🐸04. Minggu Sial

945 102 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bangun tidur ku terus mandi. Tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi ku ambil tasku. Mengemas barang-barangku.

Jangan salah paham. Gue bukan mau minggat. Tapi liburan semester udah mau habis, dan minggu depan sekolah udah mulai masuk. Jadi, nggak salah kan gue siap-siap dari sekarang?

Setelah masukin buku-buku dan segala tetek bengeknya ke dalam tas, gue duduk di kasur.

Ini pagi pertama gue di rumah Om Yixing. Dan jujur aja, gue sempet kaget pas buka mata ternyata gue bangun bukan di kamar gue yang dulu. Belum terbiasa sih, hehe.

"Yes!"

Gue seketika noleh ke arah jendela waktu denger suara orang teriak kegirangan. Kayaknya asalnya dari halaman belakang deh.

Gue jalan ke jendela terus ngintip di balik gorden. Loh, Om Yixing? Ngapain?

"Widih gile."

Gila, Om Yixing main pesawat-pesawatan, geng!

Salah kalo kalian ngira Om Yixing kayak bocah karena main pesawat-pesawatan gitu. Justru sekarang Om Yixing kelihatan keren banget. Dia pake kaos putih polos sama celana pendek selutut, rambut itemnya ditata ke atas sampe ngelihatin jidatnya-style anak muda banget yekan.

Gue buru-buru turun dan nyamperin Om Yixing. Penasaran banget sama pesawatnya, kayaknya seru gitu mainnya, hehe.

"Om!"

"Eh, Berlin?"

Gue nyengir sambil berlari ke arah Om Yixing. Duh om, panas-panasan gitu apa nggak takut item?

"Sarapan dulu, Nak."

"Iya, nanti aja, Om. Om lagi ngapain?"

Bukannya jawab, Om Yixing malah nyerahin remote control yang dibawanya ke tangan gue.

"Pegang. Om ajarin mainnya."

Jadi, sambil ngajarin, Om Yixing nggak berhenti cerita tentang pesawatnya ini.

"Nah, bagus, pencet tombol yang itu buat nambah kecepatannya."

Dia bilang, pesawat model kayak gini cuma ada satu di dunia, dan nggak dijual di toko manapun. Karena ini pesawat yang dirakit sendiri sama Om Yixing dan ayahnya.

Waktu itu, Om Yixing masih SMP waktu tiba-tiba ayahnya pulang bawa bahan-bahan mentah buat bikin pesawat mainan. Katanya, ayahnya bawa pulang bahan-bahan itu karena beberapa hari sebelumnya Om Yixing sempet minta dibeliin mainan. Dan entah karena terlalu kreatif atau emang ngirit, kakek lebih milih untuk 'membuat' mainan tersebut daripada 'membeli'nya.

"Ati-ati, itu terbangnya terlalu rendah. Tarik tuas yang ini."

Mungkin itu juga yang membuat bisnis properti dan permesinan Om Yixing terus maju sampe sekarang, karena jiwa kreatif yang menurun dari ayahnya.

"Waduh, Om, kok pesawatnya nggak mau berhenti?"

Tiba-tiba pesawat yang gue kendaliin ini lepas kendali.

"Tarik remnya, tarik remnya!"

Om Yixing yang berdiri di samping gue ikutan panik. Aduh, remnya macet.

"Ati-ati, Berlin!"

"Iya, ini juga lagi usaha, Om!"

Bersamaan dengan pesawat yang terbang kenceng ke arah pintu yang menghubungkan antara rumah dan halaman belakang, gue lihat Kak Minghao jalan dari dapur sambil bawa secangkir teh.

"Kakak awas!"

Belum ada dua detik Kak Minghao noleh ke arah gue,

Bruk!

Prang!

Mampus.

TBC

Maaf, aku jarang update :'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kak MinghaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang