Prolog

292 15 5
                                    

Reuni. Apa hal yang pertama kali kalian bayangkan jika mendengar kata itu? Mungkin bertemu teman lama? Makan? Bernostalgia?

Ya! Itulah pemikiran yang saat ini mengitari kepala gadis itu. Panik bahkan tidak bisa tidur berhari-hari hanya karena memikirkan reuni SMA yang akan digelar dua hari lagi.

Sibuk memilah baju, sepatu, bahkan make-up yang akan ia sematkan pada wajahnya. Perasaannya tak karuan. Bingung antara harus senang atau takut. Bahkan sahabatnya pun sampai kehabisan cara untuk menenangkan kepanikannya.

Teman-teman lainnya bahkan hanya menganggap sepele acara reuni ini. Namun, berbeda dengannya yang terkesan rempong karena akan kembali berhadapan dengan masa lalunya.

"Please deh Ath. Lo tuh rempong banget sih. Kea mau ke kondangan mantan aja." Celoteh teman di sampingnya yang sedari tadi lelah melihat tingkah lebay Athira.

"Ya gimana lagi Ca. Lo tau sendiri gue orangnya panikan. Apalagi kalau ketemu sama dia," bela Athira "bisa kea cacing kepanasan gue kalau sampe salah kostum, atau dandan terlalu menor, atau sepatu gue gacocok. Dia kan perfeksionis orangnya" tambahnya sembari mengidikkan bahu membuyarkan pemikirannya.

"Lah terus apa hubungannya coba? Jangan-jangan lo belum bisa move on ya? Hayoloh ngaku aja" goda Ica sambil menoel pipi Athira.

"Paan sih lo Ca. Ngada-ngada aja. G-gue kan cuma ya gimana gitu"

"Cih alibinya. Udah mau wisuda juga belum bisa lupain masa lalu. Kapan majunya Ath. Udah deh, lo pake baju seadanya aja. Gausah lebay. Lama-lama gue suruh make daster emak gue mampus lo."

"Ish. Bukannya bantuin malah mojokin"

"Siapa suruh lo mojok?"

"Kampret lo Ca. Mati aja sana"

"Lo masih berani nyumpahin gue ha? Sini-sini gue acak-acak kamar lo"

Dan begitulah mereka jika disandingkan. Memiliki kemungkinan kecil untuk akur. Perdebatan mereka sama-sama menggunakan kata-kata pedas dan menusuk. Tapi tidak ada yang diambil hati.

Benar adanya bila sampai sekarang Athira belum bisa melupakan masa lalunya. Sekalipun banyak yang ingin mengencaninya, tetap saja ia menutup hati. Bahkan bundanya dan Ica, orang terdekatnya, sampai mewanti-wanti Athira untuk kembali membuka hati. Namun, bukan Athira namanya jika tidak keras kepala.

Selagi mereka berdua asik bercanda, tak sadar sepasang mata mengamati tingkah bahagia mereka. Dan akhirnya membuka suara.

"Ath, Ica diajak turun yuk, makan" ucapnya lembut

Sontak yang disebut namanya menoleh, dan menjawab singkat.

"Iya"

Ica maupun Anne, bunda Athira, hanya terdiam mendengar jawaban Athira.

"Ehm, eh, Ica, kamu turun bentar bisa? Bunda mau ngomong dikit sama kamu"

"Eh, iya  bun bisa kok" jawab Ica cepat, seakan paham yang bunda maksudkan, "bentar ya Ath"

"Iya Ca"

Anne pun berjalan lebih dulu menuju dapur diikuti oleh Ica di belakangnya.

"Ca? Athira gimana di kampus? Tetep aja kan?" Ucap Anne mengawali.

"Tetep kok bun" sahut Ica sekenanya sambil menuang air putih ke gelas "di rumah gimana? Tetep gitu-gitu aja bun?"

"Tetep Ca. Bunda khawatir. Tanya bi Leni aja gapercaya"

Yang disebut namanya pun menghampiri.

"Ada apa toh? Nama bibi kok dipanggil-panggil?" Sela bi Leni penasaran.

"Athira bi. Tetep gitu-gitu aja ya?" Tanya Ica.

"Iya non. Masih tetep. Tapi sama bibi aman kok" ucap bi Leni mengedipkan sebelah matanya.

"Ini gimana Ca? Kalau Athira tetep gitu aja bunda takut dia gabisa bahagia" sesal bunda dengan mata berkaca "dulu sudah sempat baikan, sebentar. Karena ada dia, sekarang, kembali seperti dulu lagi. Bunda harus gimana Ca. Bunda kehabisan cara.

"Tenang aja bun. Ica bakal bantu sebisa Ica. Bunda gausa terlalu mikir. Nanti malah sakit" kata Ica mengelus punggung Anne, "Ica naik dulu bun" lanjutnya setelah meneguk segelas air dari gelas kesayangan Athira.

"Iya Ca, makasih ya"

"Santai bun"

'Apa yang bisa gue lakuin buat bantu bunda sama Athira?' Ucap Ica dalam hati sambil berfikir keras 'reuni? Siip! Gue gak bego-bego banget kali ini' sumringahnya.

"Ca? Sejauh ini lo masih sehat kan?"

"Eh Ath. Masih kok, hehe. Makan yuk"

"Lo beneran gapapa kan Ca? Lo gak diapa-apain kan sama bunda?"

"Udah diem bacot. Gue laper. Ikut makan gak? Kaga yaudah, gue makan sendiri"

"Galak amat mbak kalau urusan makan?"

"Tai lu"

"Hehe" seringaian Athira seolah dia sama sekali tidak memiliki secuil pun luka.

'Sembuh dong Ath. Please. Kasihan bunda. Gue bakal bantuin lo sebisa gue kok. Sembuh ya. Please'

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang