Chapter 3

2.4K 165 44
                                    

"Nee, Aka-chan..." Tooru mengucapkan itu sambil berjalan memasuki kamar Akari.

"Hmm, ada apa?" Akari bertanya lantaran heran melihat kakaknya memeluk sebuah bantal untuk menutupi sebagian wajahnya. Dilihat dari matanya yang sembab, sudah bisa dipastikan bahwa ia baru saja menangis.

Hug

Tooru memeluk Akari secara mendadak. "Boleh curhat?" Ucapnya dengan suara yang sedikit serak.

Akari tersenyum, akhirnya saudaranya yang satu ini mau membuka diri kepadanya. "Tentu saja! Aku akan setia mendengarkan." Jawabnya senang.

Tooru melepaskan pelukannya terhadap Akari. Ia duduk dan kembali memeluk bantal tersayangnya. "Apakah kau pernah jatuh cinta?" Tanya Tooru sambil menunduk kebawah.

"Eh? Tentu saja pernah!" Jawab Akari antusias. Ternyata kakaknya sedang jatuh cinta. Setahunya, Tooru tidak pernah ambil pusing soal masalah percintaan. Dia pernah berpacaran dengan seorang gadis namun ia diputuskan karena terlalu terobsesi dengan voli. Dia tak terlalu ambil pusing dengan itu, karena voli memang sangat penting baginya.

"Aku sedang jatuh cinta, dimana tidak ada orang yang menyangkanya. Kami memang sudah berteman dekat. Namun ia tak pernah menyadarinya." Tooru berhenti sejenak. Ia menunduk semakin dalam dan menenggelamkan wajahnya ke bantal yang ia bawa.

"Dia benar-benar baik. Aku selalu memendam perasaan ini. Aku menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya. Aku selalu merasa senang saat berada di dekatnya. Namun kemarin, aku menyadari sesuatu—" Tooru memutus kalimatnya. Sayup-sayup mulai terdengar isakan dari mulutnya. "—kalau sepertinya dia menyukai seseorang, dan itu... bukan aku." Lanjutnya.

Akari bungkam, apakah makhluk dihadapannya itu benar kakaknya, Oikawa Tooru? Seorang anak SMA alay nan narsis tiba-tiba berubah menjadi sosok yang puitis? Ternyata the power of love itu memang nyata ya.

"Cinta yang bertepuk sebelah tangan, kah?" Ucap Akari. Sedangkan yang ditanya hanya diam. Tak berniat untuk menjawabnya.

"Hei, kau tau? Dulu saat aku kelas 5 SD, aku pernah mengalami cinta bertepuk sebelah tangan yang sangat parah—"
"Kelas 5 sudah jatuh cinta? Yang benar saja!" Potong Tooru dengan nada yang tak percaya. Hei! Asal kau tahu, masa pubertas laki-laki dan perempuan itu berbeda!

"Ish! Dengarkan aku dulu. Saat itu aku hanyalah seorang gadis kecil yang mengalami purtumbuhan terlalu cepat. Aku sudah mulai merasakan apa itu rasa "suka" walaupun itu hanya sekedar cinta monyet. Aku merasa berdebar, nyaman, senang bila berada didekat Nya. Aku juga merasa cemburu saat melihat Nya bersama perempuan lain. Padahal aku bukan siapa-siapa. Hingga suatu saat, terjadilah sebuah insiden yang menyebabkan retaknya hubungan diantara kami." Lanjut Akari. Ugh, hatinya teriris jika harus menceritakan hal ini.

"Lanjutkan" balas Tooru pendek.

"Aku sedang berkumpul bersama beberapa temanku. Tiba-tiba, salah satu temanku berkata "hei ****, karen menyimpan fotomu sebagai wallpaper hp-nya lho!?" Tapi, dia hanya diam dan aku bisa lihat ada rona merah di pipinya. Melihat itu, hatiku terasa sakit. Tapi karena aku agak tsundere jadi aku ikut berkata "Ciee, **** suka sama karen ya?" Dengan harapan semoga dia berkata tidak. Tapi dia justru memalingkan mukanya dan berkata "Iya, terus kenapa? Karen itu udah cantik, baik pula!". Kau tau betapa hancur aku pada detik itu? Air mataku langsung menetes saat itu juga. Aku segera pergi dari tempat itu dan menangis sejadi-jadinya. Esoknya, entah karena kesambet atau karena akal sehatku tak berfungsi. Aku mengirimkan pesan panjaaang berisi pengakuan, puisi, dan kata-kata indah yang membuatku jijik jika membacanya ulang. Dan sejak saat itu aku tak pernah berbicara padanya lagi." Ucap Akari dengan ekspresi yang menyiratkan betapangenesnyagwsampeditolaksebelumnembak. Sedangkan Tooru? Hanya melongo tak percaya dengan kisah cinta adiknya.

"Hei, ceritamu itu sama sekali tak menghiburku! Yang ada justru membuatku tambah sedih!" Ucap Tooru dengan nada depresi.

"Maka dari itu. Karena aku sudah lebih berpengalaman daripada kau. Aku bisa memberimu saran yang baik." Jawab Akari dengan aura sparkle di sekitarnya.

"Terus, kenapa kok nggak cerita ke aku? Kok ditahan sendiri aja?" Tanya Tooru dengan nada ketus. Moodnya sedang benar-benar buruk saat ini.

"Emangnya kamu mau dengerin? Orang kerjaanmu cuma main voli sama Iwaizumi-san. Aku? Dikacangin mulu..." Jawab Akari tak kalah ketus. Kakaknya ini memang makhluk yang sangat menyebalkan, pantas Iwaizumi sering naik pitam dibuatnya.

"Menurutku, kamu itu cuma cemburu."

Ekspresi Akari tiba-tiba berubah. Yang awalnya kesal, berubah menjadi teduh. Yang awalnya bernada jutek, berubah menjadi lembut. Ah, beruntungnya Tooru mempunyai adik sebaik Akari.

"Maksdumu?"

Tooru yang masih bingung dan tak mengerti maksud ucapan sang adik pun tak terima. Berarti kegelisahannya selama ini cuma hanya karena hal sepele? Hell no! Buat apa penderitaannya kemarin sampe dihukum guru BK yang killer abis itu?

"Jangan langsung menyerah. Karena saat ini kamu hanya terbawa emosi sesaat yang jika kamu turuti, mungkin akan kamu sesali nantinya. Mungkin saja kamu salah paham. Mungkin saja dia memang belum menyukaimu. Tapi percayalah, kesempatan itu pasti ada. Entah itu besok, minggu depan, atau bulan depan. Kesempatan itu pasti ada."

Tooru terdiam. Apa yang dikatakan oleh adiknya itu membuatnya terdiam. Ia tak bisa berkomentar apa-apa selain menunduk dan diam. Pikirannya mulai berkecamuk saat ini. Apakah benar ini hanya emosi sesaat yang wajar dialami setiap orang? Namun, kenapa perasaannya campur aduk dan punya firasat yang tidak enak? Memang, pertempuran antara hati dan otak adalah hal berat yang sulit untuk dilewati.

"Sudahlah. Tak usah kau pikirkan terlalu berat. Aku disini kok, dipihakmu!" Ucap Akari dengan wajah berseri. Senyumnya mampu membuat kegelisahan yang Tooru pikirkan sedikit terangkat. Tooru tersenyum kecil, rupanya ia hanya sedang cemburu dan butuh teman curhat.

Tooru bangkit dari tempat duduknya. "Loh, udah selesai curhatnya?" Tanya Akari heran.

"Iya, makasih udah mau dengerin curhatku." Balasnya dengan diikuti senyum sejuta watt yang bisa membuatmu klepek-klepek. Ekhem, ralat: dengan diikuti senyumnya yang tampak tulus. Tanpa banyak bicara, Tooru melenggang pergi dari kamar Akari. Sedangkan Akari yang melihatnya perlahan menutup pintunya dan ambruk lemas.

Lalu bagaimana denganku?

***************

Author Note

HABEDE BANG OIK TERCINTAH~ 🎉🎊
Yah walaupun ngucapinnya lagi-lagi telat sehari, maaf lah ya. Kemarin saya di siksa sama para tentara yang kalau ngasih latihan kadang nggak kenal ampun. Wkwkwk tapi yang sudah berlalu biarlah berlalu, ya kan?

Maaf ya kalau updatenya lama banget. Ini dikarenakan banyak faktor dan yang menyebabkan author tidak bisa sering bikin cerita (ide mampet maksudnya)

Vote sangat membantu semangat author!

Kritik dan saran diterimaa~~
See you at next chapter ^^

*Sebagian cerita Akari adalah berdasarkan kisah nyata. Buat IMDATINGKUROO dan IMDEADKAY Jangan komen yang aneh-aneh ya 😂 #peace✌

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chance | IwaoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang