part 3

288 20 0
                                    

(Takao's PoV)

Entah mengapa aku merasa sangat gugup sekarang. Sepertinya yang aku lakukan sedari tadi hanyalah melangkah mundur, hingga tak menyadari punggungku hampir menyentuh tembok. Aku pun menundukkan kepala demi menyembunyikan wajahku yang mungkin sudah merona merah.

Mungkin Shin-chan sudah tak tahan lagi melihatku yang hanya bicara terbata-bata dan terus melangkah mundur sambil menundukkan kepala saat dia bergerak maju. Tiba-tiba saja Shin-chan menarik lenganku. Meskipun pelan, namun cukup membuatku tersentak kaget dan reflek aku menatapnya langsung.

"Mau ke mana? Kamu kan tahu akhir-akhir ini telingaku kurang bisa mendengar jelas. Sepertinya karena berenang kemarin nodayo."

"Ah.. G-gomen.. H-hanya saja.. Aku tak tahu harus bagaimana memulainya.."

Aku merasa wajahku sudah blushing parah duh.. Aku melihat Shin-chan menepuk-nepuk telinganya yang katanya sedang bermasalah. Kemudian pandangannya kembali terfokus padaku.

"Tadi kenapa?"

Mampus. Aku harus bagaimana lagi ini..

"Etto.."

Aku lirik kiri kanan, mencoba mencari-cari alasan untuk menghindari pertanyaan darinya. Akhirnya aku memutuskan untuk kabur saja dengan memasang tampang seperti baru teringat sesuatu yang penting.

"Ah, sudah waktunya aku harus pulang.. Jaa, Shin-chan!"

Dan aku pun melepaskan diri dari Shin-chan dan cepat-cepat berjalan menjauh.

"Ah, Takao tunggu!"

Shin-chan menarik kerah belakangku.

"Aa- Shin-chan, lepasin~"

Aku sedikit merengek padanya. Sekilas aku melihatnya merogoh kantung celananya.

"Ponimu semakin panjang ya nodayo.. Jadi ambillah ini."

Setelah Shin-chan melepaskan tarikannya pada kerahku, dia menarik tanganku lalu meletakkan sesuatu di telapak tanganku. Kemudian membenarkan letak kacamatanya.

"Eh? Ini kan.."

"Kemarin aku menemukannya di jalan. Dan kebetulan hari ini u-ulang tahunmu. Jadi aku berikan saja p-padamu nodayo."

Aku masih memperhatikan benda yang ada di tanganku. Sebuah jepit rambut berwarna perak, pangkalnya berhiaskan bunga warna hijau dan ada mutiara putih di tengahnya.

"K-kalau tidak suka buang saja nodayo. Ya sudah, aku pulang duluan."

Masih dalam mode kaget, aku melihat Shin-chan mengambil sepeda lalu menaikinya, dan semakin lama semakin berjalan menjauh. Aku baru sadar apa yang telah terjadi. Wajahku rasanya memanas. Spontan aku berjongkok sambil menutupi muka dengan kedua telapak tanganku.

"Aah~ Shin-chaaan.."

Aku tahu dia tsundere. Tapi tetap saja aku tak mengira, bahwa ternyata Shin-chan ingat hari yang bahkan aku sendiri melupakannya, hari ulang tahunku.

=owari=

Unpredictable GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang