Laluna Rinjani

17 3 1
                                    

**

   "Gue bilang jauh jauh dari gue, atau gue loncat sekarang juga?!" Sherin sudah siap untuk melompat dari atas jembatan gantung, namun terhalang karna kemunculan adiknya yang berlari tergesa gesa"

"Kak, Luna mohon jangan loncat kak, cuma kak Sherin yang Luna punya sekarang, Luna mohon kak"

"Gue bukan kakak yang baik Lun, gue udah buat mama dan papa di atas sana malu punya anak kaya gue! Gue anak yang bikin malu! Gue bego Lun, gak seharusnya gue percaya sepenuhnya sama Dirga, gue sayang sama dia Lun! Tapi apa? Dia buat gue jadi wanita yang kotor waktu gue gak sadar. Gue hamil, dan dia menghilang gitu aja, gue gak berguna. gue tolol. Maaf...gue harus ninggalin lo sekarang, gue minta maaf Lun..." Air mata Sherin mengalir deras membasahi pipinya. Terlihat dari wajahnya yang teramat pilu menyimpan kepedihan yang sangat mendalam.

"Kak, Luna mohon kak jangan tinggalin Luna.. mungkin semua ini takdir dari Allah kak, kakak jangan menyiksa diri kaya gini.. aku sedih ngeliat kakak yang kaya gini...sejak mama dan papa meninggal karna kecelakaan, kakak satu satunya orang yang aku punya sekarang, mama dan papa pasti akan sedih melihat kakak yang kaya gini...kakak tega liat aku sendirian? Aku mau liat senyum kakak lagi... aku mau kita main bareng lagi... aku gak mau sendirian di dunia ini kak, aku mohon kak Sherin..." Luna menundukan kepala, bahunya naik turun. Terdengar isak tangis dan nafas yang sangat tidak teratur disana. Luna merasa dadanya begitu sesak sekarang.

"Pesan gue lo harus jaga kesehatan, jangan mudah memberikan hati untuk seseorang yang mau masuk ke hidup lo, gue sayang sama lo. Gue minta maaf...." Sherin melompat dari atas pagar pembatas jembatan.

Mata Luna membelalak, ia mencoba meraih tangan Sherin, namun semua terlambat, ia berteriak meminta tolong namun keadaan jalan sangat sepi sekali karna sudah larut malam.

"Kakak!!! Jangannn!!! Tolongg!!!"

Luna terbangun dari tidurnya, badannya gemetar, dadanya terasa sesak, nafasnya memburu, lalu ia menangis sembari memeluk gulingnya.

Mimpi buruk itu menghampirinya lagi... mengingatkan kembali akan kisah pahit delapan tahun yang lalu.
Dimana kakaknya pergi meninggalkannya sendiri... ya, benar benar sendiri. Luna hanya tinggal sendiri di sebuah rumah bertingkat dua peninggalan orang tuanya. Orang tuanya juga memiliki rumah di daerah Bandung, namun itu ditinggalkan Luna karna menyimpan banyak kenangan pahit didalamnya. Lalu Luna memilih tinggal di rumah orang tuanya di Jakarta.

Luna adalah anak terakhir dari Hartawan dan Rinjani. Sembilan tahun yang lalu, Luna hidup bahagia bersama orang orang yang disayanginya. Menghabiskan waktu bersama orang tua dan Sherin. Namun peristiwa kecelakaan yang menimpa orang tuanya sangat membuat Sherin dan Luna terpukul. Dan setahun kemudian, Luna pun di tinggalkan oleh Sherin. Hal itu sangat sudah cukup membuat hidup Luna hancur.

Karna Luna juga tidak mau merepotkan keluarga yang berada sangat jauh darinya, jadi ia memilih untuk hidup sendiri, dan mencari kebutuhan hidupnya sendiri. Dan Luna sangat mengingat pesan dari kakaknya dulu, Luna memiliki dendam yang sangat dalam dan akan mencari Dirga untuk membalaskan perbuatannya pada Sherin, ia akan membuatnya berhenti bernafas.

ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang