Senyuman pemberian Tuhan

18 1 2
                                    

Tatapan para serigala itu masih menatap takut ke arah lubang besar yang sudah tak sengaja ku ciptakan, akan tetapi ada sesuatu yang mulai terasa aneh dan berbeda di situasiku saat ini dapati. Entah kenapa, aku merasa kalau waktu terasa melambat. Kondisi di sekitarkulah yang membuatku berpikir demikian, kerumunan para serigala terlihat tidak bergerak sama sekali, debu-debu dan dedaunan yang berterbangan pun bergerak begitu lambat dari yang seharusnya.

... Apa yang terjadi?

Aku masih dapat bergerak dengan normal, tapi kenapa sekelilingku tidak demikian?

Tak lama semua terasa seutuhnya terhenti dan meninggalkan keheningan yang terasa menakutkan. Ini terasa menakutkanku, dunia yang seharusnya memiliki banyak kehidupan yang tinggal di dalamnya, dapat menjadi sunyi seperti ini. Aku pun mulai memperhatikan sekitarku yang sudah seutuhnya terhenti! Awan terlihat diam, begitu pula dengan burung yang terbang di tengah cerahnya matahari siang, pandanganku yang sedang mengarah kelangit tiba-tiba di kejutkan dengan kemunculan sebuah tetesan air yang jatuh dari langit dan berhenti tepat di depan mataku.

Tetesan air yang terlihat jernih dan berasal dari langit itu, berhenti tepat di depan mataku, aku tidak tau dari mana asal tetesan air ini, tapi yang jelas tetesan air ini tidak berasal dari awan dan posisiku juga jauh dari rindangnya pohon. Air ini murni muncul dari birunya langit! Tapi bagaimana caranya tetesan air ini bisa tercipta?

"Ini semua pasti sihir! Tapi, seharusnya tidak ada sihir penghenti waktu seperti ini..."

Aku mulai merasa cemas, akan tetapi entah kenapa anehnya, tetesan air yang berhenti tepat di depan mataku ini, seperti sedang menggodaku untuk menyentuhnya.

Tangan kananku tiba-tiba bergerak sendiri ke arah tetesan air dan akhirnya aku pun menyentuh tetesan air itu dengan telunjuk jari tanganku.

Tetesan air itu pecah dan anehnya membentuk sebuah lingkaran cermin air besar seukuran setengah tubuhku. Cermin air itu terlihat begitu tipis, sampai-sampai membuatku dapat melihat apa yang ada di belakangnya dan tiba-tiba cermin air itu bersinar putih terang sampai-sampai membuatku menutupi wajahku dengan ke dua tanganku.

"Ada apa ini?!"

Cahaya itu terasa sangat menyilaukan, aku tidak dapat melihat sama sekali!

"Fild-"

Suara seorang yang ku dengar dan berasal tepat di depanku ini. Begitu terdengar tidak asing di telingaku.

... Ini tidak mungkin, seharusnya Ibu sudah mati?!

Suara itu berada tepat di depanku, suara yang begitu aku rindukan dan saat ini tepat berada di depanku! Aku ingin melihatnya! Aku tidak perduli bila harus kehilangan fungsi mataku, karena cahaya ini!  Aku ingin melihat orang yang memiliki suara ini! Apa benar dia ibu? Orang yang saat ini sedang berada tepat di depanku! Apa benar itu ibu? Pada akhirnya, aku pun memaksakan mataku untuk dapat melihat apa benar itu adalah dia? Aku melakukan ini, untuk meyakinkan hatiku saja, kalau ibu itu seharusnya sudah lama mati bersama ayah!

Cahaya yang semula begitu terang, langsung menghilang begitu saja ketika aku melihat ke arah asal sinarnya dan akhirnya aku dapat melihat ke arah suara itu berasal. Tubuhku terasa lemas karena kecewa, karena hanya mendapati cermin air yang semula aku lihat, menunjukkan pantulan dari wajahku yang terlihat sedih dan di penuhi air mata.

"Dia memang sudah tidak ada!- Kenapa kau begitu berharap untuk melihatnya kembali? Bodoh-". Gumamku menatap ke arah pantulan diriku yang berada di cermin.

Tiba-tiba tangan seseorang muncul dan memeluk pantulan diriku yang ada di cermin dari belakang. Aku terkejut, mendapati tangan yang sedang memeluk leherku itu, hanya terdapat pada pantulan diriku yang ada di cermin saja.

The SageWhere stories live. Discover now