3 Tahun yang lalu..
Sebuah ruangan yang cukup ramai diisi oleh beberapa remaja yang tengah sibuk menyiapkan penampilan untuk audisi hari ini dan beberapa orang tua turut sibuk mengurus keperluan anak-anaknya.
"Woojin-aa, apa kau gugup?"
Park Jihoon, anak laki-laki berkaca mata dan berpipi bulat bertanya kepada Park Woojin, anak laki-laki bergigi gingsul yang duduk disebelahnya.
"Tidak." Jawab Woojin singkat.
"Isshh.. aku semakin yakin kalau kau gugup."
"Jihoon-aa, menurutmu apa aku akan lulus audisi?"
Woojin menoleh kearah Jihoon yang ada disebelahnya itu dan memandangnya.
"Kau pasti lulus saudaraku."
Jihoon menepuk pundak Woojin memberi semangat.
Selagi menunggu giliran saudaranya Woojin, Jihoon hanya diam melihat sekelilingnya, ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan tunggu tersebut sampai pandangannya tertuju kepada seoarang anak laki-laki yang duduk sendiri sambil menggigit kuku tangannya.
Jihoon bangkit dari tempat duduknya dan mengampiri anak tersebut.
"Apa kau sendirian?"
Dengan polosnya Jihoon bertanya kepada anak laki-laki tersebut.
"Aku datang bersama kakakku."
Jihoon mengangguk kecil.
"Lalu dimana kakakmu?" Jihoon kembali bertanya.
"Dongho hyung sedang menjemput ibu."
Jihoon kembali mengangguk.
"Apa kau gugup? aku melihatmu dari tadi, dan kau terlihat sangat cemas."
"Aku takut jika nanti aku tidak lulus."
Jihoon memandang anak tersebut dan menggenggam tangannya.
Jihoon merogoh tas miliknya mencoba meraih sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini gelang milik nenekku, sebelum nenek meninggal dia memberikannya padaku, kata nenek ini adalah gelang keberuntungan."
Jihoon memakaikan gelang miliknya ketangan anak laki-laki tersebut.
"Sekarang ini gelang keberuntungan untukmu, kau harus menjaganya dengan baik, bahkan saudaraku saja tidak ku ijinkan untuk memakainya haha.. Ssttt~ kau jangan bilang-bilang yaa, ini rahasia kita berdua."
Jihoon mengedipkan sebelah matanya dan anak laki-laki tersebut mengangguk yakin.
**************************
"Tidak mungkin, kau....."
Jihoon menutup mulutnya terkejut mendengar cerita Daniel.
"Benar, anak laki-laki itu adalah aku, bahkan aku masih menyimpannya sampai sekarang."
Daniel menarik lengan jaketnya sambil tersenyum dan menunjukkan gelang yang ia kenakan.
Mata Jihoon membesar saat meliat gelang yang Daniel kenakan, Jihoon masih terkejut dan tidak tahu harus memberikan respon seperti apa.
"Semenjak saat itu aku sudah jatuh hati padamu, berkat kau aku menjadi seperti ini, jika saat itu kau tidak menghampiriku dan memberiku dukungan, mungkin saja tidak ada Kang Daniel si superstar. Aku tahu kalau kau saudara kembar Park Woojin dan aku sangat bersyukur kau menjadi saudara Woojin, karena selama ini aku mendengar kabar tentangmu dari Woojin, Saudaramu sangat menyayangimu, dia dengan senang hati bercerita tentangmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
-DOWNPOUR- [END]
FanfictionKetika hujan ini jatuh di kepalaku, diriku basah begitu juga hatiku. Aku masih takut meskipun aku tahu ini akan segera berakhir, aku mencari dirimu. Akankah berhenti sekarang hujan dan air mata ini?