4

23 3 0
                                    

"Dimana ayah?"

"Ayah baru saja berangkat ke kantor"

Arrgh. Sia sia.

***

Aku sendirian di kamar. Aku sedang memikirkan apa arti mimpi itu dan kenapa si makhluk menjengkelkan itu hanya mrnggangguku ,kenapa tidak orang lain saja? Kenapa?!

Mungkin ini sudah takdirku. Apakah aku memiliki dua dunia? Apa mungkin hanya imajinasiku saja? Aku tak tahu.

Sekolah sudah libur. Tapi kantor ayah hanya libur pada hari hari tertentu saja. Sangat melelahkan memang. Itulah alasanku untuk tidak bertanya pada ayah, aku takut ayah semakin pusing dengan semua itu.

Ibu.
Ya,aku harus meminta izin padanya.

Aku membuka pintu kamar lalu keluar. Menuruni anak tangga,melewati ruang tamu dan segera ke dapur menghampiri ibu.

"Bu,"

"Hm"katanya sambil terus memasak.

"Apa aku  boleh ke tempat wisata kemarin?"

"Maksudmu sendirian?
Atau kau mengajak ibu?"

"Mm..menurut ibu?" Tanyaku gugup.

"Tapi ibu sedang memasak." Kata ibu

"Baiklah kalau begitu aku sendiri saja."

Ibu tampak sedang berfikir.

"Baiklah. Tapi ingat,jaga dirimu baik baik."pesan ibu.

Aku hanya mengangguk. Aku bergegas ke kamar untuk ganti pakaian.

***

Jeans putih,baju hitam, sweater oranye, sepatu hitam, dan tas abu abu.

Aku sudah siap.

Aku membuka pintu dan sedikit berlari kecil saat menuruni anak tangga.

Aku tidak berpamitan  lagi pada ibu. Karena kupikir, tidak perlu dua kali untuk berpamitan.

Aku memutuskan untuk jalan kaki. Ya,walaupun cukup jauh tapi tak apalah. Sampai sekarang aku belum bisa percaya pada supir taksi ataupun ojek, karena aku sering mendengar berita penculikan anak yang pelakunya supir taksi, ojek, dan lainnya.

Aku mulai merasa lelah. Dan aku memutuskan untuk mampir ke sebuah kafe.

Aku duduk di kursi pojok yang lumayan sepi. Aku hanya memesan hamburger dan minuman,karena aku tidak mau perutku kembung  karena makan terlalu banyak.

...

Aku sudah selesai makan dan siap melanjutkan perjalanan yang tinggal sebentar lagi.

***

Setelah sampai di tempat tujuan, aku mencari tempat yang kemarin , yaitu sebuah kamar.

Aku berkeliling keliling mencari cermin itu. Sangat sulit untuk dicari.

Lelah aku mencarinya, dan pada akhirnya aku menemukan tempat sepi dengan kursi panjang berwarna putih dan aku terlelap.

*
*
*

Saat aku terbangun, aku tak tahu aku ada di tempat apa.

"Dik, tenang saja. Aku tidak akan berbuat jahat padamu, aku tadi melihatmu tengah terlelap dan aku takut ada yang berniat menculikmu.Aku membawamu kesini karena menurutku akhir akhir ini banyak terjadi pembunuhan anak"

Berbuat jahat
Menculik
Tenang saja
Membawa kesini?
Pembunuhan anak

Apa itu semua.

Aku hanya mengangguk.

"Dik.Siapa namamu?"

Aku hanya menggigit bibirku.

"Baiklah. Apa aku boleh meminta nomor telepon ibumu?
Aku ingin mengantarmu pulang, tapi aku tak tahu alamatnya."

Bodoh sekali kau.
Kau fikir aku sebodoh itu kah?
Tidak! Aku masih bisa berfikir!

"Aku tahu alamatnya" kataku.

"Hm. Tapi mana mungkin anak sepertimu tahu alamat rumah dengan lengkap, pasti nanti kita tersesat"

Hey
Aku tidak seperti anak lain!
Aku berbeda!
Camkan itu!

Aku hanya bisa berteriak dalam hati. Aku akan mempermainkanmu. Dasar jelek!

"Beri aku pena dan kertas" ucapku dengan tidak sopan.

"Untuk apa?" Tanya nya

"Aku akan menuliskan alamat rumahku."

"Oh. Tunggu sebentar "

Dia berjalan ke kamarnya.
Mungkin dia fikir, dengan mengantarkanku pada ibuku, dia akan lebih mudah untuk meminta uang.tidak!!!

***

"Ini alamatnya"aku menyodorkan kertas berisi alamat pos polisi  dekat rumahku.

"Tunggu sebentar,"

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang