Bonus Chapter

1K 174 115
                                    

.
.
.
.
.

Author POV

Semilir angin sore menerpa wajah tampan milik bocah berumur 15 tahun itu. Matanya menatap langit senja, sedangkan pikirannya melayang entah kemana. Bermenit-menit lamanya ia terduduk di kursi taman milik rumah sakit tempat ibunya dirawat. Lalu, perhatiannya teralihkan pada buku kecil bersampul biru yg tergeletak di sebelahnya. Sebenarnya buku itu sudah tergeletak di sana sebelum Chanwoo duduk, tapi sampai sekarang sang pemilik belum juga mencarinya.

Dengan rasa penasaran yg ada, Chanwoo pun mengambil buku tersebut. Membukanya dan mencoba mencari identitas sang pemilik. Namun nihil, tak ada keterangan apa pun di halaman pertama buku tersebut. Buku tersebut hanya berisi coretan tangan tentang teori2 medis yg cukup sulit untuk Chanwoo pahami. Chanwoo memang mengerti beberapa hal2 dasar, tapi ia belum mempelajari lebih jauh tentang dunia medis. Dari tulisan di buku tersebut, Chanwoo yakin bahwa sang pemilik adalah seorang dokter spesialis.

Chanwoo membuka halaman demi halaman, membaca sekilas isi dari buku tersebut. Beberapa saat kemudian, ia pun sampai pada halaman terakhir. Betapa terkejutnya Chanwoo saat melihat foto yg tertempel di sana. Sebuah foto yg berisikan dua orang dewasa yg tengah tersenyum bahagia, dengan seorang bayi mungil yg berada di gendongan salah satunya. Tangan Chanwoo bergetar ketika meraba foto tersebut, matanya pun mulai berkaca-kaca saat membaca tulisan di bawahnya.

.
.
.

26 Januari 2003

Hari ini ia terlahir ke dunia. Malaikat kecil milik kita yg sungguh tampan. Jantungku berdegup kencang saat pertama kali menggendong tubuhnya yg nampak rapuh. Dan seketika air mataku pun mengalir, menyadari bahwa diriku telah menjadi seorang ayah. Aku tak sabar, menunggu saat2 ia dapat berbicara dan memanggiku dengan sebutan 'Daddy'

Saranghae, Jeon Chanwoo...

.
.
.

Tess...

Air mata Chanwoo mengalir begitu saja, merasakan gemuruh hebat yg berkecamuk di dalam dadanya. Ia mengalami perang batin, rasa senang itu muncul di antara kebenciannya. Chanwoo tak pernah tau, karena sang ayah tak pernah mengucapkannya. Ia sangka, ayahnya memang tak pernah perduli dan lebih mementingkan pekerjaannya. Dan Chanwoo pikir, sang ayah tak pernah menyayanginya. Tapi setelah ia membaca tulisan tersebut, ada sesuatu yg mengusik rasa bencinya.

"Aku mencarinya sedari tadi..." Chanwoo pun mendongak, mendapati sang dokter ortopedi tengah beradiri di depannya. Sesegera mungkin Chanwoo menghapus jejak air matanya, ia tak ingin terlihat lemah.

"Apa kau membaca isinya?" tanya Jungkook sambil mendudukkan diri di samping Chanwoo. Namun Chanwoo hanya bergeming, memalingkan wajahnya dari Jungkook.

"Ahh, halaman itu rupanya..." sahut Jungkook saat menyadari bahwa Chanwoo telah membaca halaman terakhir. Jungkook pun tersenyum tipis setelahnya.

"Kau dulu begitu kecil, bahkan Daddy bisa menggendog mu dengan satu tangan... Daddy tak menyangka dirimu sudah sebesar ini, sepertinya waktu berlalu begitu cepat dan kau tumbuh dengan sangat baik..." sahut Jungkook. Chanwoo pun menoleh dan menatap tajam Jungkook.

"Bukan waktu yg berlalu begitu cepat, tapi anda yg tak pernah ada saat aku tumbuh dewasa..." sahut Chanwoo dengan mata yg mulai berkaca-kaca lagi.

"Chanwoo-ya..." sahut Jungkook lirih. Jungkook merasa sangat bersalah, karena dulu ia sempat mengabaikan keluarga dan orang2 yg ia kasihi. Di dalam hati, Jungkook membenarkan kata2 yg pernah Hoseok lontarkan kepadanya.

Emergency Room (JungHope) [One Shoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang