Saat Caca akan pulang dari rumah Sarah, kebetulan yang mengejutkan membuat jantung Caca berdegup lebih cepat dari kecepatan normal. Caca dan Sarah baru turun dari lantai dua dan kakak Sarah sudah rapi berada di ruang tamu seperti kebingungan mencari sesuatu.
"Lah bang, lo lagi ngapain?" Sarah heran dengan kakaknya yang sedang menengok di bawah kolong sofa.
Kakaknya mendongkak mendapati adiknya "Eh Nay, lo liat gak jam abang yang abang taro di sini kemarin?"
Naya, nama tengah Sarah, panggilan khusus keluarganya, alasannya, "Nanti nama tengahnya mubazir gak kepakai" Begitulah kata kakak Sarah.
"Gak liat deh bang, coba tanyain Bi Wati"
"Oh iya." Kakaknya ke belakang mencari Bi Wati.
"Emangnya lo mau kemana sih bang? Perasaan baru balik juga." Sarah tidak terima jika harus ditinggal lagi.
"Ke ultah temen." Kakak Sarah sedikit berteriak karena sudah berbelok menuju ruang belakang.
"Terus tadi abang kemana? Abang ngga ikut mama papa kan tadi ke rumah tante Vivi?" Sarah mengikuti kakaknya karena masih penasaran, dan Caca? Terpaksa dia mengikuti Sarah di belakang.
"Emm.. Sar.." Caca merasa tidak enak untuk menyela interaksi kakak beradik itu, tapi Caca juga merasa tidak enak jika langsung pergi ke pintu depan dan langsung pulang.
"Jalan."
"Sama siapa?" Sarah tidak menanggapi panggilan Caca, entah karena tidak mendengar atau sengaja mengabaikan karena masih terus membututi kakaknya yang mencari Bi Wati.
Kakak Sarah berdecak dan berhenti mendengar pertanyaan adiknya yang tidak ada putusnya. "Sama pacarlah, kirain lo, jomblo. Ini jam abang ngga bakalan ketemu kalo lo nanya mulu, terus kenapa juga lo buntutin abang?"
"Pacar yang mana?" Sarah tidak menanggapi ejekan dna protes kakaknya dan malah menambah pertanyaan lain lagi.
"Yaa si Mira, lo pikir pacar abang ada berapa?" Protes kakak Sarah yang sudah menemukan Bi Wati dan menanyai kemana pergi jam tangannya.
"Itu den, bibi udah taro di kamarnya aden di meja belajar." Dan kakak Sarah berjalan ke kamarnya di lantai dua.
Kening Sarah mengerut mendengar nama itu. "Perasaan abang udah diputusin sama si Mira?" Sarah masih membuntuti kakaknya, saat kakaknya hendak naik ke lantai dua, Sarah putuskan berhenti di ambang tangga namun masih memperhatikan kakaknya. Sedangkan Caca? Masih setia di samping Sarah.
Kakaknya berhenti saat sudah di atas tangga dan menghadap Sarah di bawah "Dengar ya Nay, yang berhaga itu harus dikejar dan dipertahankan, misalnya si Mira. Kenapa abang harus lepasin dia saat orang lain pada ngejar-ngejar dia?" Jawab kakaknya dengan bangga dan sangat jelas terdapat senyum kebahagian di sana.
deg.
Hati Caca seperti di remas."Udah deh Nay, udah mau jam 7 ini, abang nanti bakal telat." Kakak Sarah berjalan meninggalkan Sarah dan Caca juga dan mengambil jam yang sedari tadi dicarinya.
Sedari tadi Caca hanya diam setelah panggilannya tidak ditanggapi Sarah, dia hanya mendengar interaksi kakak beradik itu. Dan sejujurnya Caca juga penasaran bahkan sangat penasaran. Mendengar setiap jawaban yang keluar dari mulut kakak Sarah membuat jantungnya yang awalnya berdegup kencang karena gugup bercampur bahagia, menjadi degupan kencang yang menyakitkan. Ah, kenyataan yang menyakitkan diterima Caca dari kakak Sarah.
Sarah akhirnya menghadap Caca, entah mungkin dia baru sadar Caca ada di sampingnya atau sadar bahwa dia akan ditinggalkan lagi. "Ca, jangan dulu pulang ya? ya? Please..." Mohonnya sambil menahan lengan Caca.
Melihat Sarah sebenarnya membuat Caca tak tega. Tapi dia tidak dapat berlama di sana, karena Caca merasa tidak tahan dengan kenyataan yang baru saja didengarnya. Dia butuh waktu untuk sendiri saat ini.
"Aduh Sar. Emm itu.. Gue lupa tadi, baru inget yaampun, tugas matematika gue belum dikerjain." Caca tersenyum merasa bersalah dan meringis. "Malah mau dikumpul besok lagi Sar.
Maafin gue yaa Sar..." Caca menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal itu."Yahh Caa.. Tega ya lo ninggalin gue sendirian..." Sarah cemberut berharap bisa membuju Caca.
"Yaelah Sar kan ada Bi Wati juga di rumah. Acak main gih" Caca tertawa berusaha membujuk Sarah dan berusaha menghilangkan kegugupannya karena melihat kakak Sarah yang hendak menuruni tangga.
"Ihh, tega lo Ca, masa gue curhat sama Bi Wati?." Sarah memberenggut. Tapi tak urung juga dia tetap mengantarkan Caca sampai ke teras depan rumahnya.
Caca hanya tertawa menanggapi dan semakin ingin cepat pulang karena tidak ingin lagi bertemu dengan kakak Sarah.Sarah berlari kembali kerumahnya.
Sebenarnya itu hanya alasan Caca saja, tugas matematika yang di berikan Pak Surya tidaklah terlalu sulit untuk Caca dan dapat dia buat dengan cepat walaupun nanti besok pagi.
Namun Caca ingin cepat-cepat pergi dari sana untuk menenangkan dirinya setelah mendapati fakta yang menyakitkan tadi.Betapa senangnya Caca saat minggu lalu Sarah bercerita bahwa kak Evan telah putus dari pacarnya. Sarah juga tidak menyukai pacar kakaknya itu atau bahkan semua yang menjadi pacar kakaknya, Sarah tidak suka, alasannya karena mereka tidak cocok untuk kak Evan. Caca juga sependapat dengan Sarah, namun Caca tak pernah mengatakannya.
Sungguh Caca selalu beranggapan bahwa hanya dirinyalah yang cocok dengan kak Evan.
Sisa akhir pekan Caca dia habiskan dirumahnya untuk menenangkan diri dari kenyataan menyakitkan yang didapatinya dari kak Evan hari ini.
"Kak Evan balikan sama Mira" Kalimat yang terus terngiang di kepala Caca.
Kenapa Caca tidak bisa ikut bahagia saat melihat kak Evan bahagia? Hal yang dipertanyakan Caca pada dirinya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something I Can't Understand
Fiksi RemajaCaca membutuhkan jawaban dari setiap tanya yang ada di hidupnya, khususnya untuk perasaannya. Bisakah Caca mendapatkan jawaban dari setiap pertanyaan yang sebenarnya dia ciptakan sendiri itu? . . .