Sudah sejak kemarin Jihoon masih mengurung dirinya didalam kamar apartmentnya yang gelap, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal miliknya.
Panas.
Pengap.
Tapi dirinya tak peduli.
Dadanya sesak dan hatinya sakit, semalam dirinya nyaris gila dengan menangis hingga suaranya habis dan matanya tak mampu meneteskan airmata lagi.
Bagaimana bisa dirinya menerima semua hal yang terjadi secara mendadak seperti ini didalam hidupnya.
Hwang Minhyun kekasihnya.
Pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas bahkan pria itu sudah mengemasi barang-barangnya dari Apartment Jihoon saat Jihoon mendapatinya sudah duduk disofa menunggu dirinya pulang dari bekerja.
Minhyun terlihat tenang saat mengatakan untuk mengakhiri hubungan yang sudah berjalan selama tiga tahun itu.
"Jihoon-ah aku mohon kau mengerti, hubungan ini tak akan pernah berhasil. Tak baik bagi kita untuk membuang-buang waktu seperti ini" kata terakhir Minhyun sebelum melepas genggaman tangan Jihoon yang menahan pria itu keluar dari apartmentnya.
"Minhyung Hyung" desisnya sembari menangis memeluk kemeja putih milik pria itu.
Satu-satunya peninggalan milik pria yang dicintainya itu.
-
-
-
"Jihoonie..." suara Woojin kakaknya terdengar samar, sepertinya pria itu mengetahui tentang hubungannya dengan Minhyun yang sudah berakhir hingga Woojin yang biasanya sangat sibuk dengan pekerjaanya sebagai arsitek menyempatkan dirinya untuk datang memastikan adiknya tidak mati kelaparan karena sudah tiga hari Jihoon enggan untuk keluar dari kamarnya.
Woojin membuka kamar Jihoon dan pria itu tercekat mendapati adiknya duduk dipojok ruangan tersebut dengan mengenakan kemeja putih Minhyun yang kusut dan berlembar-lembar tissu dan botol wine yang berserakan. Aroma alkohol begitu sesak menguar disetiap sudut ruangan bernuansa broken white itu.
"Jihoon" desis Woojin lalu mendekati sosok adiknya yang terlihat lebih kurus dari yang dirinya lihat kemarin.
Woojin menatap wajah sang adik yang terlihat menyedihkan. Jihoon kacau benar-benar kacau, bibirnya terus-menerus mengumankan nama Minhyun dengan airmata yang tak berhenti menetes dari celah mata beningnya yang tampak bengkak dan memerah.
"Kau ingin pulang kerumah?" Tawar Woojin sembari mengusap kening adiknya yang sudah melipat kakinya dan meracaukan nama Minhyun terus menerus.
"Jihoon-ah ayo pulang, apartementmu sebaiknya dibersihkan atau direnovasi Jimin Hyung khwatir padamu, kau tahu kan hanya kaulah yang kami miliki saat ini" ucap Woojin lalu meraih kepala Jihoon dan membawanya kedalam pelukannya.
"Menangislah tapi hanya sampai hari ini aku sudah tak tahan kau masih menangisi bajingan itu" lirih Woojin.
"Hiks.. hiks... Minhyun Hyung... hyung hiks... kembalilah" isak Jihoon didalam pelukan Woojin.
"Ck anak bodoh ini" batin Woojin.
Woojin benar-benar membawa Jihoon kembali kerumah mereka diBusan menitipkannya pada kakak tertua mereka Jimin yang bersedia untuk menjaga adik bungsu mereka itu.
"Jihoon sayang" ucap Jimin sembari membuka pintu kamar Jihoon dan mendapati sang adik yang memandangi hamparan laut busan dari balkon kamarnya.
"Hyung" lirihnya sembari menatap wajah cemas Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of You [✔ Complete]
FanfictionOneshoot/FF Park Jihoon BXB With Other Warn: BXB YAOI BoyLove Mature Content Some Chapter FUJOSHI AREA!!!