🐸02. Es Batu

852 97 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aduh,"

Anjir, apaan sih ini? Gue ngedongak sambil megangin jidat gue yang lumayan perih. Buset, itu muka apa triplek? Datar bener.

Cowok tinggi dengan setelan jas biru dongker itu bener-bener natap gue datar banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cowok tinggi dengan setelan jas biru dongker itu bener-bener natap gue datar banget. Dari matanya sih kayaknya dia marah. Lah kok jadi dia yang marah. Orang yang jidatnya perih ketatap bros kembang yang nempel di sakunya aja gue.

"Tuan muda,"

Gue sama cowok tadi otomatis noleh. Gue bisa lihat seorang bapak tua berambut penuh uban yang gue kenal sebagai pelayan pribadi Om Yixing berlari kecil ke arah kami.

"Eh, ada Nona Berlin juga."

Gue senyum sebagai balasan.

"Acaranya udah mau mulai. Ayo kalian segera duduk di kursi yang udah disiapin."

Pak Burhan-pelayan pribadi Om Yixing, narik tangan gue sama cowok yang bahkan belum gue tau namanya itu supaya lari bareng dia.

Walaupun kaki gue lagi lari, tapi pikiran gue macet di satu hal. Tadi Pak Burhan manggil cowok ini apa? Tuan muda?

Jangan-jangan....

🐸🐸🐸

Di sinilah gue sekarang, duduk manis di kursi barisan paling depan bersama keluarga gue yang lain. Ada om, tante, kakek, dan nenek. Keluarganya Om Yixing juga ada.

Duh, gemes deh lihat mama sama Om Yixing yang lagi berdiri sambil gandengan tangan di depan sana. Setelah masang cincin di jari mama, Om Yixing ngelus kepala mama lembut banget. Jadi senyum-senyum sendiri gue kan.

Loh, loh, kok mereka ngedeketin muka gitu sih? Waduh, bahaya ini. Dede nggak boleh lihat.

Gue dengan cepat ngalihin pandangan ke samping kiri, dan gue kaget waktu lihat cowok yang dipanggil Pak Burhan dengan sebutan 'Tuan Muda' tadi ternyata ada di situ.

Lah? Jadi, dari tadi dia duduk di samping gue? Kok gue baru nyadar?

Diem diem bae sih.

Ngomong-ngomong, gue sama dia belum kenalan kan ya?

Ajak ngomong nggak ya? Tapi mukanya galak. Ah nggak papa deh.

"Halo, Kak, aku Berlin."

Cowok itu cuma ngelirik uluran tangan gue sekilas tanpa ada niat buat bales.

Dingin banget sih. Es batu aja kalah.

"Nama kakak siapa?"

Eh tapi, kalo gue nggak salah tebak, dia ini pasti...

"Minghao."

Nah kan bener!

















Xu Minghao.

















Anak semata wayangnya Om Yixing.

















Kakak tiri gue.

TBC

Kak MinghaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang