih terasa sakit.

"Jam delapan malem." Jawab Ozy agak menggeser karena Dokter Tammy akan memeriksa Ify. Rupanya Bisma memanggil dokter Tammy ketika Ozy memekik tadi. Bisma adalah kakak dari Ozy dan Ify.

"Oh, syukurlah." Ucapnya ketika sudah selesai diperiksa. Tekanan darah Ify normal, begitupun dengan suhu tubuhnya. Dokter Tammy meminta Ify untuk jangan banyak bergerak dulu, serta harus selalu minum air putih untuk pemulihan tubuhnya.

"Syukur apanya?" Kini Bisma menggantikan posisi Ozy, duduk di kursi sebelah ranjang Ify. Sedangkan Ozy berpindah duduk di ujung ranjang Ify. Tangannya sibuk mengetik di layar ponselnya, memberitahu Rio kalau Ify sudah sadar.

"Setidaknya gue nggak melewatkan drama musikal, Bang." Kata Ify pada Bisma. Ozy langsung menoleh.

"Lo tau ini hari apa?" Tanya Ozy. Lantas Ify menjawab, "Minggu."

"Ini hari Rabu." Ujar Bisma. Ify mengangguk tak sadar. Ozy dan Bisma masih menatap Ify, menunggu hingga gadis itu benar-benar menyadari. Lima detik kemudian Ify menjerit. Bersamaan dengan masuknya kedua orangtua mereka. Membuat Ayah dan Bundanya kaget lalu segera mendekati Ify dan memegangi tubuh putrinya itu.

"Eh, Nanda kamu kenapa?" Tanya Ayahnya sembari mengguncang tubuh Ify. Bunda bertanya pada Bisma dan Ozy. Namun keduanya hanya mengendikkan bahu.

"Drama musikal..." Tangis Ify menderu. Kemudian Ozy tau mengapa Ify tiba-tiba menjerit dan menangis begitu.

"Gila lo! Lo hampir mati karena drama musikal itu dan setelah tiga hari pingsan yang lo pikirin cuma drama musikal?" Cibir Ozy. Bisma yang setuju dengan cibiran Ozy itu lantas mengangguk.

"Iya, Nan. Kamu udah hampir mati tau nggak? Udah nggak usah ditangisin, kaya anak kecil aja." Ujar Bisma. Ify melepas pelukan Ayahnya.

"Ini tuh project besar Nanda pertama yang disetujui sekolah." Ungkapnya. Kemudian tangisnya mengisi ruangan lagi. Bundanya hanya mengusap bahu Ify agar tetap tenang.

Ayahnya mengusap kepala Ify sembari berkata, "udah, nggak apa-apa yang penting kamu selamat. Ayah dengar project drama musikal kamu berjalan lancar dan semua orang yang nonton bahkan memberikan standing applause. Termasuk ayah."

Ify mengusap air mata dengan punggung tangannya. Lalu menatap Ayahnya dengan mata berbinar. "Seriuosly? Ayah nonton?"

Seno -- Ayah Ify -- mengangguk, membuat mata Ify makin berbinar. Diam-diam Ify tersenyum. Ayahnya bilang semua orang memberikan pujian dan komentar positif untuk project perdana Ify ini. Awalnya Ify ragu dengan projectnya, namun setelah mendengar penjelasan Seno dan Ozy, Ify yakin itu benar.

Pintu terbuka ketika Ayahnya menyelesaikan penjelasannya. Tampak Rio di sana dengan napas terengah-engah. Lengannya bersandar di pintu dan tangan kirinya menekan dadanya. Pasti laki-laki itu habis berlari. Ify tau Rio sangat payah dalam olahraga lari. Laki-laki itu selalu berada diurutan terakhir dalam olahraga lari.

[CSS 1]: Starfy (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang